Opinion
Beranda » Berita » Jabatan di Dunia Jadi Rebutan di Akhirat Jadi Penyesalan

Jabatan di Dunia Jadi Rebutan di Akhirat Jadi Penyesalan

Jabatan di Dunia Jadi Rebutan di Akhirat Jadi Penyesalan
Jabatan di Dunia Jadi Rebutan di Akhirat Jadi Penyesalan

SURAU.CO. Jabatan di Dunia Jadi Rebutan di Akhirat Jadi Penyesalan. Jabatan adalah amanah, bukan sekadar kekuasaan. Tanggung jawabnya sangat besar dan mengikat individu di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, barang siapa melanggar janji, melakukan perbuatan zalim, dan lalai dalam menjalankan tugas, maka ia akan menuai penyesalan di hari kiamat. Alih-alih didasari oleh niat tulus untuk melayani dan menegakkan keadilan, seseorang cenderung mengejar jabatan karena dorongan keinginan duniawi, seperti kehormatan dan kekayaan. Mereka yang tidak menunaikan kewajibannya secara adil akan mengalami penyesalan besar atas jabatan yang mereka perebutkan di dunia ini. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dan penderitaan di akhirat.

Ungkapan “Jabatan di dunia jadi rebutan, di akhirat jadi penyesalan” merujuk pada hadis Nabi Muhammad SAW bahwa jabatan adalah sebuah amanah berat yang akan menimbulkan penyesalan besar di hari kiamat bagi mereka yang tidak melaksanakannya dengan baik. Hadis tersebut memperingatkan bahwa mereka yang berambisi atau tamak terhadap jabatan atau kekuasaan akan menanggung penyesalan di hari kiamat. Orang yang merebut kekuasaan demi kesenangan sesaat akan menghadapi tanggung jawab berat di akhirat yang jauh lebih besar.

Merebut jabatan di dunia kelak menjadi sumber penyesalan di akhirat karena tanggung jawabnya yang besar.  Hadis dari Rasulullah SAW menyatakan bahwa ambisi terhadap jabatan akan berujung pada penyesalan pada hari kiamat, kecuali bagi mereka yang menjalankan amanah tersebut dengan benar.

Mengapa jabatan bisa menjadi penyesalan di akhirat

Amanah yang berat:

Jabatan adalah sebuah amanah yang menuntut pertanggungjawaban besar, bukan sekadar kekuasaan dan kehormatan.

Bahaya Sinkretisme dan Pluralisme Agama

Tanggung jawab yang besar:

Seorang pemimpin memiliki tanggung jawab yang besar kepada banyak orang. Jika janji-janji yang diberikan tidak ditepati, hal itu dapat menjadi tuntutan berat di hari kiamat.

Risiko ketidakadilan:

Seringkali jabatan direbut demi keuntungan pribadi, bukan untuk menegakkan keadilan. Hal ini dapat menyebabkan penindasan, fitnah, dan kezaliman, yang semuanya akan menjadi beban di akhirat.

Beban di akhirat:

Jeritan Korban Malapetaka Banjir Aceh

Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Jabatan adalah amanah, dan sesungguhnya jabatan itu akan menjadi kehinaan dan penyesalan di hari kiamat, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan cara yang benar dan menunaikan kewajibannya.

Peringatan bagi yang mengidamkan jabatan

Jangan tergiur kekuasaan:

Mengidamkan jabatan tanpa memahami tanggung jawabnya hanya akan membawa penyesalan. Sebaiknya, fokus untuk menjalankan ibadah dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan.

Ukur diri dan niat:

Sebelum mencalonkan diri, seseorang harus terlebih dahulu mengukur kemampuan diri dan mempertanyakan niatnya. Niat yang tulus untuk melayani akan berbeda dengan niat untuk mencari keuntungan pribadi.

Points Rektor UGM dan Kisah Politik Ijazah Jokowi

Minta nasihat ahli:

Penting untuk meminta nasihat dari orang-orang yang berilmu untuk mempertimbangkan apakah diri sanggup mengemban amanah tersebut atau tidak.

Jabatan sebagai amanah, bukan kehormatan

  • Tanggung jawab besar: Dalam Islam, jabatan—termasuk kepemimpinan—dipandang sebagai sebuah amanah atau titipan dari Allah SWT, bukan sekadar kehormatan atau fasilitas duniawi. Amanah ini membebankan tanggung jawab besar kepada orang-orang yang dipimpinnya.
  • Pertanggungjawaban di akhirat: Setiap pemimpin, sekecil apa pun jabatannya, akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebab penyesalan di hari kiamat

  • Kelalaian dalam amanah: Penyesalan itu muncul ketika seseorang tidak mampu menunaikan amanah dengan baik, berbuat zalim, atau mengabaikan hak-hak rakyatnya. Allah SWT akan menuntut semua janji dan tindakan yang tidak adil.
  • Motivasi yang salah: Bagi mereka yang mengejar jabatan semata-mata untuk mendapatkan kekuasaan, kekayaan, atau pujian dari manusia, jabatan itu akan menjadi beban di akhirat.
  • Sikap tamak dan ambisi: Hadis ini secara khusus menyasar mereka yang berambisi besar dan berebut jabatan. Ambisi yang berlebihan seringkali membutakan, sehingga menghalalkan segala cara untuk meraihnya dan mengabaikan nilai-nilai kebenaran.

Pengecualian bagi pemimpin yang baik

Hadis ini tidak berlaku bagi pemimpin yang berbuat adil, ikhlas karena Allah, dan bertujuan memberikan manfaat bagi umatnya. Pemimpin yang baik justru akan mendapatkan balasan yang mulia. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian…” (HR. Muslim). Dengan demikian, jika seorang pemimpin memiliki niat baik dan menjalankannya dengan benar, ia akan mendatangkan keberkahan, bukan penyesalan. 

Berhentilah berambisi mengejar dunia dan fokuslah pada urusan akhirat, terutama dalam hal ibadah dan pelayanan. Saat mengincar jabatan, penting untuk merenungkan niat yang mendasarinya. Apakah untuk melayani atau untuk kepentingan pribadi?. Jangan biarkan diri terjebak dalam keserakahan, kedzaliman, dan kelalaian. Ketakutan dan penyesalan di akhirat akan sangat menghantui. Mintalah petunjuk dari Allah SWT untuk menjalankan amanah dengan baik. Banyak ulama besar menolak jabatan karena takut tidak sanggup menjalankan amanah, dan salah satu contohnya adalah Abu Hanifah, yang menolak menjadi hakim tertinggi di masa pemerintahan Abbasiyah karena khawatir independensinya akan terganggu. 

(mengutip dari berbagai sumber)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement