Khazanah
Beranda » Berita » Taqiyuddin Ibnu Daqiq al-‘Id: Sang Imam Dua Mazhab

Taqiyuddin Ibnu Daqiq al-‘Id: Sang Imam Dua Mazhab

Isa bin Abban bin Shadaqah : Hakim Cerdas Pembela Mazhab Hanafi
Ilustrasi ulama yang menulis kitab.

SURAU.CO– Muhammad bin Ali bin Wahab bin Muthi‘ bin Abi ath-Tha‘ah al-Qusyairi al-Manfaluthi al-Mishri, yang lebih dikenal dengan nama Ibnu Daqiq al-‘Id, lahir di Yanbu‘ pada bulan Sya‘ban tahun 625 H. Ia dibesarkan di Qaush, Mesir Hulu.

Pada awalnya, Ibnu Daqiq al-‘Id bermazhab Maliki, namun kemudian ia berpindah ke Mazhab Syafi‘i, bahkan menjadi tokoh terkemuka dalam mazhab tersebut.

Asal-usul Ibnu Daqiq al-‘Id

Ayah Ibnu Daqiq al-‘Id adalah ulama terkemuka dan tokoh Mazhab Maliki pada masanya. Ketika berhaji ke Makkah, sang ayah berdoa di hadapan Ka‘bah agar anaknya kelak menjadi ulama yang saleh. Doa itu dikabulkan Allah — kelak Ibnu Daqiq tumbuh menjadi pemuda yang saleh dan berilmu luas.

Perjalanan intelektual

Sejak usia muda, Ibnu Daqiq menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia belajar fiqh kepada ayahnya sendiri, kemudian menimba ilmu hadits dari banyak guru di Hijaz, Syam, dan Mesir. Pada awal kariernya, ia menguasai fiqh Mazhab Maliki dengan mendalam, namun setelah itu ia berpindah ke Mazhab Syafi‘i, karena tertarik pada keluasan metodologi dan argumentasi ilmiahnya.

Guru-gurunya antara lain:
Ahmad bin Abdud Daim, Zain Khalid, Abu al-Hasan bin Mu‘ir, Ibnu Ruwaj ar-Rasyid al-‘Atthar, az-Zaki al-Mundziri, dan Ibnu Abdus Salam.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Kepribadian Ibnu Daqiq al-‘Id

Ibnu Daqiq terkenal sebagai ulama yang sangat saleh dan zuhud, hingga mereka menjulukinya Taqiyuddin (“orang yang bertakwa”). Namanya sudah terkenal bahkan ketika guru-gurunya masih hidup.

Quthbuddin al-Rulli berkata,

“Ibnu Daqiq al-‘Id adalah alim yang zahid, menguasai dua mazhab, seorang imam dan ahli hadits. Ia lambang ketekunan dan keteguhan, sangat takut kepada Allah, dan senantiasa berdzikir. Malam-malamnya diisi dengan membaca, tahajud, dan dzikir. Ia mencintai murid-muridnya dan banyak menolong mereka.”

Sementara al-Barzali menggambarkannya sebagai ulama berilmu luas, berhati bersih, dan mandiri, serta menguasai banyak cabang ilmu dengan kecerdasan dan moralitas yang tinggi.

Pengakuan para ulama

Imam az-Zamlakani berkata,

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

“Ia adalah imam para imam pada masanya, tokoh cendekiawan Mesir. Dalam keilmuan, religiositas, dan kezuhudan, tak ada yang menandinginya. Ia menguasai tafsir, hadits, teori fiqh dua mazhab, nahwu, dan bahasa Arab. Ilmunya bagaikan lautan yang dalam.”

Para raja dan pejabat menghormatinya dengan tulus, bahkan sering mencium tangannya sebagai bentuk penghormatan kepada ilmunya.

Peran Ibnu Daqiq al-‘Id

Ibnu Daqiq al-‘Id mengajar di banyak lembaga bergengsi seperti Masjid Imam Syafi‘i, Madrasah al-Kamiliyah, dan al-Fadhiliyah. Di setiap tempat ia mengajar, para ulama dan mahasiswa berbondong-bondong menghadiri majelisnya.

Selain itu, ia juga pernah menjadi hakim di berbagai wilayah Mesir, di mana ia terkenal tegas, adil, dan bijaksana dalam memutuskan perkara.

Dari tangan Ibnu Daqiq al-‘Id, lahir banyak ulama besar dan imam terkemuka. Majelisnya menjadi tempat lahirnya generasi ilmuwan Islam yang cemerlang.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Karya intelektual Ibnu Daqiq al-‘Id

Ibnu Daqiq al-‘Id meninggalkan banyak karya penting yang menunjukkan kedalaman dan ketelitian ilmunya, khususnya dalam fiqh dan ushul fiqh. Beberapa di antaranya: Al-Imam wa al-Ilmam fi Ahadits al-Ahkam, Muqaddimah al-Mathrizi fi Ushul al-Fiqh, Syarh Mukhtashar Ibnu Hajib fi Fiqh al-Maliki, Syarh Kitab al-‘Umdah fi al-Ahkam (kumpulan khutbah dan pandangan hukum), Arba‘un Hadits (kitab yang menunjukkan kemahirannya dalam seleksi dan pemahaman hadits).

Wafatnya Ibnu Daqiq al-‘Id

Pada bulan Shafar 702 H, Ibnu Daqiq al-‘Id wafat di Mesir. Jenazahnya dimakamkan di Qarafah Shughra, Kairo. Ia meninggalkan warisan keilmuan dan moralitas yang dalam, yang terus menginspirasi generasi ulama setelahnya.(St.Diyar)

Referensi : Abdullah Musthafa Al-Maraghi, Ensiklopedia Lengkap Ulama Ushul Fiqh Sepanjang Masa, 2020.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement