Setiap Muslim pasti familiar dengan momen setelah menyelesaikan shalat fardhu. Setelah salam terakhir, seringkali kita mendengar atau mengucapkan “Astaghfirullah” sebanyak tiga kali. Ini bukan sekadar rutinitas tanpa makna, melainkan sebuah sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa dan penjelasan mendalam yang sering terlewatkan. Mengapa Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk segera beristighfar setelah shalat? Mari kita telusuri lebih jauh.
Bukan Pengakuan Dosa Semata: Memahami Hakikat Istighfar
Sekilas, istighfar bisa diartikan sebagai permohonan ampun atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Namun, dalam konteks setelah shalat, maknanya jauh lebih luas dan mendalam. Shalat adalah ibadah agung, munajat seorang hamba kepada Rabb-nya. Kendati demikian, seringkali shalat kita tidak sempurna. Pikiran melayang, kurang khusyuk, atau bahkan ada bagian rukun dan syarat yang kurang maksimal kita tunaikan. Di sinilah istighfar memainkan peran krusialnya.
“Istighfar setelah shalat fardhu adalah bentuk kerendahan hati seorang hamba, pengakuan akan keterbatasan diri di hadapan kesempurnaan Allah SWT.”
Kita beristighfar bukan karena kita merasa berdosa besar setelah shalat, melainkan karena kita menyadari bahwa shalat yang kita kerjakan mungkin belum mencapai standar kesempurnaan yang Allah inginkan. Kita memohon ampun atas kelalaian, kekhilafan, atau kekurangan dalam menghadirkan hati sepenuhnya selama shalat. Ini adalah wujud tawadhu’ (kerendahan hati) seorang mukmin.
Menambal Kekurangan, Menyempurnakan Kualitas Ibadah
Bayangkan sebuah wadah yang memiliki sedikit celah. Jika air terus diisi, sebagian pasti akan bocor. Istighfar setelah shalat berfungsi seperti penambal celah tersebut. Ia berupaya mengisi kekurangan-kekurangan yang mungkin terjadi selama shalat. Kekhusyukan yang hilang, pikiran yang melayang-layang, atau kurangnya penghayatan terhadap setiap gerakan dan bacaan, semua itu dapat “ditambal” dengan istighfar.
Rasulullah SAW, sebagai teladan sempurna, selalu mengajarkan umatnya untuk beristighfar setelah shalat. Ini menunjukkan betapa pentingnya amalan ini, bahkan bagi mereka yang tingkat keimanannya tinggi. Jika Nabi saja yang maksum (terjaga dari dosa) mengajarkan istighfar, apalagi kita manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
Setiap ibadah dalam Islam memiliki hikmahnya tersendiri. Istighfar setelah shalat adalah bagian dari proses pembersihan diri yang berkelanjutan. Ia mengingatkan kita untuk selalu intropeksi, mengevaluasi kualitas ibadah kita, dan tidak pernah merasa cukup atau sempurna. Dengan beristighfar, kita secara aktif mencari pengampunan dan rahmat Allah SWT.
Selain itu, istighfar juga menjadi penutup yang indah bagi shalat kita. Ia mengakhiri munajat dengan permohonan ampun, menjaga hati tetap rendah, dan menjauhkan kita dari kesombongan pasca-ibadah. Ini adalah cara yang diajarkan Nabi untuk memastikan bahwa setiap shalat yang kita lakukan tidak hanya menjadi gugur kewajiban, tetapi juga menjadi sarana peningkatan kualitas diri dan kedekatan dengan Sang Pencipta.
Dalil dan Penjelasan Ulama: Menguatkan Amalan Istighfar
Banyak hadits dan pendapat ulama yang menguatkan anjuran istighfar setelah shalat. Salah satu riwayat yang masyhur adalah dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah SAW setelah salam selalu mengucapkan “Astaghfirullah” tiga kali. Ini adalah praktik yang beliau tunjukkan secara langsung.
Para ulama menjelaskan bahwa istighfar ini adalah bentuk permohonan ampun atas segala kekurangan dalam menunaikan hak-hak Allah dalam shalat. Imam An-Nawawi, misalnya, dalam syarah Shahih Muslim, menjelaskan bahwa istighfar setelah shalat adalah untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi selama shalat. Seolah-olah seorang hamba berkata, “Aku tahu shalatku masih banyak kekurangan, maka ampunilah aku.”
Mengapa Penting Membiasakan Istighfar?
-
Menambah Khusyuk di Shalat Berikutnya: Dengan menyadari kekurangan dan beristighfar, kita cenderung lebih berusaha untuk khusyuk di shalat berikutnya.
-
Menjaga Hati Tetap Rendah: Istighfar menjauhkan kita dari ujub (bangga diri) dan riya’ (pamer) setelah beribadah.
-
Memperoleh Ampunan Allah: Tentu saja, tujuan utama istighfar adalah memohon ampunan Allah SWT atas segala dosa dan khilaf.
-
Meningkatkan Kualitas Shalat: Secara tidak langsung, istighfar membantu kita untuk memperbaiki shalat kita dari waktu ke waktu.
Lebih dari Sekadar Kata: Penghayatan Makna
Mengucapkan “Astaghfirullah” bukan hanya mengulang kata-kata tanpa makna. Penting bagi kita untuk menghayati maknanya. Rasakan kerendahan hati saat mengucapkannya, bayangkan kekurangan-kekurangan dalam shalat kita, dan hadirkan harapan akan ampunan Allah SWT.
Saat beristighfar, coba renungkan kembali shalat yang baru saja Anda laksanakan. Apakah Anda sudah fokus? Apakah pikiran Anda tidak kemana-mana? Dengan introspeksi ini, istighfar akan terasa lebih bermakna dan dampaknya akan lebih terasa pada hati dan jiwa.
Istighfar setelah shalat fardhu adalah sebuah sunnah Nabi yang penuh hikmah. Ia bukan hanya sekadar amalan rutin, tetapi sebuah pengingat akan keterbatasan diri, upaya menambal kekurangan ibadah, dan jalan menuju pengampunan Allah SWT. Mari kita hidupkan kembali sunnah ini dengan penuh kesadaran dan penghayatan, agar setiap shalat yang kita tunaikan menjadi lebih berkualitas dan diterima di sisi-Nya. Jangan biarkan sunnah yang sepele ini terlewatkan, karena di dalamnya tersimpan keutamaan yang sangat besar.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
