Surau.co. Sedekah adalah amal yang tampak kecil di tangan, namun besar di sisi Allah. Ia bukan sekadar memberi, tetapi juga melatih hati untuk ikhlas, sabar, dan percaya pada janji Tuhan. Dalam kehidupan yang serba cepat dan materialistis, nilai sedekah kerap terlupakan. Padahal, keutamaan sedekah dapat menjadi sumber keberkahan yang tak pernah habis, sebagaimana digambarkan dalam kitab Ad-Durratun Nashihin karya Syekh Utsman bin Hasan Asy-Syakiri Al-Khubawi.
Kitab klasik ini banyak membahas keutamaan amal saleh yang menghidupkan hati, salah satunya sedekah. Menurut beliau, sedekah bukan hanya bentuk kebaikan sosial, tetapi juga jembatan menuju ketenangan spiritual. Ia adalah bukti nyata dari cinta seorang hamba kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia.
Sedekah dalam Pandangan Al-Qur’an
Al-Qur’an berulang kali menekankan keutamaan sedekah. Dalam surah Al-Baqarah ayat 261, Allah berfirman:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Ayat ini menggambarkan bahwa setiap sedekah yang ikhlas akan berlipat ganda pahalanya, bahkan lebih dari tujuh ratus kali lipat. Tidak hanya itu, Allah juga menegaskan bahwa Dia melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya — menandakan adanya rahasia spiritual di balik amal memberi.
Sedekah bukan hanya tentang jumlah, tetapi tentang niat. Allah tidak menilai besar kecilnya harta yang diberikan, melainkan ketulusan hati yang melakukannya. Karena itu, seorang miskin yang memberi dengan penuh keikhlasan bisa jadi lebih mulia daripada orang kaya yang memberi dengan kesombongan.
Pandangan Ad-Durratun Nashihin tentang Sedekah
Dalam Ad-Durratun Nashihin, Syekh Utsman bin Hasan menulis dengan penuh kelembutan:
“الصدقة تدفع البلاء، وتزيد في الرزق، وتفتح أبواب السماء.”
“Sedekah menolak bala, menambah rezeki, dan membuka pintu langit.”
Kata-kata ini menunjukkan bahwa sedekah memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa. Ia bukan sekadar memberi manfaat bagi penerima, tetapi juga bagi pemberinya. Dalam pandangan sang ulama, sedekah memiliki tiga keutamaan besar: menolak musibah, melapangkan rezeki, dan mendekatkan diri kepada Allah.
Syekh Utsman juga menegaskan bahwa tidak ada sedekah yang sia-sia, bahkan sekecil apa pun. Sebuah senyum, bantuan tenaga, atau sekadar menyingkirkan duri di jalan termasuk sedekah. Beliau menulis:
“تبسمك في وجه أخيك صدقة، والكلمة الطيبة صدقة.”
“Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah, dan perkataan baik adalah sedekah.”
Artinya, Islam memandang sedekah bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi dalam segala amal kebaikan yang membawa manfaat bagi sesama.
Sedekah Sebagai Pembersih Hati dan Harta
Sedekah memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar memberi. Ia membersihkan hati dari sifat kikir dan keserakahan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim)
Hadis ini mengandung makna spiritual: bahwa sedekah justru menambah, bukan mengurangi. Dalam pandangan manusia, memberi berarti berkurang. Tetapi dalam pandangan Allah, memberi berarti menumbuhkan. Harta yang disedekahkan tumbuh dalam keberkahan, menolak bala, dan menjadi penolong di akhirat.
Dalam Ad-Durratun Nashihin, Syekh Utsman menulis penjelasan yang menenangkan hati:
“من تصدق بدرهم واحد بإخلاص، كتب الله له سبعمائة درهم في ميزان حسناته.”
“Barang siapa bersedekah satu dirham dengan ikhlas, maka Allah akan menuliskan baginya tujuh ratus dirham di timbangan amal kebaikan.”
Sedekah adalah cermin keikhlasan. Ia tidak butuh publikasi, tidak menuntut balasan. Justru, ia menjadi sarana untuk menumbuhkan rasa syukur dan menguatkan iman. Dengan memberi, seseorang belajar bahwa rezeki sejati bukanlah apa yang disimpan, melainkan apa yang dibagikan.
Sedekah yang Mengundang Keberkahan Hidup
Banyak kisah yang menunjukkan keajaiban sedekah. Dalam Ad-Durratun Nashihin, disebutkan cerita seorang pedagang yang selalu memulai hari dengan bersedekah. Suatu ketika, kapal dagangnya hampir tenggelam karena badai. Namun ia selamat. Ketika ditanya sebabnya, ia menjawab, “Aku percaya, sedekahku setiap pagi menjaga perniagaanku dari kebinasaan.”
