Khazanah
Beranda » Berita » Psikoterapi dalam Islam: Pemulihan Jiwa melalui Zikir, Doa, dan Kalimat Thayyibah

Psikoterapi dalam Islam: Pemulihan Jiwa melalui Zikir, Doa, dan Kalimat Thayyibah

Ilustrasi hamba yang menundukkan hati dalam doa yang tulus kepada Allah.
Ilustrasi hamba yang menundukkan hati dalam doa yang tulus kepada Allah.

SURAU.CO-Dalam menjalani kehidupan ini, seseorang sering menghadapi situasi yang tidak ia harapkan, pengalaman buruk, tekanan batin, dan konflik kejiwaan yang menyebabkan ia  menderita gangguan kejiwaan. Gangguan kejiwaan ini dapat terdeteksi melalui tiga indikator utama, yaitu: persepsi yang menganggap pribadinya  paling super atau menganggap orang lain berada di bawah dirinya. Munculnya perilaku yang menyimpang, dan hadirnya perasaan putus asa.

Dari ketiga indikator tersebut, seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan akibat persepsi diri paling super akan cenderung memandang realitas sekitarnya serba keliru. Penyesuaian dirinya dengan realitas sekitarnya pun selalu ia nilai dengan standar persepsi dirinya yang ia anggap paling hebat. Sikap orang yang mengalami gangguan kejiwaan seperti ini akan terlihat aneh dan menyimpang dalam pandangan umum.  Jiwa orang seperti ini selalu memberontak dan putus asa yang muncul dari pertentangan jiwanya. Gangguan kejiwaan seperti ini melemahkan kemampuan penderita dalam menemukan hukum yang berlaku dan tata etika dan moral universal, serta melemahkan rasa tanggung jawabnya dalam berinteraksi dengan realitas di sekitarnya dengan baik.

Kekacauan persepsi diri dan alam sekitar

Proses pembelajaran yang salah akan menimbulkan kekacauan persepsi terhadap diri dan alam sekitar. Proses ini pun dapat menyebabkan seseorang mempelajari suatu perilaku dan interaksi sosial secara menyimpang. Apabila hal ini terjadi pada seseorang, maka yang harus segera kita lakukan adalah proses pendidikan yang mengarahkannya agar memiliki persepsi baru yang mampu mengenali pribadinya sebaik mungkin, mengenal alam sekitar, dan mengenal orang lain. Selain itu, pendidikan juga perlu mengajarinya berperilaku yang lebih pantas dalam masyarakat.

Psikoterapi  sebagai cara pengobatan

Pada dasarnya, psikoterapi adalah cara pengobatan yang menggunakan pengaruh kekuatan batin dokter atas jiwa atau rohani penderita, tanpa menggunakan obat-obatan. Metode ini mencakup sugesti, nasihat, hiburan, dan hipnosis. Para ahli ilmu jiwa dan dokter jiwa mengungkapkan dalam berbagai karya mereka, bahwa unsur kejiwaan manusia dapat diubah menjadi pribadi yang dapat menghadirkan hidup lebih bahagia dan lebih baik.

Ajaran Nabi Saw dalam mengobati sakit jiwa dan raga

Rasulullah Saw. memperhatikan sahabatnya, mendidik mereka, dan mengarahkan mereka tentang kesehatan jiwa dan raga. Bahkan, Rasulullah Saw. mengajarkan mereka tentang pengobatan penyakit jiwa dan raga, yakni melalui zikir, doa, dan selalu mengucapkan kalimat thayyibah.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Dalam diri manusia, terdapat fitrah atau naluri untuk mengenal Allah Ta’ala, mempercayai (al-iman), mengesakan (at-tauhid), mendekatkan diri (at-taqarrub) dengan berbagai aktivitas penghambaan (al-ibadah), dan meminta pertolongan atau perlindungan ketika menghadapi bahaya. Al-Qur’an telah mengisyaratkan fitrah ini sebagai motivasi dalam beragama.

Pentingnya faktor orang tua dan lingkungan

Dalam suatu hadis, Nabi Saw.bersabda bahwa setiap bayi yang lahir itu dalam keadaan fitrah (suci dan memiliki potensi beragama).

Dari hadis tersebut, Rasulullah Saw.menjelaskan bahwa anak yang baru lahir senantiasa dalam keadaan fitrah. Hanya saja, seorang anak manusia terkadang dapat terpengaruhi oleh perilaku orang tuanya. Bahkan dapat terpengaruh juga oleh faktor pendidikan dan budaya lingkungan. Oleh karena itu, orang tua dan lingkungan sangat berperan penting bagi anak untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Setelah seorang anak mampu mengenal Allah dan mengetahui cara mendekatkan jiwanya kepada sang pencipta, salah satunya dapat tercapai melalui pembelajaran kondisioning. Proses belajar dengan metode kondisioning ini akan terjadi jika ada dorongan rasa yang kuat dalam diri seseorang. Karena adanya motif rasa, seseorang akan mencari jawaban atas reaksi tertentu untuk ditanamkan bersama motif netral. Kebiasaan itu terus berlanjut hingga seseorang meyakini bahwa motif netral dapat mendorong reaksi yang sama untuk menghilangkan motif rasa yang menimbulkan reaksi awal. Prinsip ini berlaku dalam melakukan Zikir, Doa, dan Kalimat Thayyibah. Jika seorang anak mengetahui manfaat yang ia peroleh apabila ia membiasakan mengingat Allah Ta’ala, maka hingga dia dewasa pun aktivitas mengingat Allah Ta’ala akan menjadi hal yang tidak asing lagi baginya.(St.Diyar)

Referensi : Muhammad Harfin Zuhdi, Hadis-Hadis Psikologi, 2019.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement