Surau.co. Kehidupan akhirat sering dipahami sekadar sebagai “penutup” dari perjalanan manusia. Padahal, dalam pandangan Islam, akhirat justru merupakan episode utama, sementara dunia hanyalah prolog singkat. Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi menjadi salah satu rujukan penting yang mengingatkan manusia tentang realitas akhirat: tempat kembalinya setiap jiwa, tempat seluruh rahasia dibongkar, dan tempat keadilan ditegakkan tanpa keliru.
Namun, mengapa banyak manusia hidup seolah akhirat tidak nyata? Mengapa generasi hari ini mudah silau oleh gemerlap dunia yang sementara? Artikel ini mencoba menghadirkan refleksi—bahwa mengingat akhirat bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk menuntun agar hidup lebih jernih, lebih tenang, dan lebih bermakna.
Akhirat dalam Al-Qur’an: Janji yang Pasti
Al-Qur’an menegaskan bahwa akhirat adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari. Allah berfirman:
﴿ كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ﴾
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu.” (QS. Ali Imran: 185)
Ayat ini bukan hanya tentang kematian, tetapi tentang kepastian balasan. Dunia tidak pernah menjadi tempat ganjaran final. Di sinilah manusia diuji, sedangkan balasan sesungguhnya menanti di hadapan Allah.
Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menempatkan bab tentang mengingat akhirat dan kematian pada bagian awal. Ini menunjukkan bahwa perjalanan spiritual tidak akan kokoh jika seseorang tidak memiliki kesadaran tentang hari pembalasan.
Dunia Itu Sementara, Akhirat Itu Selamanya
Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
«كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ»
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara.” (HR. Bukhari)
Hadits ini dikutip Imam Nawawi untuk menegaskan cara pandang manusia terhadap kehidupan. Orang asing dan pengembara tidak pernah menganggap tempat singgah sebagai rumah abadi. Mereka tetap bergerak, tetap waspada, tetap ingat tujuan. Begitu pula seorang mukmin: ia bekerja, berkeluarga, bermimpi, dan berencana—namun tidak pernah menjadikan dunia sebagai tujuan akhir.
Di era sekarang, manusia berlomba menunjukkan pencapaian. Karir, harta, estetika tubuh, kendaraan, hingga gadget terbaru menjadi simbol keberhasilan. Namun ketika hati terlalu terpaut pada dunia, jiwa kehilangan kedalaman. Padahal, akhir dari semuanya adalah liang lahat yang sama, tanah yang sama, dan pengadilan yang sama.
Hari Perhitungan: Keadilan yang Tidak Mungkin Salah
Akhirat adalah tempat seluruh dosa dan amal ditimbang tanpa keliru. Allah berfirman:
﴿ فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ﴾
“Barangsiapa melakukan kebaikan seberat zarrah, niscaya ia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa melakukan kejahatan seberat zarrah, niscaya ia akan melihat (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah: 7–8)
Ayat ini menentramkan sekaligus membuat manusia waspada. Tidak ada kebaikan yang sia-sia, dan tidak ada kejahatan yang luput.
Imam Nawawi menambahkan sebuah hadits yang amat kuat:
«لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ…»
“Tidak akan bergeser dua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang: untuk apa umurnya dihabiskan…” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah mengingatkan: umur, ilmu, harta, dan masa muda adalah amanah yang akan ditanya satu per satu. Hari itu, tidak ada kata manipulasi, tidak ada rekayasa, tidak ada citra.
Mengapa Kita Perlu Sering Mengingat Akhirat?
- Agar Hati Tidak Diperbudak Dunia
Kesadaran akhirat membuat manusia tidak gila pujian dan tidak runtuh oleh cacian. Ia kokoh, sebab yang ia cari bukan tepuk tangan manusia, tetapi rida Allah.
- Agar Ibadah Lebih Ikhlas
Orang yang ingat akhirat akan beribadah bukan karena rutinitas, tetapi karena cinta dan harap kepada kehidupan kekal.
Rasulullah ﷺ bersabda:
«أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَادِمِ اللَّذَّاتِ»
“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kenikmatan (kematian).” (HR. Tirmidzi)
Hadits ini dikutip oleh Imam Nawawi untuk menunjukkan bahwa mengingat kematian bukan untuk melemahkan semangat hidup, tetapi untuk mengarahkan hidup agar tepat sasaran.
Bekal Menuju Akhirat: Jalan yang Ditunjukkan Rasulullah
Akhirat bukan sekadar tema renungan; ia menuntut tindakan nyata. Riyadhus Shalihin menunjukkan tiga bekal pokok:
- Ikhlas
﴿ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ ﴾
“Padahal mereka hanya diperintah untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan…” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Ikhlas menjadikan amal ringan menjadi agung, dan amal besar menjadi sia-sia jika tanpa niat yang bersih.
- Amal Saleh
Amal adalah investasi abadi. Apa yang kita baca, kita sedekahkan, kita ajarkan, kita bantu — semua kembali sebagai cahaya di hari yang gelap.
- Akhlak Mulia
Akhirat bukan hanya milik ahli ibadah, tetapi milik ahli akhlak. Rasulullah bersabda:
«إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقًا»
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai kelak di hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)
Penutup: Akhirat Itu Rumah, Dunia Hanyalah Perjalanan
Pada akhirnya, mengingat akhirat bukan untuk menakut-nakuti diri dengan kematian, kubur, atau kiamat, melainkan untuk menjernihkan cara kita hidup hari ini. Dunia ini singkat — sedangkan akhirat adalah kampung abadi. Maka, jangan sampai kita sibuk menghias tempat singgah tetapi melupakan rumah yang sesungguhnya.
Hiduplah dengan tujuan. Berbuat baiklah meski tidak terlihat. Tahanlah diri dari keburukan meski kesempatan terbuka lebar. Sebab semua akan kembali, semua akan dibangkitkan, dan semua akan mempertanggungjawabkan setiap detik kehidupan yang pernah Allah titipkan.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang cerdas — yang memaknai hidup dengan pandangan jauh, bukan sekadar sejauh hari ini. Dan semoga ketika tirai dunia ditutup, kita kembali dalam keadaan tersenyum, karena yakin bahwa akhirat bukan akhir cerita—melainkan awal kebahagiaan yang sesungguhnya.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
