Khazanah
Beranda » Berita » Lauh Mahfudz: Kitab Takdir yang menyimpan Segala Ketentuan Allah

Lauh Mahfudz: Kitab Takdir yang menyimpan Segala Ketentuan Allah

Lauh Mahfudz: Kitab Takdir yang menyimpan Segala Ketentuan Allah
Ilustrasi Lauh Mahfudz (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Setiap muslim meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta tidak pernah lepas dari kehendak Allah SWT. Baik kehidupan, kematian, rezeki, musibah, maupun keberuntungan, semuanya telah dicatat dengan rapi dalam satu kitab yang disebut Lauh Mahfudz. Keyakinan ini bukan sekedar konsep teologis, tetapi bagian dari rukun iman, yaitu iman kepada takdir Allah, baik yang baik maupun yang buruk.

Secara bahasa, kata Lauh berarti lembaran atau papan tempat menulis. Dalam kitab Al Ifaadah Aqidah Dasar Salafiyah, Abu Fawwaz Nasrul Mas’udi menjelaskan bahwa menurut Imam Kholil Ahmad, Lauh mencakup seluruh lembaran yang terbuat dari kayu atau tulang yang dijadikan media tulisan. Sedangkan Mahfudz berarti terjaga atau terlindungi. Maka secara istilah, Lauh Mahfudz bermakna papan atau kitab yang terjaga dari penambahan, pengurangan, perubahan, maupun penyimpangan.

Para ulama menggambarkan Lauh Mahfudz sebagai kitab agung yang berada di tempat tinggi, terjaga dari segala bentuk campur tangan makhluk. Hamid Ahmad Ath-Thahir Al-Basyuni dalam Kisah-kisah dalam Al-Qur’an menyebut bahwa Lauh Mahfudz adalah bentangan dari mutiara putih, panjangnya antara langit dan bumi, luasnya antara timur dan barat. Penanya terbuat dari cahaya, dan tulisannya terikat langsung ke Arsy Allah. Gambaran tersebut menunjukkan betapa mulia dan agungnya kedudukan Lauh Mahfudz.

Dalil-Dalil tentang Lauh Mahfudz

Keberadaan Lauh Mahfudz bukanlah hal spekulatif, Al-Qur’an dan hadits Nabi SAW menegaskan tentang keberadaan Lauh Mahfud, Dalam surat Al-Buruj ayat 21–22, Allah SWT berfirman:

“Bahkan, (yang didustakan itu) Al-Qur’an yang mulia yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuz).”

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berasal dari sumber yang sangat terjaga, yaitu Lauh Mahfudz. Tidak ada satu huruf pun dari Al-Qur’an yang luput dari penjagaan Allah.

Demikian pula dalam Surah Yunus ayat 61, Allah menegaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengawasan-Nya, bahkan sebesar zarrah (atom) sekalipun, karena semuanya telah tercatat dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfudz). Ini menjadi bukti bahwa segala sesuatu yang terjadi—kecil maupun besar—telah tertulis sebelum ia terjadi.

Firman Allah dalam Surat Al-Hadid ayat 22 juga menegaskan:

“Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa bumi dan tidak juga yang menimpa dirimu sendiri, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.”

Ayat ini memberi pelajaran mendalam bahwa setiap peristiwa yang menimpa manusia, baik berupa kebahagiaan maupun kesedihan, bukanlah sesuatu yang kebetulan. Semuanya telah tertulis dan menjadi bagian dari ketetapan Allah sejak dahulu kala.

Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

Lauh Mahfudz dan Makna Takdir

Dalam hadits sahih riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya Allah telah menciptakan takdir-takdir seluruh makhluk lima puluh ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR.Muslim No.2653)

Hadits ini menjelaskan bahwa takdir telah ditetapkan jauh sebelum penciptaan alam semesta. Hal ini berarti bahwa setiap kejadian yang menimpa manusia bukanlah sesuatu yang baru bagi Allah. Ia telah tertulis dan Allah mengetahuinya secara pasti.

Sementara dalam riwayat Bukhari disebutkan:

“Allah ada di saat tidak ada sesuatu selain-Nya, dan Arsy-Nya berada di atas udara. Kemudian Allah menuliskan segala sesuatu di Dzikir (Lauh Mahfudz) dan menciptakan langit serta bumi.” (HR.Bukhari)

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Hadits ini menegaskan bahwa penulisan segala sesuatu di Lauh Mahfudz terjadi sebelum penciptaan langit dan bumi. Maka, Lauh Mahfudz menjadi bukti nyata dari ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu.

Hikmah Iman kepada Lauh Mahfudz

Memahami keberadaan Lauh Mahfudz menumbuhkan keyakinan bahwa tidak ada satu pun peristiwa yang lepas dari kehendak Allah. Dengan iman hingga takdir, seorang muslim akan lebih mudah menerima kenyataan hidup, baik berupa kenikmatan maupun ujian.

Ketika seseorang ditimpa musibah, ia akan menyadari bahwa semua itu sudah tercatat dalam Lauh Mahfudz. Ia tidak akan larut dalam kesedihan karena tahu bahwa Allah telah menentukannya dengan hikmah. Sebaliknya, saat mendapat kebahagiaan, ia tidak akan sombong karena sadar bahwa kenikmatan itu pun telah Allah tetapkan sejak dulu.

Selain itu, keyakinan terhadap Lauh Mahfudz juga memperkuat rasa tawakal. Seorang mukmin yang yakin bahwa rezekinya sudah tertulis tidak akan merasa cemas secara berlebihan. Ia tetap berusaha sebaik mungkin, namun hati tenang karena tahu bahwa hasil akhirnya telah diatur Allah.

Iman kepada Lauh Mahfudz juga menjauhkan manusia dari keputusasaan. Dalam Surat Al-Hajj ayat 70, Allah menegaskan bahwa segala sesuatu di langit dan bumi telah tercatat dalam kitab-Nya. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi seorang mukmin untuk mengeluh terhadap takdir, sebab semuanya berjalan di bawah kendali dan kebijaksanaan Allah.

Lauh Mahfudz dan Kekuasaan Allah

Keberadaan Lauh Mahfudz menandakan bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada satu pun kejadian yang terjadi tanpa izin dan pengetahuan-Nya. Dalam surat Al-An’am ayat 59, Allah berfirman:

“Tidak ada sehelai daun pun yang gugur kecuali Dia mengetahuinya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).”

Ayat ini menggambarkan betapa luas dan mendalamnya ilmu Allah. Bahkan separuh gugurnya daun pun telah tercatat dalam Lauh Mahfudz. Ini menunjukkan bahwa tak ada yang luput dari pengawasan Allah, sekecil apa pun peristiwa itu.

Penutup

Lauh Mahfudz bukan sekedar konsep dalam teologi Islam, tetapi simbol dari kesempurnaan ilmu, kekuasaan, dan hikmah Allah SWT. Di dalamnya tercatat segala sesuatu yang telah, sedang, dan akan terjadi. Iman kepada Lauh Mahfud melatih kita untuk bersabar, tawakal, dan ridha terhadap takdir.

Ketika memahami manusia bahwa hidupnya berada dalam kendali Allah yang Maha Bijaksana, ia tidak lagi takut menghadapi masa depan. Ia yakin bahwa apa pun yang tertulis di Lauh Mahfudz, semuanya adalah bagian dari kasih sayang dan rencana terbaik Allah


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement