Surau.co. Rasulullah ﷺ dikenal sebagai teladan akhlak yang sempurna. Namun, selain keseriusan dalam ibadah dan dakwah, beliau juga memiliki sisi humor yang hangat dan menyentuh hati. Humor Nabi bukan sekadar hiburan, melainkan sarana mempererat hubungan, menyampaikan pesan, dan menyejukkan lingkungan.
Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menekankan bahwa akhlak Rasulullah ﷺ mencakup kesabaran, kelembutan, dan keceriaan yang wajar. Beliau menulis:
“كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيِّنًا رَحِيمًا، يُسَرُّ بِالأَمْرِ وَيَبْتَسِمُ”
“Rasulullah ﷺ lembut, penyayang, senang dalam urusan baik, dan sering tersenyum.” (Riyadhus Shalihin, Bab Akhlak Nabi)
Al-Qur’an pun menekankan pentingnya kelembutan dan tutur kata yang baik:
“وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا”
“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83)
Senyuman dan canda Rasulullah merupakan bagian dari akhlak yang menyatukan kehangatan dan keteladanan, tanpa menyinggung atau merendahkan orang lain.
Humor yang Mengajarkan
Humor Rasulullah ﷺ sering kali sarat makna dan mendidik. Beliau kerap menggunakan candaan ringan untuk menyampaikan pesan moral, mengingatkan umat agar tidak melupakan kebaikan, atau menenangkan hati dalam situasi sulit. Candaan beliau selalu selaras dengan prinsip akhlak mulia: tidak menyakiti, tidak berlebihan, dan selalu menjaga kesopanan.
Contohnya, Nabi ﷺ pernah bersabda kepada seorang sahabat:
“إِنْ كُنْتَ مُسْلِمًا فَسَلِّمْ عَلَى أَخِيكَ”
“Jika engkau seorang Muslim, ucapkanlah salam kepada saudaramu.”
Sahabat menjawab dengan candaan ringan yang disambut senyum Nabi. Humor ini menekankan pembelajaran sosial, saling mengingatkan dalam kebaikan, dan memperkuat ikatan persaudaraan.
Humor dan Ketenangan Hati
Salah satu keistimewaan humor Rasulullah ﷺ adalah kemampuannya menyejukkan hati. Dalam Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi menegaskan bahwa senyum dan candaan yang wajar bisa menjadi terapi spiritual, membangun kebahagiaan tanpa melanggar batas agama.
Dalam situasi berat, candaan ringan Rasulullah ﷺ menumbuhkan rasa optimisme dan ketenangan. Al-Qur’an pun menegaskan pentingnya kesabaran dan ketenangan hati:
“فَاصْبِرْ صَبْرًا جَمِيلًا”
“Maka bersabarlah dengan sabar yang baik.” (QS. Al-Ma’arij: 5)
Candaan Rasulullah menjadi sarana untuk memupuk kesabaran, menghilangkan stres, dan membangun lingkungan yang harmonis.
Humor dalam Interaksi Sosial
Rasulullah ﷺ menggunakan humor untuk membangun kedekatan dengan sahabat, keluarga, dan umat. Candaan beliau bersifat inklusif, tidak menyinggung, dan selalu menguatkan hubungan sosial. Humor menjadi alat dakwah yang halus: menyampaikan pesan kebaikan dengan cara yang menyenangkan dan mudah diterima.
Imam Nawawi menekankan bahwa Rasulullah ﷺ selalu menyesuaikan humor dengan situasi, konteks, dan orang yang berinteraksi dengannya. Hal ini menegaskan bahwa canda yang bijak adalah bagian dari akhlak mulia.
Humor dan Keteladanan Anak Muda
Bagi generasi muda, humor Rasulullah ﷺ menjadi teladan bagaimana menggabungkan keseriusan dengan keceriaan. Anak muda dapat meniru sikap ini: tetap menjaga akhlak, menebar kebaikan, dan menggunakan humor sebagai sarana positif, bukan untuk merendahkan atau memecah belah.
Nabi ﷺ bersabda:
“أَبْغَضُ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ الْجَامِلُونَ فِي الأَلْغَازِ”
“Orang yang paling dibenci Allah adalah mereka yang kasar dalam candaan atau berlebihan.” (HR. Abu Dawud)
Candaan Nabi mengajarkan keseimbangan: lucu tapi tetap sopan, menyenangkan tapi tetap menyejukkan hati.
Praktik Humor Positif dalam Kehidupan Sehari-hari
Humor positif dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya: tersenyum saat menyapa, bercanda ringan dengan sahabat, atau menenangkan orang lain melalui kata-kata bijak bercampur humor. Imam Nawawi menekankan pentingnya niat: setiap humor harus dimaksudkan untuk mempererat hubungan, menyejukkan hati, dan menyebarkan kebaikan.
Praktik sederhana ini mencerminkan sunnah Rasulullah ﷺ: hidup seimbang antara keseriusan dan keceriaan, antara dakwah dan kehangatan sosial.
Humor dan Pendidikan Moral
Candaan Rasulullah ﷺ juga memiliki nilai pendidikan moral. Humor menjadi alat untuk mengingatkan umat agar selalu berbuat baik, menjaga akhlak, dan menghindari perilaku tercela. Dengan cara ini, humor bukan sekadar hiburan, tetapi sarana pembelajaran yang efektif.
Anak-anak, remaja, dan dewasa dapat belajar bahwa tawa dan senyum bisa selaras dengan pendidikan moral dan spiritual. Imam Nawawi menegaskan: humor yang selaras akhlak adalah tanda ketinggian akhlak seseorang.
Menyatukan Akhlak dan Canda
Inti dari humor Rasulullah ﷺ adalah keseimbangan antara akhlak dan canda. Beliau menunjukkan bahwa seorang Muslim bisa berseri-seri, bercanda, dan tertawa, tanpa melanggar batas agama atau menyakiti orang lain. Humor yang bijak memperkuat hubungan sosial, meringankan beban hati, dan menumbuhkan optimisme.
Candaan Rasulullah ﷺ menjadi teladan bagaimana iman dan akhlak tidak bertentangan dengan keceriaan, tetapi justru saling melengkapi. Humor Rasulullah ﷺ mengajarkan kita bahwa hidup tidak selalu serius; senyum, tawa, dan candaan ringan adalah bagian dari akhlak mulia yang menyentuh hati.
Dalam keseharian, humor dapat menjadi jembatan yang menguatkan hubungan, menyejukkan hati, dan menyebarkan kebaikan. Senyum Nabi adalah cermin akhlak, candaan beliau adalah pengingat lembut: kebaikan dan keceriaan bisa berjalan beriringan, menyatukan hati dan iman dalam harmoni yang abadi.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
