Kisah
Beranda » Berita » Kisah Tragis Tokoh Jahiliyah Tewas Disambar Petir 

Kisah Tragis Tokoh Jahiliyah Tewas Disambar Petir 

Kisah Tragis Tokoh Jahiliyah Tewas Disambar Petir 
Ilustrasi Disambar Perir (Foto: Net)

SURAU.CO – Petir adalah salah satu manifestasi kekuasaan Allah yang menunjukkan kebesaran dan kemahakuasaan-Nya. Suaranya yang menggelegar mampu membuat hati manusia bergetar dan takut. Bahkan, dalam beberapa peristiwa, petir bisa menjadi alat hukuman Allah bagi orang-orang yang durhaka. Hal ini ditegaskan dalam QS Ar-Ra’d ayat 13, yang berbunyi:

“Dan guruh bertasbih memuji-Nya, (demikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, sementara mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia Mahakeras siksaan-Nya.”

Ayat ini menggambarkan bahwa guruh dan malaikat tunduk pada perintah Allah, sementara manusia yang sombong justru mempermainkan nama-Nya.

Kesombongan Amir bin ath-Thufail

Dalam Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan kisah Amir bin ath-Thufail, seorang pemuka kaum jahiliyah yang terkenal angkuh dan sombong. Rasulullah SAW pernah mengutus seorang sahabat untuk menjelajah agar datang dan mendengarkan dakwah Islam. Namun, Amir justru membalasnya dengan nada menghina.

Ketika sahabatnya berkata, “Rasulullah memanggilmu,” Amir menjawab dengan congkak, “Siapa Rasulullah itu? Dan apa itu Allah? Apakah Dia terbuat dari emas, perak, atau tembaga?” Jawaban itu mencerminkan kesombongan luar biasa yang menolak kebenaran.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Utusan itu pun kembali kepada Rasulullah dan menyampaikan penolakan Amir. Namun, Rasulullah tetap menyuruhnya untuk menemui amir kembali.  Hingga tiga kali utusan itu menemui Amir, tetapi jawabannya tetap sama—mengejek dan menolak kepada Allah dan Rasul-Nya.

Petir yang Menyambar

Ketika kesombongan Amir sudah melampaui batas, Allah menunjukkan kuasa-Nya secara nyata. Awan pekat mendung datang menggantung di atas kepalanya, mengeluarkan suara guruh yang menggelegar. Tiba-tiba, petir menyambar Amir bin ath-Thufail hingga tewas mengenaskan. Peristiwa itu membuat orang-orang di sekitarnya gemetar ketakutan.

Setelah kejadian tersebut, Allah menurunkan ayat yang berbunyi, “Wa yursilush shawaa’iqa fayushibu bihaa man yasyaa’…” (dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki).

Peristiwa itu menjadi bukti bahwa tidak ada yang bisa menghalangi kehendak Allah. Orang sombong yang mempermainkan agama, pasti akan menerima balasan setimpal dari-Nya.

Arbad bin Rabi’ah Menyusul Tewas Disambar Petir

Kisah lain yang juga berkaitan dengan turunnya ayat ini diriwayatkan dari Qatadah. Ia menceritakan bahwa ayat tersebut juga turun dengan dua tokoh jahiliyah, yaitu ‘Amir bin ath-Thufail dan Arbad bin Rabi’ah. Keduanya datang ke Madinah dan bertemu Rasulullah SAW dengan niat buruk. Mereka meminta sebagian kekuasaan Rasulullah dengan sombong, namun tentu saja permintaan itu ditolak.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Amir berkata dengan nada mengancam, “Demi Allah, akan kupenuhi kota ini dengan pasukan kuda dan para pemuda yang gagah untuk melawanmu.” Rasulullah SAW menjawab dengan tenang, “Allah akan menolak seranganmu, juga serangan kaummu.”

Mendengar hal itu, keduanya menyusun rencana jahat untuk membunuh Rasulullah. Saat Amir berbicara dengan Nabi, Arbad diam-diam menghunus pedangnya untuk menyerang dari belakang. Namun, Allah melindungi Rasulullah dari kejahatan mereka. Pedang itu tidak bisa diangkat dan tangan Arbad malah kaku.

Mereka pun kabur keluar dari Madinah. Namun di tengah perjalanan, petir menyambar Arbad hingga tubuhnya hangus dan mati di tempatnya. Sedangkan Amir terkena wabah tha’un (semacam penyakit menular yang menyebabkan bisul besar di tubuhnya). Ia menderita sakit parah hingga akhirnya mati dengan mengenaskan. Dalam keadaan desahnya, ia berkata, “Hai keluarga Amir, aku terserang bisul seperti punuk unta, dan kematianku sudah dekat.”

Hikmah di Balik Kisah

Kematian tragis Amir bin ath-Thufail dan Arbad bin Rabi’ah menjadi peringatan keras bagi manusia sepanjang masa. Kesombongan dan penghinaan terhadap Allah dan Rasul bukanlah hal yang ringan. Allah bisa saja langsung menimpakan azab tanpa peringatan.

Kisah ini mengajarkan bahwa kekuasaan, jabatan, dan keberanian manusia tidak berarti apa-apa di hadapan kekuasaan Allah. Tak ada yang mampu menandingi kemauan-Nya. Sebaliknya, orang-orang yang beriman dan tunduk akan selalu berada dalam perlindungan-Nya.

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah

Peristiwa ini menjadi peringatan abadi bahwa azab Allah bisa datang kapan saja kepada siapa pun yang menentang kebenaran. Fir’aun Mesir pernah binasa di lautan, dan “Fir’aun Arab” ini mati disambar petir di daratan. Semua menunjukkan satu hal: tidak ada tempat bagi yang tampil di hadapan Allah.

Maka, setiap kali kita mendengar guruh di langit, hendaknya hati kita bergetar mengingat kebesaran-Nya. Petir bukan sekadar fenomena alam, namun tanda kekuasaan Allah yang harus membuat manusia tunduk dan bersyukur. Sebab, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu dan Mahakeras merebahkan-Nya.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement