Haji dan Umroh
Beranda » Berita » Mabrur yang Dicari, Ridha yang Dinanti: Misteri di Balik Perjalanan Haji

Mabrur yang Dicari, Ridha yang Dinanti: Misteri di Balik Perjalanan Haji

Haji dan Umroh
Haji dan Umroh

SURAU.CO-Perjalanan Haji selalu memanggil hati setiap muslim yang rindu pada Allah. Perjalanan Haji mengajak manusia untuk meninggalkan zona nyaman lalu menapaki jejak para nabi dengan hati yang pasrah dan penuh harap. Setiap orang datang bukan untuk memamerkan keberangkatan, tetapi untuk mencari jawaban: apakah Allah akan menerima mereka sebagai tamu-Nya, atau hanya sebagai pengunjung biasa.

Jamaah memasuki Tanah Suci dengan hati yang gemetar. Mereka mengenakan ihram, meninggalkan status, harta, dan ego. Tidak ada pangkat atau nama besar yang berarti di depan Ka’bah; yang Allah lihat hanya niat dan kerendahan hati. Di sinilah perjalanan batin dimulai, bukan sekadar perpindahan tubuh dari satu negara ke negara lain, tetapi perjalanan pulang menuju fitrah.

Banyak orang mengaku, mereka menemukan makna hidup justru ketika tubuh kelelahan dan pikiran hampir menyerah. Di bawah terik Mina, di tengah lautan manusia saat thawaf, mereka merasakan kedamaian yang tidak pernah muncul di rumah atau kantor. Dari sinilah misteri haji mabrur mulai membuka tabirnya.

Misteri Perjalanan Haji dan Pencarian Haji Mabrur

Setiap jamaah mendambakan haji mabrur, tetapi tidak semua memahami rahasianya. Mabrur bukan gelar sosial, melainkan penilaian Allah yang hanya tampak lewat perubahan hidup setelah pulang. Jika seseorang kembali dengan hati yang lembut dan perilaku yang lebih baik, maka ia sedang berjalan menuju ridha Ilahi dalam perjalanan haji.

Ulama menegaskan, tanda haji mabrur terlihat dari akhlak. Orang itu menjadi lebih sabar, ringan tangan membantu, dan menjaga lisannya agar tidak menyakiti. Mabrur tidak berhenti di Ka’bah, tetapi berlanjut di rumah, pasar, dan tempat kerja. Haji sejati mengubah seseorang dari saleh ritual menjadi saleh sosial.

Mengupas Kitab Kopi dan Rokok Syaikh Ihsan Jampes

Banyak kisah lain hadir: ada yang sembuh dari sakit setelah pulang, ada yang rezekinya terbuka, bahkan ada yang justru diuji lebih berat tetapi menghadapi semuanya dengan tenang. Semua kisah itu menegaskan bahwa Allah tidak memberi mabrur dalam bentuk hadiah dunia semata, tetapi dalam bentuk perubahan hati.

Ridha Allah dan Transformasi dalam Perjalanan Haji

Setiap ibadah dalam haji menyimpan pesan. Wukuf di Arafah memaksa manusia bercermin, thawaf mengajarkan keteguhan mengikuti pusat kehidupan, dan sa’i mengingatkan usaha Hajar mencari air kehidupan untuk Ismail. Allah menyusun perjalanan ini agar setiap langkah membawa pelajaran.

Setelah kembali, banyak jamaah mengatakan bahwa dunia terasa kecil. Mereka tidak lagi mengejar pujian manusia karena sudah merasakan kehormatan menjadi tamu Allah. Status sosial dan kemewahan tidak lagi sebesar dulu. Perjalanan ini membuat mereka sadar bahwa yang paling mahal dalam hidup adalah kesempatan untuk taat.

Perjalanan spiritual seperti ini tidak mengenal waktu. Dari generasi ke generasi, umat Islam tetap merindukan Ka’bah. Dunia boleh berubah, teknologi boleh berkembang, namun rindu untuk menyebut “labbaik Allahumma labbaik” tidak pernah padam. Inilah yang membuat haji tetap relevan, tetap hidup, dan tetap menjadi misteri perjalanan jiwa.

Perjalanan Haji menjadi momen ketika manusia belajar merendahkan hati dan kembali pada Allah dengan kesadaran penuh. Di sana, jamaah meninggalkan status, harta, dan kebanggaan diri. Yang tersisa hanyalah niat tulus untuk mendekat kepada Allah dan berharap doa-doa dikabulkan di tempat paling mulia.

Introvert: Mengenali Diri dan Merayakan Keunikan Batin

Setelah kembali dari Perjalanan Haji, banyak orang merasakan perubahan dalam cara berpikir dan bersikap. Mereka menjadi lebih sabar, lebih tenang, dan lebih mudah bersyukur atas hal-hal kecil. Kesadaran bahwa hidup hanyalah persinggahan sementara membuat hati belajar menerima takdir dengan lapang dan menjalani hidup lebih bermakna.

Haji mengajarkan manusia untuk pulang bukan hanya ke tanah air, tetapi pulang ke Allah. Di setiap sujud di Masjidil Haram, jamaah membawa satu doa yang selalu sama: “Ya Allah, terimalah haji kami dan jadikan ia mabrur.” (Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement