Khazanah
Beranda » Berita » Anak Saleh di Tengah Dunia Tanpa Teladan Orang Tua: Menilik dari Kitab Riyadhus Shalihin

Anak Saleh di Tengah Dunia Tanpa Teladan Orang Tua: Menilik dari Kitab Riyadhus Shalihin

Anak muslim membaca Al-Qur’an sendiri, simbol anak saleh mandiri tanpa teladan orang tua.
Seorang anak muslim membaca Al-Qur’an sendiri di ruang sederhana, menekankan kemandirian spiritual dan akhlak.

Surau.co. Menjadi anak saleh adalah cita-cita setiap Muslim, namun tantangan muncul ketika seorang anak tumbuh tanpa teladan orang tua. Dunia yang cepat berubah, dengan pengaruh media sosial dan budaya konsumtif, kerap mempersulit pembentukan karakter Islami. Dalam kondisi ini, anak harus menemukan jalan kebaikan secara mandiri, menjaga hati, akhlak, dan niat tetap lurus.

Imam Nawawi dalam Riyadhus Shalihin menekankan pentingnya pendidikan diri dan kesadaran spiritual sejak dini, terutama bagi mereka yang kehilangan bimbingan orang tua. Beliau menulis:

“مَنْ رَبَّى نَفْسَهُ عَلَى الطَّاعَةِ فَقَدْ رَبِحَ”
“Barang siapa mendidik dirinya untuk taat, maka ia telah meraih keuntungan.” (Riyadhus Shalihin, Bab Pendidikan Diri)

Ayat Al-Qur’an juga mengingatkan bahwa Allah selalu menuntun hamba-Nya yang bersungguh-sungguh:

“وَمَن يَهْدِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُضِلٍّ”
“Barang siapa yang diberi petunjuk Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya.” (QS. Al-A’raf: 178)

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Tantangan Dunia Tanpa Teladan

Kehidupan tanpa teladan orang tua menghadirkan risiko moral dan spiritual. Anak tanpa bimbingan mungkin mudah terpengaruh lingkungan atau teman sebaya. Namun, Imam Nawawi menekankan bahwa kesadaran diri, pendidikan agama, dan pemahaman akhlak bisa menjadi kompas bagi anak.

Anak saleh harus belajar menahan hawa nafsu, menegakkan shalat, membaca Al-Qur’an, dan menjaga akhlak, meski tanpa contoh langsung dari orang tua. Rasulullah ﷺ bersabda:

“كُلُّكُم رَاعٍ وَكُلُّكُم مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ”
“Setiap dari kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Hadits ini menekankan tanggung jawab pribadi, termasuk bagi anak yang menapaki jalan ketaatan secara mandiri.

Mencari Teladan dari Sumber Lain

Ketika orang tua tidak dapat menjadi teladan, anak saleh dapat mencari bimbingan melalui guru, lingkungan pesantren, atau literatur Islami seperti Riyadhus Shalihin. Imam Nawawi menyarankan membaca hadits-hadits yang menguatkan akhlak, menekankan ketaatan kepada Allah, dan menumbuhkan kesabaran.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Praktik sederhana dapat dilakukan sehari-hari: menunaikan shalat tepat waktu, mengucapkan salam dengan sopan, berbuat baik kepada sesama, serta mengontrol emosi. Hal ini sejalan dengan pesan Nabi ﷺ:

“مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ”
“Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Kemandirian Spiritual Anak Saleh

Kemandirian spiritual menjadi kunci anak saleh tanpa teladan orang tua. Imam Nawawi menekankan disiplin dan niat yang tulus sebagai fondasi kebaikan. Anak harus belajar membedakan mana yang baik dan buruk, menguatkan diri dalam shalat, membaca Al-Qur’an, dan berdoa secara konsisten.

Selain itu, refleksi diri dan pengendalian hawa nafsu sangat penting. Dunia menawarkan banyak godaan, mulai dari hiburan, media sosial, hingga pergaulan. Anak yang mampu mengelola diri akan membentuk karakter Islami yang kuat, sesuai prinsip yang diajarkan dalam Riyadhus Shalihin.

Peran Guru dan Lingkungan

Guru, teman, dan lingkungan pesantren atau sekolah agama dapat menjadi pengganti teladan orang tua. Imam Nawawi menekankan pentingnya menimba ilmu dari sumber terpercaya. Dengan bimbingan yang tepat, anak saleh tetap bisa menapaki jalan ketaatan dan menjaga akhlak.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Lingkungan yang mendukung, seperti teman yang saleh, juga membantu membentuk karakter. Nabi ﷺ bersabda:

“الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ”
“Seseorang tergantung agama teman dekatnya; hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan siapa yang dijadikannya teman.” (HR. Abu Dawud & Tirmidzi)

Menjaga Akhlak di Tengah Godaan Dunia

Anak saleh tanpa teladan orang tua harus ekstra waspada terhadap godaan dunia. Hal-hal sederhana seperti berkata jujur, menahan marah, dan membantu sesama menjadi latihan jihad diri. Imam Nawawi menekankan bahwa jihad terbesar adalah melawan hawa nafsu, termasuk saat tidak ada yang mengawasi.

Pengendalian diri ini akan menumbuhkan karakter Islami yang konsisten. Rasulullah ﷺ bersabda:

“أَكْبَرُ الْجِهَادِ جِهَادُ النَّفْسِ”
“Jihad yang paling besar adalah jihad melawan diri sendiri.” (Riyadhus Shalihin, Bab Jihad An-Nafs)

Membentuk Anak Saleh Mandiri

Kemandirian anak saleh terlihat dari kemampuan mengatur ibadah, belajar, dan berinteraksi sosial tanpa ketergantungan pada teladan orang tua. Imam Nawawi menekankan pentingnya niat ikhlas dan penguatan akhlak melalui praktik sehari-hari.

Doa juga menjadi pilar utama: anak saleh berdoa memohon petunjuk Allah agar tetap di jalan benar, meski menghadapi tantangan atau ketidakhadiran orang tua sebagai teladan.

Inspirasi dari Kisah Para Sahabat

Para sahabat Nabi ﷺ banyak yang tumbuh tanpa bimbingan orang tua atau kehilangan mereka sejak kecil, namun mampu menjadi anak saleh melalui usaha, bimbingan guru, dan doa. Mereka menjadi teladan bagaimana anak dapat menapaki jalan ketaatan secara mandiri, sesuai prinsip yang diajarkan Imam Nawawi.

Menjadi anak saleh tanpa teladan orang tua merupakan tantangan yang berat, namun bukan hal mustahil. Dengan niat tulus, disiplin, kemandirian, dan bimbingan yang tepat, anak dapat menegakkan akhlak Islami, menjaga hati, dan menapaki jalan surga. Dunia mungkin penuh godaan, namun cahaya iman dapat menuntun langkah mereka.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement