Khazanah
Beranda » Berita » Kalau Hidupmu Nggak Diatur, Jangan Salahkan Nasibmu Sendiri

Kalau Hidupmu Nggak Diatur, Jangan Salahkan Nasibmu Sendiri

Surau.co. Kalau hidupmu nggak diatur, jangan salahkan nasibmu sendiri. Kalimat ini terdengar sederhana, tetapi sesungguhnya menyimpan tamparan lembut bagi siapa pun yang gemar menyalahkan keadaan tanpa berusaha menata diri. Dalam kenyataannya, banyak orang merasa sial atau tidak diberi kesempatan, padahal persoalannya sederhana: hidup mereka tidak memiliki sistem.

Burhān al-Dīn al-Zarnūjī, dalam kitab klasik Ta‘lim al-Muta‘allim, menulis dengan tajam tentang pentingnya tartīb al-waqt — pengaturan waktu dan hidup bagi setiap penuntut ilmu. Ia berkata:

“ينبغي لطالب العلم أن ينظم أوقاته، ويقدّر لكل شيء قدره.”
“Seorang penuntut ilmu seharusnya menata waktunya dan memberi setiap perkara sesuai kadarnya.”

Menurut Zarnūjī, hidup yang kacau bukanlah akibat nasib buruk, melainkan hasil dari kelalaian menata waktu. Dengan kata lain, menata hidup adalah bagian dari ibadah, karena hal itu menunjukkan rasa syukur atas nikmat umur yang Allah berikan.

Fenomena Zaman: Banyak Sibuk, Sedikit Hasil

Sekarang kita hidup di zaman super sibuk. Setiap pagi orang bangun terburu-buru, bekerja seharian, mengejar target, tetapi ketika malam tiba tetap merasa belum menghasilkan apa pun. Aktivitas banyak, namun pertumbuhan minim.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Menariknya, Zarnūjī sudah membaca kondisi ini delapan abad lalu. Ia menulis:

“البركة في الوقت بالطاعة والنية الصالحة.”
“Keberkahan waktu terletak pada ketaatan dan niat yang baik.”

Artinya, kesibukan tidak selalu berbanding lurus dengan keberkahan. Sebab, ada orang yang memiliki waktu sedikit tapi penuh makna, dan ada pula yang seharian sibuk namun tetap kosong. Karena itu, keberkahan waktu lahir dari pengaturan yang sadar — tahu kapan bekerja, kapan belajar, kapan berdoa, dan kapan diam.

Jadi, kalau hidupmu terasa berantakan, jangan terburu-buru menyalahkan nasib. Mungkin kamu hanya belum memuliakan waktu yang Allah titipkan.

Waktu Itu Amanah, Bukan Ruang Kosong

Setiap manusia diberi jatah waktu yang sama — dua puluh empat jam dalam sehari — tetapi hasilnya bisa berbeda jauh. Ada yang mampu menulis buku, ada yang berhasil mendidik anak dengan penuh kasih, dan ada pula yang menghabiskannya tanpa jejak berarti.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ.
“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.”
(HR. Hakim)

Zarnūjī mengajarkan hal yang senada, tetapi dengan bahasa seorang guru kehidupan:

“من ضيّع وقته فقد خسر عمره، ومن خسر عمره فقد خسر دنياه وآخرته.”
“Barang siapa menyia-nyiakan waktunya, maka ia telah merugi dalam umurnya; dan barang siapa rugi dalam umurnya, maka ia telah merugi dunia dan akhirat.”

Dengan demikian, hidup bukan soal panjang atau pendeknya umur, melainkan seberapa penuh kita mengisinya.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Hidup Tanpa Aturan Itu Seperti Air Tanpa Wadah

Banyak orang ingin sukses, tetapi enggan diatur. Ingin berilmu, namun malas disiplin. Ingin bahagia, tetapi tidak mau menata langkah.
Padahal, hidup tanpa aturan ibarat air yang tumpah — banyak tetapi tidak bisa diminum.

Zarnūjī mengingatkan:

“من أراد العلم بلا ترتيب، ذهب عنه العلم بلا تعقّل.”
“Barang siapa menuntut ilmu tanpa keteraturan, maka ilmunya akan hilang tanpa bisa dipahami.”

Keteraturan menjadi wadah bagi ilmu, amal, dan kebijaksanaan. Tanpa wadah itu, semua niat baik akan menguap sia-sia. Karena itulah orang bijak berkata: “Disiplin itu bukan penjara, tapi jembatan menuju kebebasan.”

Fenomena: Banyak yang Mengeluh, Padahal Belum Berusaha

Di era ini, banyak orang gemar mengeluh tentang takdir. “Kenapa rezekiku seret?” “Kenapa hidupku berat?” Namun jarang yang bertanya, “Sudahkah aku menata hidupku dengan sungguh-sungguh?”

Padahal Allah ﷻ telah berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra’d: 11)

Dengan kata lain, perubahan nasib selalu dimulai dari perubahan diri.
Zarnūjī menyebut proses ini sebagai mujāhadah — perjuangan batin melawan kebiasaan buruk. Ia menulis:

“من صبر على النظام، وصل إلى الإتقان.”
“Barang siapa sabar dalam keteraturan, maka ia akan mencapai kesempurnaan.”

Oleh karena itu, jika hidupmu terasa berat hari ini, jangan langsung menyalahkan takdir. Lihat dulu: sudahkah kamu menata hidupmu dengan sabar dan teratur?

Menata Hidup Itu Bagian dari Iman

Menata hidup bukan sekadar strategi produktivitas, tetapi juga bagian dari keimanan.
Rasulullah ﷺ hidup dengan pola yang sangat teratur. Beliau tahu kapan harus berdoa, kapan beristirahat, dan kapan berdakwah. Setiap langkahnya punya arah dan kesadaran.

Zarnūjī menyebut disiplin terhadap waktu sebagai adab al-zamān — adab terhadap waktu. Ia menulis:

“احترام الوقت من احترام النعمة، ومن جحد النعمة فقد كفر بها.”
“Menghormati waktu berarti menghormati nikmat, dan siapa yang mengingkari nikmat berarti telah kufur terhadapnya.”

Dengan demikian, ketika seseorang hidup tanpa arah, ia sesungguhnya sedang menolak nikmat waktu. Dan ketika waktu ditolak, keberkahan pun ikut pergi.

Refleksi: Menata Hidup Adalah Menata Nasib

Hidup yang teratur tidak berarti kaku, tetapi sadar. Sadar kapan harus diam, kapan bergerak, kapan memberi, dan kapan menerima.
Zarnūjī mengajarkan bahwa kesuksesan — baik spiritual maupun duniawi — lahir dari keseimbangan. Bukan dari kecepatan, tetapi dari keteraturan yang berkesadaran.

Jadi, jika hidupmu masih berantakan, jangan buru-buru menyalahkan nasib. Mulailah dari dirimu sendiri.
Karena pada akhirnya, nasib hanyalah cermin dari cara kita memperlakukan waktu, tugas, dan kesempatan yang Allah anugerahkan.

* Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo, Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement