Khazanah
Beranda » Berita » Jangan Malu Bertanya, Tapi Malulah Kalau Nggak Mau Belajar

Jangan Malu Bertanya, Tapi Malulah Kalau Nggak Mau Belajar

Santri bertanya dengan penuh hormat kepada gurunya, simbol semangat dan keikhlasan belajar.
Ilustrasi filosofis tentang semangat bertanya dengan adab dalam proses belajar.

Surau.co. Jangan malu bertanya, tapi malulah kalau nggak mau belajar. Kalimat ini sering kita dengar sejak kecil, tapi maknanya terasa makin dalam seiring bertambahnya usia. Banyak orang dewasa yang sebenarnya ingin tahu, tapi gengsi untuk bertanya. Mereka takut terlihat bodoh, padahal justru dengan bertanyalah kebodohan bisa hilang.

Burhān al-Dīn al-Zarnūjī, ulama besar abad ke-12 dalam kitabnya Ta‘lim al-Muta‘allim, menulis kalimat yang seolah menampar kita semua:

“لا يستحيي من لا يعلم أن يتعلم.”
“Tidak sepatutnya orang yang tidak tahu merasa malu untuk belajar.”

Zarnūjī tahu bahwa manusia sering tersesat bukan karena bodoh, tapi karena malu untuk mengakui bahwa ia tidak tahu. Di situlah awal kesombongan yang paling halus. Maka ia menegaskan: malu itu harus ada, tapi tempatkan di tempat yang benar — malulah ketika kamu tahu kebenaran tapi tidak mau mencarinya.

Fenomena Zaman: Banyak Informasi, Tapi Sedikit Pemahaman

Sekarang ini dunia seperti perpustakaan tanpa penjaga. Semua orang bisa mengakses informasi apa saja, dari mana saja. Tapi ironinya, semakin banyak yang tahu, semakin sedikit yang benar-benar paham. Banyak orang membagikan opini tanpa dasar, merasa pintar hanya karena membaca judul berita.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Zarnūjī menulis dalam Ta‘lim al-Muta‘allim:

“العلم حياة القلوب ونور الأبصار.”
“Ilmu adalah kehidupan bagi hati dan cahaya bagi pandangan.”

Artinya, ilmu bukan sekadar kumpulan data, tapi cahaya yang menghidupkan batin. Dan cahaya itu tidak akan menyala jika kita menolak belajar dari orang lain, apalagi merasa cukup dengan diri sendiri.

Kita hidup di zaman ketika orang lebih takut terlihat bodoh daripada benar-benar bodoh. Banyak yang berpura-pura tahu agar dianggap pintar, padahal menutup diri dari kesempatan untuk belajar lebih dalam.

Bertanya Itu Tanda Rendah Hati

Bertanya bukan tanda bodoh, tapi tanda kerendahan hati. Justru orang sombong yang tidak mau bertanya, karena ia merasa sudah tahu segalanya. Dalam pandangan Zarnūjī, bertanya adalah bagian dari ibadah, karena ia membuka jalan bagi datangnya ilmu.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Ia menulis:

“السؤال نصف العلم.”
“Bertanya adalah separuh dari ilmu.”

Kalimat ini luar biasa. Artinya, ketika kamu bertanya, kamu sudah berada di tengah jalan menuju pengetahuan. Separuh lainnya adalah mendengar dan mengamalkan.

Rasulullah ﷺ pun bersabda:

إِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ
“Obat bagi kebodohan adalah bertanya.”
(HR. Abu Dawud)

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Jadi, kalau kamu merasa bodoh, itu bukan masalah. Yang jadi masalah adalah ketika kamu tidak mencari obatnya. Dalam Islam, kebodohan bukan aib — yang aib adalah kesombongan yang membuatmu berhenti belajar.

Rasa Malu yang Benar: Takut Tidak Belajar

Zarnūjī dalam kitabnya menulis lagi dengan nada penuh kasih tapi tegas:

“من لم يتعلم في صغره لم يتقدم في كبره.”
“Barang siapa tidak belajar di masa muda, maka ia tidak akan berkembang di masa tuanya.”

Kalimat ini tidak hanya bicara tentang umur, tapi tentang semangat. Karena sejatinya masa muda bukan angka, tapi sikap. Seseorang bisa berusia 70 tahun dan tetap muda, jika ia masih mau belajar.

Maka jangan pernah malu untuk bertanya, bahkan kepada yang lebih muda sekalipun. Karena kebenaran tidak punya umur.
Zarnūjī mengajarkan bahwa ilmu bukan milik golongan, bukan milik generasi, tapi milik siapa saja yang mau mencarinya dengan tulus.

Fenomena: Banyak yang Bicara, Sedikit yang Mendengar

Hari ini, semua orang ingin berbicara, tapi sedikit yang mau mendengar. Semua ingin didengar, tapi malas mendengarkan. Akibatnya, ruang belajar berubah jadi medan perdebatan.

Padahal, Zarnūjī menulis:

“ينبغي للطالب أن يسمع أكثر مما يتكلم.”
“Seorang murid seharusnya lebih banyak mendengar daripada berbicara.”

Ilmu tidak tumbuh dari banyak bicara, tapi dari banyak mendengar dan merenung. Karena setiap pertanyaan yang tulus membuka jalan bagi jawaban yang berharga.

Mendengarkan adalah bentuk belajar yang paling sederhana tapi paling dilupakan. Maka kalau kamu ingin berilmu, belajarlah bukan hanya dari buku, tapi dari manusia, dari kehidupan, dan dari setiap tanya yang jujur.

Bertanya dengan Adab, Belajar dengan Hati

Zarnūjī juga mengingatkan, bahwa dalam belajar, adab lebih tinggi dari sekadar kepandaian. Bertanya pun harus disertai rasa hormat. Ia menulis:

“العلم لا يُنال إلا بالأدب مع الأستاذ.”
“Ilmu tidak akan diperoleh kecuali dengan adab terhadap guru.”

Artinya, bukan sekadar bertanya, tapi tahu cara bertanya. Bertanya dengan niat mencari kebenaran, bukan untuk menguji atau mempermalukan. Karena ilmu tidak akan masuk ke hati yang sombong.

Bertanya dengan adab membuka pintu ilmu, sementara bertanya dengan ego hanya memperluas kesombongan. Maka sebelum bertanya kepada guru, luruskan dulu niat: apakah kita ingin mengerti, atau hanya ingin menang?

Refleksi: Tanda Hidupnya Jiwa Adalah Rasa Ingin Tahu

Kalau kamu berhenti bertanya, tandanya kamu berhenti tumbuh. Kalau kamu berhenti belajar, tandanya kamu mulai mati — bukan tubuhmu, tapi jiwamu.

Belajar bukan hanya tentang sekolah, tapi tentang hidup itu sendiri. Setiap masalah adalah guru, setiap kegagalan adalah pelajaran.
Jadi, malulah bukan karena tidak tahu, tapi karena tidak mau tahu.

Zarnūjī mengajarkan bahwa belajar adalah bentuk ibadah. Karena setiap langkah mencari ilmu adalah jalan menuju cahaya. Maka jangan biarkan rasa malu yang salah tempat memadamkan cahaya itu.

Bertanyalah, bahkan kepada diri sendiri. Karena setiap pertanyaan yang jujur akan menuntunmu lebih dekat kepada kebenaran, dan kepada Allah yang Maha Mengetahui.

 

* Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo, Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement