Khazanah
Beranda » Berita » Nuzulul Qur’an: Peristiwa Agung Turunnya Al-Qur’an ke Bumi

Nuzulul Qur’an: Peristiwa Agung Turunnya Al-Qur’an ke Bumi

Nuzulul Quran: Peristiwa Agung Turunnya Al-Qur'an ke Bumi
Ilustrasi Nuzulul Qur'an (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Secara bahasa, istilah Nuzulul Qur’an berasal dari dua kata Arab, yaitu nuzul dan Al-Qur’an. Kata nuzul berarti “turun” atau “menurunkan sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.” Sedangkan Al-Qur’an berarti “bacaan” atau “kitab suci” yang menjadi pedoman bagi umat Islam. Maka secara harfiah, Nuzulul Qur’an berarti peristiwa ketika Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dari tempat yang tinggi, yaitu sisi-Nya, ke bumi melalui perantara malaikat Jibril.

Secara istilah, umat Islam memahami Nuzulul Qur’an sebagai peristiwa ketika Allah SWT menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi Muhammad SAW secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun. Wahyu tersebut membimbing manusia dalam menjalani kehidupan, mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dan alam semesta. Seperti dijelaskan dalam buku Kuliah Al-Qur’an: Kajian Al-Qur’an dalam Teks dan Konteks karya Lalu Muhammad Nurul Wathoni (2021:122), Nuzulul Quran menggambarkan momen ketika Allah menurunkan firman-Nya sebagai petunjuk bagi seluruh umat Islam di bumi.

Tahapan Turunnya Al-Qur’an

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an melalui dua tahapan penting. Pada tahap pertama, Allah menurunkan Al-Qur’an secara keseluruhan dari Lauh Mahfuz ke langit dunia pada malam Lailatul Qadar. Peristiwa ini mencerminkan kemuliaan dan keagungan Al-Qur’an. Allah berfirman dalam surat Al-Qadr ayat 1:

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (Lailatul Qadar).”

Malam Lailatul Qadar membawa keberkahan luar biasa dan nilai lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu, Allah menurunkan Al-Qur’an dalam bentuk utuh dari Lauh Mahfuz sebagai tanda dimulainya penyampaian wahyu kepada manusia.

Pentingnya Akhlak Mulia

Pada tahap kedua, Allah menurunkan Al-Qur’an secara bertahap kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Wahyu pertama yang Nabi Muhammad terima adalah Surah Al-‘Alaq ayat 1–5:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 1–5)

Ayat ini menandai awal masa kenabian Rasulullah SAW. Peristiwa itu terjadi pada tahun 610 M di Gua Hira. Saat itu, Nabi Muhammad menyendiri untuk menenangkan hati dan merenungkani keadaan masyarakat Mekah yang hidup dalam kegelapan moral dan penyembahan berhala.

Makna Spiritual di Balik Turunnya Wahyu

Umat ​​Islam tidak hanya mengenang Nuzulul Qur’an sebagai peristiwa sejarah, tetapi juga memaknainya secara spiritual. Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada manusia. Melalui kitab suci ini, Allah membimbing manusia agar mampu membedakan antara kebenaran dan kesesatan, serta antara kebaikan dan keburukan.

Nuzulul Qur’an juga mengingatkan umat Islam untuk tidak berhenti membaca Al-Qur’an saja, tetapi terus memahami dan mengamalkan isinya. Allah menegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 2:

Hati-hatilah Dengan Pujian Karena Bisa Membuatmu Terlena Dan Lupa Diri

Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa.

Ayat ini menegaskan bahwa Al-Qur’an berfungsi sebagai pedoman bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. Oleh karena itu, setiap kali umat Islam memperingati Nuzulul Quran, mereka perlu memperbarui semangat dalam membaca, mengkaji, dan mengamalkan isi Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.

Konteks Turunnya Al-Qur’an Secara Bertahap

Allah menurunkan Al-Qur’an secara bertahap agar umat Islam dapat memahami dan mengamalkan ajarannya secara perlahan namun mendalam. Turunnya ayat-ayat Al-Qur’an yang menyesuaikan dengan situasi yang menghadap Rasulullah SAW dan para sahabat menunjukkan bentuk bimbingan langsung dari Allah.

Ketika umat Islam menghadapi kesulitan, Allah menurunkan ayat-ayat yang menguatkan hati dan memberikan semangat. Ketika mereka menghadapi tantangan moral, Allah menurunkan ayat-ayat yang mengatur etika dan akhlak. Cara Allah menurunkan wahyu secara bertahap membantu umat Islam menegakkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam setiap situasi kehidupan.  Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang selalu relevan sepanjang masa.

Penutup

Peringatan Nuzulul Qur’an hendaknya tidak berhenti pada kegiatan seremonial tahunan, namun menjadi momentum untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Setiap muslim perlu menumbuhkan semangat membaca dan memahami Al-Qur’an. Orang tua dapat mengajarkan anak-anaknya untuk mencintai Al-Qur’an bukan hanya dengan menghafalnya, tetapi juga dengan menghayati maknanya dan menerapkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Qur’an menanamkan nilai keadilan, kejujuran, kasih sayang, dan tanggung jawab sosial. Ketika umat Islam menghidupkan nilai-nilai tersebut, masyarakat akan menjadi lebih damai, adil, dan beradab.

Nuzulul Qur’an mengingatkan manusia agar selalu mengikuti petunjuk Allah dalam menjalani kehidupan. Melalui peristiwa agung ini, umat Islam belajar bahwa Al-Qur’an adalah cahaya yang menuntun manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

 

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement