SURAU.CO. Allah memberi nikmat-Nya kepada makhluk-Nya, berupa segala anugerah, karunia, dan kebaikan, baik yang bersifat material maupun non-material. Nikmat ini bisa berupa hal-hal yang ada pada diri sendiri (seperti kesehatan), dari usaha sendiri (seperti rezeki), alam sekitar (seperti udara segar), hingga nikmat agama (seperti iman dan Islam). Cara mensyukurinya adalah dengan hati, lisan (mengucapkan “Alhamdulillah”), dan perbuatan.
Allah mengingatkan kita dengan menantang: “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?” Allah menegaskan bahwa segala nikmat-Nya, baik besar maupun kecil, bersifat nyata dan tidak dapat dihindari. Allah mengulangi ayat ini untuk mendorong manusia dan jin agar merenungkan nikmat-Nya dan menumbuhkan rasa syukur. Ayat ini mengkritik mereka yang tidak pandai bersyukur atau bahkan mengingkari nikmat-nikmat Allah.
Pengulangan ini mempertegas Allah Maha Pemurah (Ar-Rahman) yang senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Ayat ini diulang di antara penjelasan tentang berbagai nikmat yang berbeda, baik yang ada di bumi maupun di langit. Ini menunjukkan bahwa nikmat Allah begitu luas dan tak terhingga, mulai dari nikmat lahir seperti pancaindra, hingga nikmat batin berupa hidayah. Ayat ini mendorong individu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri dan bertanya. Nikmat apa saja yang telah saya terima, dan apakah saya sudah cukup bersyukur?.
Tujuan dari pertanyaan “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” adalah untuk mengingatkan manusia dan jin agar senantiasa mensyukuri nikmat Allah yang melimpah. Pengulangan ayat Fa-biayyi ālā\’i rabbikumā tukadhibān sebanyak 31 kali dalam Surah Ar-Rahman menegaskan banyaknya karunia Allah dan mengingatkan manusia untuk tidak mengingkarinya. Allah secara langsung mengajukan pertanyaan ini untuk memperkuat kesadaran manusia akan nikmat yang sering terabaikan dan untuk menegur mereka yang mendustakan atau mengingkari nikmat tersebut.
Tujuan utama pertanyaan tersebut
Memperkuat kesadaran:
Mengingatkan bahwa nikmat Allah sangat banyak, tidak terhingga, dan tidak hanya sebatas materi, tetapi juga nikmat batin seperti ilmu dan rohani.
Mendorong rasa syukur:
Mengajak untuk merenungkan dan menghargai setiap karunia yang diberikan, sekecil apapun, dan tidak ada satu pun nikmat yang pantas didustakan.
Menegaskan konsekuensi:
Mengingatkanmu bahwa mendustakan atau tidak bersyukur atas nikmat Allah adalah perbuatan yang tidak pantas.
Mengajak untuk merenung:
Menantang manusia dan jin untuk secara sadar mengakui semua nikmat yang telah diterima dan merenungkan mana yang tidak pantas untuk disyukuri.
Jenis-jenis nikmat Allah
Pertama, Nikmat fitriyah : Nikmat yang ada pada diri kita sendiri, seperti anggota tubuh (mata, telinga, tangan, kaki), kesehatan, dan kehidupan.
Kedua, Nikmat iktiyariyah : Nikmat yang diperoleh dari usaha kita sendiri, seperti rezeki, ilmu, dan pencapaian.
Ketiga, Nikmat alamah : Nikmat yang ada di alam sekitar, seperti udara, tumbuhan, dan hewan.
Keempat, Nikmat diiniyah : Nikmat agama, yaitu Islam dan keimanan.
Cara mensyukuri nikmat Allah
Dengan hati:
Merasa bahagia dan tidak lupa diri saat menerima nikmat, baik yang besar maupun kecil.
Dengan lisan:
Mengucapkan “Alhamdulillah” (segala puji bagi Allah) sebagai bentuk terima kasih.
Dengan perbuatan:
Dengan bertafakur:
Merenungkan nikmat Allah, bahkan hal-hal kecil seperti senyuman atau udara segar, agar lebih peka terhadap kebesaran-Nya.
Allah mengulang ayat 13 sebanyak 31 kali dalam Surah Ar-Rahman untuk menegaskan nikmat-nikmat-Nya dan mendorong manusia untuk bersyukur. Ayat ini berfungsi sebagai pengingat agar manusia tidak mendustakan dan mensyukuri segala pemberian Allah. Allah menganugerahkan kesehatan, akal, rezeki, dan menciptakan alam semesta sebagai pemberian-Nya.
Surat Ar-Rahman Ayat 13
فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Arab-Latin: Fa biayyi ālāi rabbikumā tukażżibān
Artinya: Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
Makna ayat
- Pengingat dan peringatan:
Ayat ini secara konstan mengingatkan manusia dan jin untuk tidak kufur dan mengingkari nikmat Allah, karena nikmat-Nya tidak pernah berhenti.
- Penekanan atas karunia:
Allah (Ar-Rahman) menekankan setiap makhluk (jin dan manusia) untuk menyadari, merenungkan, dan mensyukuri nikmat-Nya dengan mengulang ayat ini sebanyak 31 kali.
Cara menyikapi
- Bersyukur dengan hati: Merasakan dan menyadari kehadiran nikmat Allah dalam setiap aspek kehidupan.
- Bersyukur dengan ucapan: Mengucapkan “Alhamdulillah” setiap kali merasakan kenikmatan.
- Bersyukur dengan perbuatan: Menggunakan nikmat yang Allah berikan untuk kebaikan, membantu sesama, dan beribadah kepada-Nya.
(mengutip dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
