Khazanah
Beranda » Berita » Belajar Itu Tidak Sendiri: Tentang Persaudaraan Sesama Penuntut Ilmu

Belajar Itu Tidak Sendiri: Tentang Persaudaraan Sesama Penuntut Ilmu

sekelompok santri belajar bersama di pesantren dengan suasana damai
Santri sedang belajar bersama dalam suasana hangat, melambangkan persaudaraan dan cinta ilmu.

Surau.co. Di setiap ruang belajar, selalu ada keheningan yang berisi. Di antara tumpukan kitab, buku, dan suara pena, ada yang lebih berharga dari sekadar isi pelajaran: kebersamaan. Kita sering berpikir bahwa belajar adalah urusan pribadi — antara diri sendiri dan ilmu. Padahal, dalam pandangan para ulama, belajar itu tidak sendiri. Ia adalah perjalanan berjamaah, tempat cinta, saling menghargai, dan persaudaraan tumbuh bersama pengetahuan.

Ketika Ilmu Mengajarkan Persaudaraan

Kita hidup di zaman di mana belajar sering kali terasa sunyi. Mahasiswa sibuk dengan laptopnya masing-masing, santri sibuk dengan hafalannya sendiri, dan pelajar sibuk mengejar nilai tanpa sempat saling menyapa. Padahal, di masa lalu, menuntut ilmu tidak pernah dilakukan sendirian.

Para santri dulu tidur berdesakan di pondok bambu, makan bersama dalam satu nampan, berdiskusi panjang di bawah lampu minyak. Mereka belajar bukan hanya dari kitab, tapi dari kebersamaan itu sendiri. Dalam kebersamaan, lahir rasa saling menjaga, saling menghormati, dan saling mendoakan.

Ibn Hajar al-‘Asqalānī dalam Adab al-‘Ālim wa al-Muta‘allim menulis:

وَيَنْبَغِي لِلْمُتَعَلِّمِينَ أَنْ يَتَحَابُّوا فِي اللهِ وَيَتَنَاصَحُوا وَيَتَعَاوَنُوا عَلَى طَلَبِ الْعِلْمِ
“Hendaknya para penuntut ilmu saling mencintai karena Allah, saling menasihati, dan saling tolong-menolong dalam menuntut ilmu.”

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Kalimat itu sederhana, tetapi maknanya luas. Belajar bukan hanya soal memahami teks, tapi juga soal membangun komunitas hati. Seorang penuntut ilmu sejati tidak hanya cerdas dalam akal, tetapi juga lembut dalam pergaulan.

Ilmu Tanpa Persaudaraan Akan Kering

Ilmu yang dipelajari sendirian, tanpa empati dan hubungan baik, akan kehilangan rohnya. Orang yang pandai tapi sombong, ibarat pohon tinggi tanpa akar. Ia berdiri megah, tapi mudah tumbang.

Persaudaraan dalam menuntut ilmu bukan sekadar etika sosial. Ia adalah bagian dari keutuhan spiritual seorang pelajar. Ibn Hajar menulis lagi:

وَلْيَكُنْ أَخُوَّةُ الْعِلْمِ أَقْوَى مِنْ أَخُوَّةِ النَّسَبِ
“Hendaklah persaudaraan karena ilmu lebih kuat daripada persaudaraan karena nasab (keturunan).”

Betapa dalam kalimat ini! Ia menegaskan bahwa hubungan yang dibangun di atas ilmu dan keikhlasan akan lebih kokoh daripada hubungan darah. Sebab, ikatan yang lahir dari cahaya ilmu tidak mengenal batas usia, suku, atau status.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Di pondok, misalnya, santri dari berbagai daerah hidup berdampingan. Mereka berbeda logat, makanan, dan budaya. Namun perbedaan itu tidak memisahkan. Justru di situlah mereka belajar: bahwa ilmu sejati adalah jembatan antar manusia.

Saling Menasihati dengan Cinta, Bukan Dengan Sombong

Dalam setiap perjalanan menuntut ilmu, perbedaan pendapat pasti muncul. Satu teman mungkin cepat memahami, yang lain butuh waktu. Ada yang lancar bicara, ada pula yang lebih banyak diam.

Namun, perbedaan itu bukan alasan untuk merasa lebih unggul. Justru, di sanalah keindahan belajar bersama. Ibn Hajar menasihatkan:

وَلَا يَغْتَرَّ أَحَدُهُمْ بِكِثْرَةِ فَهْمِهِ أَوْ بِسُرْعَةِ إِدْرَاكِهِ، بَلْ يَتَوَاضَعُ وَيَتَعَلَّمُ مِنْ إِخْوَانِهِ
“Janganlah salah seorang dari mereka terpedaya oleh banyaknya pemahamannya atau cepatnya ia mengerti, tetapi hendaklah ia tetap rendah hati dan belajar dari saudara-saudaranya.”

Rendah hati adalah tanda ilmu yang hidup. Sebab ilmu sejati tidak membuat dada membusung, tetapi menunduk. Dalam persaudaraan ilmu, kita saling mengingatkan tanpa merendahkan, saling menegur tanpa menyakiti.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Rasulullah ﷺ bersabda:

الدِّينُ النَّصِيحَةُ
“Agama itu adalah nasihat.” (HR. Muslim)

Nasihat yang sejati adalah cermin dari cinta. Ia tidak ditujukan untuk menjatuhkan, tetapi untuk menumbuhkan.

Belajar Bersama Adalah Latihan Menjadi Manusia

Ilmu tidak hanya membentuk cara berpikir, tetapi juga cara berperilaku. Belajar bersama mengajarkan kita arti kesabaran, empati, dan tanggung jawab. Kita belajar menghargai waktu orang lain, belajar menunggu, belajar mendengarkan.

Dalam kebersamaan itu, seorang pelajar menyadari bahwa ia bukan pusat dunia. Ia hanyalah bagian kecil dari lingkaran besar ilmu yang terus berputar.

Ibn Hajar menulis satu kalimat yang amat lembut:

الْعِلْمُ يَبْقَى مَا بَقِيَتِ الْمُعَاشَرَةُ بِالْمَحَبَّةِ وَالْإِخْلَاصِ
“Ilmu akan tetap hidup selama pergaulan dijaga dengan kasih sayang dan keikhlasan.”

Tanpa kasih, ilmu akan mati. Tanpa keikhlasan, belajar hanya menjadi ritual intelektual tanpa ruh. Maka, persaudaraan sesama penuntut ilmu bukan sekadar pelengkap — ia adalah bagian dari ibadah itu sendiri.

Refleksi: Menjadi Saudara dalam Cahaya Ilmu

Kita semua pernah menjadi murid, dan mungkin masih menjadi murid sampai akhir hayat. Ilmu terlalu luas untuk ditaklukkan sendirian. Karena itu, Allah mengirimkan orang-orang di sekitar kita — teman belajar, guru, saudara seperjalanan — agar kita tidak tersesat di jalan ilmu.

Firman Allah dalam Al-Qur’an mengingatkan:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan ketakwaan.” (QS. Al-Māidah: 2)

Belajar bersama adalah bentuk nyata dari ayat ini. Saling menolong dalam kebaikan, saling mendukung dalam kesulitan, saling menuntun menuju ketakwaan.

Maka, jika hari ini kita sedang belajar — di pesantren, kampus, atau di mana pun — ingatlah: kita tidak sendiri. Di sekitar kita ada saudara yang sama-sama menempuh jalan panjang menuju cahaya.

Berbagi ilmu, mendengarkan dengan sabar, menolong teman yang tertinggal — itulah cara kita beribadah dalam kebersamaan. Karena ilmu yang sejati tidak hanya menerangi pikiran, tapi juga menautkan hati.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement