Opinion
Beranda » Berita » Palestina Belum Merdeka

Palestina Belum Merdeka

Palestina Belum Merdeka
Palestina Belum Merdeka

 

SURAU.CO – Kembali gencatan senjata antara 1sr4el dan H4m4s terjadi pada Jumat lalu (10/10). Kesepakatan gencatan senjata dicapai dalam negosiasi selama tiga hari. Mediatornya adalah Amerika Serikat (AS), Qatar, Mesir dan Turki.

Khalil al-Hayya, pimpinan H4m4s, mengatakan pihaknya telah menerima jaminan dari AS dan mediator lain bahwa perang benar-benar akan berakhir. Pihak 1sr4el menyatakan gencatan senjata akan mulai berlaku dalam 24 jam setelah disetujui. Setelah periode itu, pembebasan sandera di G4z4 akan dilakukan dalam waktu 72 jam.

Harapan

Pasca gencatan senjata, bantuan kemanusiaan mulai memasuki Jalur G4z4 melalui perbatasan Kerem Shalom. Bulan Sabit Merah (Egyptian Red Crescent) telah menyiapkan 400 truk bantuan kemanusiaan. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan lebih dari 170.000 ton makanan, obat-obatan serta perlengkapan darurat telah menunggu izin masuk ke G4z4. Menurut PBB, bantuan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan lebih dari dua juta warga G4z4 selama tiga bulan.

Ini menjadi harapan penduduk G4z4. Pasalnya, mereka telah mengalami blokade bantuan pangan selama berbulan-bulan. Sepanjang blokade tersebut, 2,1 juta penduduk G4z4 mengalami kelaparan akut. Lebih dari 100 kematian penduduk terjadi akibat kelaparan. Hampir 90 persen dari 2,1 juta penduduk G4z4 menjadi pengungsi. Mereka pun mengalami kelaparan dan gizi buruk.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ribuan penduduk G4z4 kembali ke daerah mereka masing-masing. Mereka mendapati pemukiman mereka telah porak-poranda akibat operasi militer zionis Yahudi. Dua tahun serangan oleh 1sr4el mengakibatkan 90 persen bangunan hancur. Selain pemukiman, penduduk G4z4 juga kehilangan rumah sakit, pasar, sekolah, masjid dan gereja. Mereka juga kesulitan akses air bersih, listrik dan jaringan seluler.

G4z4 bukan hanya penjara terbesar di dunia. G4z4 juga sudah menjadi killing field (ladang pembantaian) terbesar dalam sejarah kemanusiaan. 1sr4el menjatuhkan nyaris 200 ribu ton bom untuk menghancurkan G4z4. Dampaknya, lebih dari 67 ribu warga G4z4 terbunuh. Ribuan lainnya tidak ditemukan. Mereka tertimbun reruntuhan bangunan atau dieksekusi mati oleh militer Zionis.

Masih Terancam

Gencatan senjata ini memang bisa membuat penduduk G4z4 sedikit menarik nafas lega. Namun sesungguhnya, G4z4—juga seluruh wilayah P4lest1na—belumlah merdeka. Sejumlah bahaya masih menghadang kaum Muslim P4lest1na.

Pertama: Tak ada jaminan entitas Yahudi menghentikan total agresi militernya. Terbukti, hanya beberapa jam usai gencatan senjata diumumkan, 1sr4el kembali melancarkan serangan ke G4z4 Utara. Sebanyak 30 warga sipil pun tewas.

Sudah menjadi tabiat 1sr4el: mereka selalu mengkhianati berbagai perjanjian gencatan senjata. Hal ini sudah diketahui oleh semua negara di dunia. Termasuk negara-negara Arab. Anehnya, mereka selalu menyodorkan perjanjian gencatan senjata kepada Zionis Yahudi itu. Lebih aneh lagi, tidak pernah ada sanksi keras apa pun dijatuhkan atas 1sr4el setiap kali mengkhianati perjanjian tersebut. Malah para pemimpin Muslim berbondong-bondong membuka hubungan diplomatik dengan 1sr4el.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Kedua: Para pemimpin Arab dan Eropa telah mempersiapkan skenario pemerintahan transisi untuk P4lest1na. Dalam Deklarasi New York yang berlangsung di Markas PBB (12/9) sudah ditetapkan: jika gencatan senjata tercapai maka ada komite administratif transisi yang akan beroperasi di G4z4 di bawah naungan Otoritas P4lest1na. Artinya, rakyat P4lest1na tidak serta-merta berdaulat menata pemerintahan di wilayahnya sendiri.

