Khazanah
Beranda » Berita » Rajin Belajar Itu Nggak Cukup, Harus Juga Rajin Merenung

Rajin Belajar Itu Nggak Cukup, Harus Juga Rajin Merenung

Santri merenung di bawah cahaya malam sambil membaca kitab, simbol pertemuan antara ilmu dan kesadaran.
Ilustrasi pelajar yang menyeimbangkan belajar dan tafakkur, menggambarkan pencarian makna dalam ilmu.

Surau.co. Rajin belajar itu nggak cukup, harus juga rajin merenung. Kita sering bangga kalau sudah membaca banyak buku, ikut banyak pelatihan, hafal banyak teori. Tapi anehnya, hidup kita masih serba kacau: gampang marah, iri, cemas, bahkan kehilangan arah. Itu karena ilmu yang masuk ke kepala belum sempat menyentuh hati.

Burhān al-Dīn al-Zarnūjī, dalam kitab Ta‘lim al-Muta‘allim, menulis bahwa ilmu sejati tidak cukup dipelajari, tapi juga harus direnungi agar menjadi hikmah. Ia berkata:

“العلم حياة القلوب ونور الأبصار.”
“Ilmu adalah kehidupan bagi hati dan cahaya bagi pandangan.”

Namun, hati yang sibuk mengejar nilai dan gelar tidak akan hidup. Pandangan yang hanya tertuju pada hasil dunia tidak akan jernih.
Belajar memang penting, tapi tanpa perenungan, ilmu itu cuma jadi tumpukan informasi yang mati—tidak menghidupkan jiwa dan tidak mengubah laku.

Ketika Otak Sibuk, Tapi Hati Kosong

Fenomena yang paling sering terjadi hari ini adalah banyak orang pandai, tapi sedikit yang bijak. Banyak sarjana, tapi jarang yang arif. Dunia pendidikan lebih sibuk mencetak manusia cerdas daripada manusia yang sadar.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Zarnūjī menulis dengan nada nasihat:

“من لم يُهذّب أخلاقه لم ينتفع بعلمه.”
“Barang siapa tidak memperbaiki akhlaknya, maka ilmunya tidak akan bermanfaat.”

Artinya, belajar bukan cuma soal otak, tapi juga soal moral dan jiwa.
Kalau seseorang rajin belajar tapi malas merenung, ia hanya akan pandai bicara, bukan pandai memahami. Ia tahu definisi sabar, tapi tidak bisa bersabar. Ia hafal dalil tentang ikhlas, tapi tetap gelisah kalau tidak dipuji.

Ilmu tanpa renungan adalah air tanpa wadah—mengalir tanpa arah dan mudah hilang di jalan.

Merenung Itu Bagian dari Belajar

Zarnūjī sebenarnya tidak hanya bicara soal metode belajar, tapi juga soal rasa dalam belajar. Dalam kitabnya ia menulis:

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

“ينبغي لطالب العلم أن يتفكّر في عواقب الأمور.”
“Seorang penuntut ilmu seharusnya senantiasa memikirkan akibat dari segala perbuatannya.”

Di sini, merenung (tafakkur) menjadi bagian dari adab belajar. Karena belajar bukan cuma untuk tahu, tapi juga untuk memahami arah hidup.

Allah ﷻ sendiri berulang kali memerintahkan manusia untuk merenung. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau berpikir.”
(QS. Ar-Rūm: 21)

Ayat ini menegaskan bahwa orang yang beriman bukan yang banyak tahu, tapi yang mau merenung. Karena renungan adalah pintu menuju kesadaran. Tanpa renungan, ilmu tidak akan berbuah hikmah.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Fenomena Hari Ini: Cepat Paham, Tapi Cepat Lupa

Kita hidup di zaman instan, di mana orang ingin tahu banyak hal tanpa benar-benar memahami apa pun.
>Belajar agama cukup dari video 5 menit. Belajar hidup cukup dari kutipan motivasi. Belajar ilmu cukup dari ringkasan. Padahal, ilmu sejati butuh waktu untuk mendarat di hati.

Zarnūjī menulis:

“لا ينال العلم براحة الجسد.”
“Ilmu tidak akan diraih dengan kenyamanan jasad.”

Belajar sejati membutuhkan kesungguhan dan kesabaran, termasuk kesediaan untuk merenungi apa yang sudah dipelajari. Karena ilmu yang cepat datang, akan cepat hilang. Tapi ilmu yang lahir dari renungan akan menetap selamanya.

Coba kita bayangkan: orang yang rajin belajar tapi tidak pernah merenung ibarat tukang kebun yang rajin menanam, tapi tidak pernah menyiram. Ia capek, tapi tak pernah panen.

Renungan yang Melahirkan Kebijaksanaan

Rasulullah ﷺ bersabda:

تَفَكُّرُ سَاعَةٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةِ سَنَةٍ
“Satu jam merenung lebih baik daripada ibadah setahun.”
(HR. al-Baihaqi)

Merenung bukan berarti diam tanpa arah. Ia adalah perjalanan batin untuk menghidupkan ilmu dalam diri.
Ketika seseorang merenung, ia memberi ruang bagi ilmu untuk berbicara. Ia mulai melihat hubungan antara pengetahuan dan kenyataan hidup. Dari situ lahir kebijaksanaan — kemampuan untuk menempatkan ilmu pada tempatnya.

Zarnūjī pun memberi peringatan halus:

“العلم يدعو إلى العمل، فإن أجابه وإلا ارتحل.”
“Ilmu akan memanggil amal. Jika amal menjawabnya, ilmu akan menetap; jika tidak, ilmu akan pergi.”

Artinya, kalau kita belajar tapi tidak merenung, ilmu itu akan pergi. Ia tidak akan membentuk tindakan. Tapi kalau kita merenung dan mengamalkan, ilmu itu akan tinggal, tumbuh, dan menerangi.

Merenung Adalah Cermin untuk Jiwa

Kalau rajin belajar tapi tidak pernah merenung, kita hanya akan pandai menilai orang lain, bukan diri sendiri.
Renungan membuat kita menatap cermin batin. Ia mengajarkan kejujuran yang tidak bisa diajarkan oleh guru mana pun.

Belajar memberi kita pengetahuan tentang dunia luar, sementara merenung memberi kita pengetahuan tentang dunia dalam.
Dan hanya ketika dua dunia itu bertemu, barulah lahir kebijaksanaan.

Itulah sebabnya Zarnūjī menekankan tazkiyatun nafs — penyucian diri — dalam proses belajar. Karena ilmu sejati bukan untuk menaklukkan dunia, tapi untuk menundukkan ego.

Refleksi: Seimbangkan Antara Belajar dan Berhenti

Kita perlu belajar, tapi juga perlu berhenti sejenak.
Bukan berhenti dalam arti menyerah, tapi memberi ruang bagi ilmu untuk berbuah dalam hati.

Kalau terus menelan tanpa merenung, pikiran akan penuh tapi hati tetap kosong.
Tapi kalau belajar disertai renungan, setiap hal kecil bisa jadi hikmah: sebatang pohon bisa jadi guru sabar, seekor burung bisa jadi pengingat kebebasan, bahkan kesalahan bisa jadi pelajaran yang mahal.

Zarnūjī seakan ingin mengatakan: belajar itu menyalakan lampu, dan merenung adalah cara menjaga nyalanya agar tidak padam.

 

* Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo, Ponorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement