Jiwa yang Bisa Terbang
Khayalan itu sayap jiwa. Ia memberi manusia kemampuan untuk membayangkan, merencanakan, dan menelusuri kemungkinan yang tak terbatas. Al-Kindī menekankan dalam Risāla fī al-Nafs bahwa khayal adalah bagian dari diri yang membedakan manusia dari makhluk lain. Melalui khayal, kita bisa melihat dunia dengan cara berbeda, merasakan hal yang belum terjadi, dan menemukan solusi atas masalah sehari-hari.
Fenomena sehari-hari memperlihatkan hal ini: Sebagai contoh, seorang anak membayangkan petualangan di hutan, selain itu, seorang seniman melihat lukisan dalam bayangan ide, dan lebih lanjut, seorang guru merancang metode belajar kreatif. Meskipun demikian, semua itu berasal dari khayal yang bebas, oleh karena itu, kita sebaiknya mengarahkannya supaya memberi manfaat bagi jiwa, dan juga kehidupan nyata.
Khayal Sebagai Cermin Hati dan Pikiran
Al-Kindī menulis:
«الخيال مرآة للنفس، يظهر فيها ما يختلج في القلب»
“Khayal adalah cermin jiwa, memperlihatkan apa yang bergejolak di dalam hati.”
Khayal bukan hanya mimpi atau angan-angan kosong. Sebaliknya, ia mencerminkan isi hati dan pikiran manusia. Sebagai akibatnya, ketika hati penuh kasih, khayal menampilkan gambar-gambar indah dan ide-ide positif. Namun demikian, jika hati dipenuhi marah atau iri, khayal justru bisa menimbulkan bayangan gelap yang menyesatkan.
Al-Qur’an mengingatkan:
﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ﴾ (QS. Al-Isra: 36)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui.”
Dalam konteks ini, khayal harus diselaraskan dengan ilmu dan kesadaran. Bayangan yang muncul dalam pikiran bisa menjadi peta untuk bertindak bijak jika dikombinasikan dengan akal dan nafsu yang terkontrol.
Sayap Jiwa yang Membawa Inspirasi
Selain cermin hati, khayal berfungsi sebagai sayap yang membawa jiwa melampaui batas nyata. Al-Kindī menulis:
«الخيال جناح الروح، به ترتفع النفس إلى آفاق جديدة»
“Khayal adalah sayap jiwa; dengannya, jiwa terbang ke cakrawala baru.”
Contoh sederhana: seorang penulis merangkai cerita, seorang ilmuwan membayangkan eksperimen yang belum dicoba, atau seorang arsitek melihat gedung dalam bayangan ide. Tanpa khayal, inovasi dan kreativitas tidak akan muncul.
Hadits Nabi Muhammad SAW menekankan pentingnya menyalurkan potensi dalam diri:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ»
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan.”
Khayal yang diarahkan pada kebaikan dan keindahan menjadi manifestasi dari hati yang bersih, membawa jiwa terbang ke hal-hal yang bermanfaat dan mulia.
Mengetahui Arah Pulang
Terbang dengan khayal tidak berarti lepas kendali. Al-Kindī menulis:
«العقل هو بوصلة الخيال، به تعرف النفس الطريق إلى بر الأمان»
“Akal adalah kompas khayal; dengannya, jiwa tahu jalan kembali ke keselamatan.”
Fenomena sehari-hari terlihat jelas: ketika kita membayangkan masa depan, akal menilai langkah mana yang realistis, menimbang konsekuensi, dan memberi arah. Tanpa akal, khayal bisa meleset menjadi fantasi yang membingungkan atau berbahaya.
Al-Qur’an mengingatkan:
﴿وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ﴾ (QS. Al-Isra: 36)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu ketahui.”
Kombinasi khayal dan akal membuat manusia bisa merancang langkah dengan bijak, membedakan antara yang mungkin dan tidak, serta menyalurkan energi batin secara produktif.
Mengelola Khayal Bersama Nafsu dan Indera
Khayal tidak berdiri sendiri. Al-Kindī menekankan keseimbangan antara khayal, nafsu, dan indera. Ia menulis:
«تناغم الخيال مع النفس والحواس يثمر حياة متزنة»
“Harmonisasi khayal dengan nafsu dan indera menghasilkan kehidupan yang seimbang.”
Fenomena sehari-hari: ketika melihat orang kesusahan, khayal membayangkan cara menolong, nafsu menumbuhkan keinginan untuk berbuat baik, dan indera menangkap situasi nyata. Semua unsur ini bekerja bersama, menghasilkan tindakan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Hadits Nabi SAW menegaskan pentingnya keseimbangan batin:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «مَنْ صَفَا نَفْسَهُ صَفَا لَهُ عَمَلُهُ»
“Barang siapa membersihkan jiwanya, maka amalnya menjadi bersih.”
Oleh karena itu, dengan membimbing khayal, kemudian menyalurkan nafsu, dan selanjutnya mengawasi indera, kita merawat kebun jiwa sehingga tetap subur, produktif, dan selaras dengan kehidupan.
Penutup: Terbanglah, Tetapi Kembali dengan Aman
Khayal itu sayap jiwa. Dengan arahan akal, kontrol nafsu, dan pemeliharaan indera, jiwa bisa melampaui batas dan menemukan inspirasi. Al-Kindī mengingatkan bahwa terbang bebas itu indah, tetapi tetap harus tahu arah pulang agar jiwa tidak tersesat.
Dalam keseharian, setiap langkah, ide, dan impian harus dipandu oleh kesadaran batin. Dengan begitu, khayal menjadi sarana yang memperkaya kehidupan, membentuk tindakan bijak, dan menumbuhkan kedamaian dalam hati. Jiwa yang terbang dengan arah jelas akan kembali dengan energi baru, siap menghadapi dunia dengan kebijaksanaan dan ketenangan.
*Sugianto Al-Jawi
Budayawan Kontenporer Tulungagung
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