Proposal tersebut telah menyiapkan mantan PM Inggris, Tony Blair, yang akan mengepalai otoritas transisi pascaperang di G4z4, P4lest1na. Proposal ini sudah mendapat dukungan dari Gedung Putih sebelum menyerahkan kendali G4z4 kembali kepada P4lest1na.

Kaum Muslim jangan melupakan reputasi Tony Blair. Dia bertanggung jawab atas Operasi Badai Gurun tahun 2003 pimpinan Amerika Serikat yang dibantu Inggris yang mengakibatkan Irak porak-poranda. Lebih dari satu juta penduduk Irak tewas akibat operasi militer tersebut. Padahal invasi itu dibangun dengan narasi dusta bahwa Irak memiliki fasilitas senjata pemusnah massal. Sampai perang usai, tudingan itu tidak terbukti sama sekali. Karena itu kondisi P4lest1na ini ibarat lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya.

Bebas Teror dan Radikalisasi

Ketiga: Andai perdamaian atau gencatan senjata terwujud, kawasan G4z4 terancam kebijakan perlucutan senjata dan pelarangan kehadiran kelompok-kelompok pejuang Islam. Sebabnya, Amerika Serikat, sebagai salah satu mediator gencatan senjata, telah memiliki rancangan yang bernama “Comprehensive Plan to End the G4z4 Conflict”. Di antara poin-poinnya adalah menjadikan G4z4 sebagai kawasan bebas terorisme dan deradikalisasi. Tentu saja yang dimaksud kelompok teroris dan radikal adalah milisi pejuang P4lest1na, seperti H4m4s.

Usulan Trump dan Netanyahu ini juga disetujui oleh negara-negara Arab dan pemerintahan Otoritas P4lest1na. Bahkan PM P4lest1na Mohamed Mustafa meminta agar H4m4s menyerahkan kekuasaannya kepada pemerintahan Otoritas P4lest1na. Dia tidak peduli bahwa selama ini yang mempertahankan G4z4 dari serangan militer Zionis Yahudi adalah kelompok-kelompok perlawanan. H4m4s berada di garis terdepan.

Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur: Panduan Terapi Jiwa Ala Imam Nawawi

Negara-negara Arab dan pemerintah Otoritas P4lest1na justru menyalahkan H4m4s sebagai penyebab genosida berlangsung. Mereka sendiri hanya menjadi penonton kebiadaban 1sr4el di G4z4.

Keempat: Negara-negara Barat dan Arab sudah menyiapkan pasukan keamanan gabungan untuk G4z4 dan P4lest1na, Pasukan Stabilisasi Internasional (International Stabilization Force/ISF). Pasukan ini dibentuk oleh Amerika Serikat, Arab dan mitra internasional lainnya. ISF akan melatih serta mendukung polisi P4lest1na di G4z4 sebagai badan keamanan internal jangka panjang. Ini sama artinya dengan menyerahkan keamanan kepada pihak asing yang tidak akan berpihak pada keamanan kaum Muslim.

Masih Terjajah

Solusi atas krisis P4lest1na yang disetujui oleh semua pihak adalah two state solution (solusi dua negara). Padahal sesungguhnya solusi ini adalah legalisasi penjajahan oleh 1sr4el atas wilayah P4lest1na. Sebabnya jelas, seluruh wilayah P4lest1na—termasuk yang diduduki oleh Zionis Yahudi—adalah milik kaum Muslim. Seluruh wilayah P4lest1na adalah tanah kharaj karena masuk ke dalam kekuasaan Islam lewat penaklukan di era Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab ra.

Sekarang, Zionis Yahudi yang telah menduduki, merampas, mengusir, dan membunuh penduduk P4lest1na, menuntut pengakuan eksistensi mereka. Bahkan mereka mengklaim semua wilayah rampasan sebagai milik sah mereka. Maka dari itu, pengakuan atas solusi dua negara sama hakikatnya dengan mengakui semua perampasan dan kekejaman 1sr4el terhadap P4lest1na.

