SURAU.CO – Kisah hijrah Nabi Muhammad ﷺ dari Makkah ke Madinah menyimpan banyak pelajaran tentang kesabaran, keberanian, dan pertolongan Allah yang datang dari arah tak terduga. Salah satu peristiwa yang paling mengharukan dalam perjalanan itu adalah ketika Nabi ﷺ bersama sahabat setianya, Abu Bakar ash-Shiddiq bersembunyi di Gua Tsur.
Menukil dari Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Khalil, peristiwa ini terjadi ketika Nabi ﷺ memutuskan untuk berhijrah setelah mendapat perintah Allah. Kaum Quraisy yang sangat marah atas dakwah Nabi membuat rencana jahat untuk membunuh beliau. Namun, Jibril menyampaikan wahyu agar Nabi segera meninggalkan Makkah malam itu juga. Dengan langkah tenang dan penuh tawakal, Nabi melangkah keluar dari rumahnya dengan menaburkan debu di kepala para pemuda Quraisy yang sedang mengintainya, sambil membaca ayat Surah Yasin. Sehingga tak seorang pun menyadari bahwa dia telah pergi.
Perjalanan Menuju Gua Tsur
Nabi kemudian menuju rumah Abu Bakar untuk memulai perjalanan bersejarah itu. Mereka berdua meninggalkan Makkah menuju arah Selatan. Tujuannya adalah Gua Tsur, sebuah gua yang terletak di gunung yang cukup terjal, sekitar empat mil dari Makkah. Menurut Moenawar Khalil, perjalanan menuju gua itu sangat berat. Abu Bakar sempat berjalan di depan, kemudian di belakang Nabi, karena ia khawatir ada bahaya yang mengancam dari berbagai arah. Setibanya di mulut gua, Abu Bakar masuk lebih dulu untuk memeriksa keadaan di dalam. Ia menutup lubang-lubang kecil dengan kainnya agar tidak ada binatang berbisa yang bisa melukai Nabi. Setelah merasa aman, barulah Rasulullah ﷺ masuk dan beristirahat di dalam gua yang sempit dan gelap itu.
Pada saat itulah dua hewan kecil berperan besar dalam menjaga keselamatan Nabi. Seekor laba-laba atas izin Allah segera membuat jaring di pintu gua. Tak lama kemudian, sepasang burung merpati datang dan membuat sarang di dekat pintu masuk, bahkan bertelur di sana. Semua itu terjadi dalam waktu yang sangat singkat, sebagai bentuk perlindungan yang tampak alami namun sarat dengan keajaiban ilahi.
Sementara itu, kaum Quraisy yang marah besar menyadari bahwa Nabi Muhammad ﷺ telah meninggalkan Makkah. Mereka menyebar ke berbagai arah untuk mencari beliau. Jejak kaki Nabi dan Abu Bakar berhasil mereka temukan, hingga akhirnya membawa mereka menuju Gunung Tsur. Beberapa orang dari mereka bahkan sampai di depan mulut gua tempat Nabi bersembunyi. Abu Bakar yang melihat kedatangan mereka menjadi sangat cemas. Ia berbisik, “Wahai Rasulullah, seandainya salah satu dari mereka menundukkan pandangan ke arah kakinya, pasti mereka akan melihat kita.” Namun Nabi dengan tenang menjawab, “Wahai Abu Bakar, apa pendapatmu tentang dua orang yang bersama mereka ada Allah?”
Jaring Laba-Laba dan Sarang Burung sebagai Bukti Kekuasaan Allah
Ketika pasukan Quraisy berdiri di depan pintu gua, mereka melihat jaring laba-laba yang tampak tua dan sarang burung dengan telur-telurnya. Mereka pun berkata, “Tidak mungkin ada orang yang masuk ke dalam sini. Jika Muhammad masuk, tentu jaring ini sudah rusak dan telur burung ini pecah.” Mereka pun berbalik arah tanpa memeriksa lebih jauh. Begitulah cara Allah melindungi kekasih-Nya, melalui dua makhluk kecil yang seolah tak berarti di mata manusia, tetapi menjadi perisai yang sangat kokoh di bawah kehendak-Nya.
Setelah tiga hari bersembunyi di Gua Tsur, suasana mulai aman. Asma’ binti Abu Bakar dengan penuh keberanian mengantarkan makanan ke gua setiap malam, sementara Abdullah bin Abu Bakar mengabarkan berita-berita dari Makkah. Ketika habitat kaum Quraisy sudah mereda, Nabi dan Abu Bakar melanjutkan perjalanan menuju Madinah dengan ditemani seorang penunjuk jalan bernama Abdullah bin Uraiqith.
Keajaiban yang Ditegaskan Al-Qur’an
Peristiwa di Gua Tsur menjadi bukti nyata dari firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 40:
“Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad), maka sesungguhnya Allah telah menolongnya ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Makkah), sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua. Ketika dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.’ Maka Allah menurunkan ketenangan kepada-Nya dan memperkuatnya dengan tentara yang tidak kamu lihat…”
Ayat ini menegaskan bahwa pertolongan Allah tidak selalu tampak dalam bentuk kekuatan besar. Kadang-kadang, ia datang melalui hal-hal sederhana yang tak pernah kita duga, seperti jaring laba-laba dan sarang burung merpati di pintu gua. Dari kisah ini, umat Islam belajar bahwa siapa pun yang bersandar kepada Allah tidak akan pernah dibiarkan sendiri. Sebesar apa pun ancaman, sekecil apa pun kekuatan yang dimiliki, jika disertai iman dan tawakal, maka pertolongan Allah pasti datang.
Kisah di Gua Tsur bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi juga cermin kehidupan: bahwa perlindungan Allah bisa hadir dari arah yang tak terlihat, bahkan melalui makhluk kecil yang penuh berkah. Dari laba-laba dan burung merpati, kita belajar bahwa setiap makhluk memiliki peran dalam rencana besar Allah. Dan dari keteguhan Nabi ﷺ, kita belajar arti tawakal sejati—berserah sepenuhnya kepada Allah, Sang Pelindung yang tak pernah meninggalkan hamba-Nya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