Syekh Utsman menjelaskan:
“الصدقة حصن من النار، وسيف على الشيطان، ودواء من الداء.”
“Sedekah adalah benteng dari neraka, pedang melawan setan, dan obat dari penyakit.”
Keberkahan sedekah tidak hanya dirasakan di dunia, tetapi juga di akhirat. Ia menjadi cahaya di kubur dan naungan pada hari kiamat. Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ
“Setiap orang akan berada di bawah naungan sedekahnya hingga keputusan antara manusia ditetapkan.” (HR. Ahmad)
Artinya, sedekah yang dilakukan dengan tulus akan menjadi pelindung di hari yang tidak ada perlindungan selain rahmat Allah.
Sedekah yang Ikhlas: Rahasia Amal yang Diterima
Keutamaan sedekah tidak hanya bergantung pada jumlah, tetapi pada keikhlasan. Dalam Ad-Durratun Nashihin, Syekh Utsman menasihati agar sedekah dilakukan dengan hati yang bersih:
“أخفوا الصدقة كما تخفون المعصية، فإنها بينك وبين الله.”
“Sembunyikanlah sedekah sebagaimana engkau menyembunyikan maksiat, karena ia antara engkau dan Allah.”
Sedekah yang dilakukan tanpa pamrih akan lebih diterima di sisi Allah. Bahkan, memberi diam-diam lebih utama daripada memberi dengan niat dipuji.
Dalam kehidupan modern yang sering menampilkan kebaikan di media sosial, pesan ini terasa sangat relevan. Terkadang, keikhlasan diuji bukan dalam kemampuan memberi, tetapi dalam kemampuan menyembunyikan kebaikan.
Ikhlas dalam sedekah berarti menyerahkan hasilnya sepenuhnya kepada Allah, tanpa mengharapkan balasan dari manusia. Ketika seseorang memberi dengan hati yang ikhlas, sedekahnya menjadi sumber ketenangan, bukan kesombongan.
Sedekah dalam Kehidupan Modern
Zaman kini menawarkan banyak cara untuk bersedekah: secara langsung, melalui lembaga, bahkan lewat platform digital. Namun esensinya tetap sama — niat yang tulus. Sedekah bukan sekadar transfer uang, melainkan transfer kasih sayang.
Kita bisa bersedekah dengan ilmu, waktu, tenaga, bahkan perhatian. Menyebarkan ilmu yang bermanfaat, membantu teman yang kesulitan, atau sekadar mendoakan seseorang juga termasuk sedekah. Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ
“Setiap perbuatan baik adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka, sedekah dapat dilakukan oleh siapa pun dan kapan pun. Tidak perlu menunggu kaya, karena memberi bukan tentang jumlah, melainkan tentang niat.
Buah dari Sedekah: Kedamaian dan Keberkahan
Sedekah memiliki dampak langsung pada batin. Orang yang gemar bersedekah akan lebih tenang, lebih bahagia, dan lebih optimis dalam menghadapi hidup. Hatinya lapang karena ia tahu bahwa rezekinya telah Allah jamin.
Sedekah juga mempererat hubungan sosial. Ia menumbuhkan rasa empati, menghapus kesenjangan, dan menumbuhkan kasih di antara manusia. Di balik setiap tangan yang memberi, ada hati yang merasakan syukur; di balik setiap tangan yang menerima, ada doa yang naik ke langit.
Inilah mengapa sedekah disebut “amal yang tak pernah habis”. Walau harta berkurang, keberkahan bertambah. Walau tangan lelah memberi, hati justru ringan karena penuh rahmat.
Penutup
Sedekah adalah cahaya yang tidak padam, amal yang tidak pernah habis. Ia menghidupkan hati yang keras, menenangkan jiwa yang gelisah, dan memperindah dunia dengan kebaikan. Dalam Ad-Durratun Nashihin, Syekh Utsman menulis kalimat yang menutup penuh makna:
“الصدقة ظل المؤمن يوم القيامة، فمن أراد ظلًّا فليتصدق.”
“Sedekah adalah naungan bagi orang beriman pada hari kiamat. Maka siapa yang ingin naungan, hendaklah ia bersedekah.”
Maka, marilah kita memperbanyak sedekah dengan hati yang ikhlas. Karena setiap sedekah adalah benih kebaikan yang akan tumbuh menjadi pohon amal di surga. Dan setiap kebaikan, sekecil apa pun, tidak akan hilang di mata Allah.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