Dukungan para pemimpin Arab dan Dunia Islam atas solusi dua negara menunjukkan sikap tunduk dan kehinaan mereka di hadapan penjajah. Sikap ini juga menunjukkan kerelaan mereka atas keberlangsungan penjajahan atas P4lest1na. Mereka seperti buta dan tuli terhadap kewajiban menolong sesama Muslim. Nabi saw bersabda:

مَا مِنِ ٱمْرِئٍ يَخْذُلُ ٱمْرَأً مُسْلِمًا فِي مَوْضِعٍ تُنْتَهَكُ فِيهِ حُرْمَتُهُ وَيُنْتَقَصُ فِيهِ مِنْ عِرْضِهِ، إِلَّا خَذَلَهُ ٱللَّهُ فِي مَوْطِنٍ يُحِبُّ فِيهِ نَصْرَتَهُ،

Tidaklah seseorang (Muslim) menelantarkan seorang Muslim lainnya di tempat di mana kehormatannya dilanggar dan direndahkan, melainkan Allah akan menelantarkan dia di tempat di mana dia sangat ingin mendapatkan pertolongan (HR Abu Dawud, Ahmad, dan yang lainnya).

Agenda Umat Muslim

Pandangan Islam terhadap penjajahan di atas negeri P4lest1na telah jelas. Para ulama telah menyepakati kewajiban berjihad fî sabilillah untuk mengusir para penjajah. Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi (620 H) menyatakan bahwa jika kaum kafir menduduki suatu negeri kaum Muslim maka penduduk negeri itu wajib memerangi kaum kafir tersebut. Jika mereka tidak mampu maka kewajiban itu meluas kepada kaum Muslim yang ada di negeri sekitarnya (Ibnu Qudamah, Al-Mughni, 9/228).

Imam an-Nawawi (676 H) juga menyatakan bahwa jika kaum kafir menguasai sebagian negeri kaum Muslim maka seluruh kaum Muslim wajib mengorbankan jiwa demi membebaskan negeri mereka itu (An-Nawawi, Ar-Rawdhah, 10/216).

Dasarnya adalah ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan jihad. Di antaranya firman Allah SWT:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ

Perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian (TQS al-Baqarah [2]: 190).

Umat Islam seharusnya mewujudkan kasih-sayang terhadap derita penduduk G4z4 dengan jihad fî sabilillah mengusir 1sr4el, bukan mengakui eksistensi negara zionis. Inilah yang Allah SWT wajibkan.

Mengusir Penjajah dari Tanah Kaum Muslimin

Para penguasa Muslim mengabaikan kewajiban mulia tersebut. Mereka memilih tunduk pada keputusan Barat, termasuk PBB. Mereka menyerahkan loyalitas mereka kepada pihak-pihak yang sebenarnya terlibat dalam penyembelihan P4lest1na.

Maka dari itu, wahai kaum Muslim! Kita membutuhkan kepemimpinan global yang benar-benar melindungi kita. Syariah Islam mewajibkan umat Islam untuk menerapkan Khilafah Islam. Khilafah inilah yang bakal menjadi perisai umat Islam sedunia. Hanya dengan Khilafah kehormatan, harta dan jiwa umat Islam sedunia terpelihara. Khilafahlah yang akan menyatukan seluruh negeri Muslim, memimpin mereka, lalu mengibarkan jihad fî sabilillah untuk mengusir para penjajah dari negeri-negeri kaum Muslim, khususnya P4lest1na.

Janganlah kita condong kepada para pemimpin zalim yang membiarkan kezaliman terus berlangsung di G4z4. Sikap condong kepada para pemimpin zalim sama artinya dengan menyetujui kezaliman mereka. Allah SWT telah memperingatkan:

وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ

Janganlah kalian condong kepada orang-orang yang zalim sehingga kalian nanti akan disentuh oleh api neraka (TQS Hud [11]: 113).

WalLâhu a’lam. Hikmah:

Nabi saw. bersabda:

لَغَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَى أُمَّتِي قَالَهَا ثَلَاثًا. قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، مَا هَذَا الَّذِي غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُكَ عَلَى أُمَّتِكَ ؟ قَالَ: أَئِمَّةً مُضِلِّين

”Sungguh selain Dajjâl, ada yang sangat membuat aku khawatir atas umatku.” Beliau mengatakan demikian sampai tiga kali. Lalu Abu Dzar ra. berkata: Aku bertanya, ”Wahai Rasulullah, apa yang lebih Engkau khawatirkan atas umatmu selain Dajjâl?” Beliau menjawab, ”Para pemimpin yang menyesatkan.” (HR Ahmad). [Candra]


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement