Khazanah
Beranda » Berita » Di Rumah Pun Ibadah: Makna Mendalam dari Peran Mulia Seorang Wanita

Di Rumah Pun Ibadah: Makna Mendalam dari Peran Mulia Seorang Wanita

Di Rumah Pun Ibadah: Makna Mendalam dari Peran Mulia Seorang Wanita
Di Rumah Pun Ibadah: Makna Mendalam dari Peran Mulia Seorang Wanita

 

SURAU.CO – Banyak wanita hari ini merasa dirinya belum berarti jika tidak bekerja di luar rumah, tidak dikenal publik, atau tidak menghasilkan uang sendiri. Padahal, Islam mengajarkan bahwa keberadaan seorang wanita di rumah—menjalankan amanah sebagai istri, ibu, dan penjaga kehormatan keluarga—sudah termasuk ibadah yang besar nilainya di sisi Allah.

Ungkapan dalam gambar ini, “Banyak wanita yang tidak menyadari bahwa ia di rumah saja itu sudah termasuk ibadah,” mengandung makna yang sangat dalam. Ia mengingatkan kembali bahwa dalam Islam, nilai seseorang tidak diukur dari seberapa sering ia tampil di luar, tetapi dari seberapa ikhlas ia menunaikan perannya sesuai dengan syariat

Di Rumah Bukan Berarti Pasif

Islam tidak pernah memenjarakan wanita di dalam rumah, melainkan memuliakannya di sana. Rumah bukan tempat pengekangan, tapi benteng kehormatan dan ladang pahala. Seorang wanita yang mengurus rumah tangganya, menjaga anak-anaknya, menyiapkan kebutuhan suaminya, dan menjaga dirinya dari fitnah dunia luar—semuanya bernilai ibadah jika diniatkan karena Allah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

> “Apabila seorang wanita melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepadanya: ‘Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.’”
(HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Hadis ini menegaskan bahwa rumah tangga bukan penghalang bagi seorang wanita menuju surga, justru menjadi jalan yang lapang baginya.

Ibadah Tidak Harus di Masjid

Sering kali, konsep “ibadah” hanya diidentikkan dengan aktivitas ritual seperti shalat, puasa, atau membaca Al-Qur’an. Padahal, ibadah dalam Islam mencakup seluruh perbuatan baik yang diniatkan karena Allah.

Menyiapkan sarapan dengan kasih sayang, membersihkan rumah agar nyaman untuk keluarga, mendidik anak dengan nilai-nilai Islam—semua itu bisa menjadi ibadah.

Bahkan senyuman seorang ibu kepada anaknya adalah sedekah. Lelah seorang istri menyiapkan makanan bisa menjadi penghapus dosa. Air mata seorang ibu yang berdoa untuk keluarganya di malam hari adalah tanda cinta yang dicatat malaikat sebagai amal saleh.

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

Rumah, Ladang Pahala yang Sering Terlupakan

Sebagian wanita merasa rendah diri karena “hanya” di rumah. Padahal, dari rumah-lah lahir generasi yang mengenal Tuhannya, para pejuang, para ulama, dan orang-orang saleh. Rumah yang dihidupkan dengan dzikir, dengan tilawah, dan dengan cinta karena Allah, akan menjadi taman surga dunia yang menenangkan jiwa seluruh penghuninya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Dan wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, tanggung jawab seorang wanita di rumah bukanlah tugas ringan, tetapi amanah besar yang akan ditanya oleh Allah di akhirat kelak. Maka siapa yang melakukannya dengan ikhlas, pahalanya juga besar.

Keutamaan Diam di Rumah

Allah ﷻ berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 33:

Urgensi Riyadhus Shalihin sebagai Pondasi Utama Pendidikan Karakter Bangsa

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah dahulu.”

Ayat ini bukan berarti melarang wanita keluar sama sekali, tetapi menekankan bahwa rumah adalah tempat utama bagi wanita untuk menjaga kehormatan, ketenangan, dan keikhlasan ibadahnya.

Jika keluar karena keperluan yang syar’i, tentu diperbolehkan. Namun, Allah memuliakan mereka yang memilih rumah sebagai pusat aktivitas ibadah dan dakwah kecil dalam keluarga.

Dunia Menggoda, Tapi Rumah Menenangkan

Zaman sekarang, dunia luar begitu menggoda. Ada godaan karier, popularitas, kebebasan, hingga pencitraan di media sosial. Namun, wanita beriman tahu bahwa kebahagiaan sejati bukan diukur dari jumlah pengikut, melainkan dari ketenangan hati karena dekat dengan Allah.

Rumah yang penuh dzikir lebih berharga dari panggung yang penuh sorotan. Kehadiran seorang ibu di rumah sering kali menjadi sumber ketenangan bagi seluruh anggota keluarga.

Anak yang tumbuh dengan belaian kasih seorang ibu yang beriman akan lebih mudah mengenal Rabb-nya. Suami yang disambut dengan wajah teduh istri yang shalihah akan merasa ringan menghadapi kerasnya dunia. Semua itu dimulai dari kehadiran seorang wanita yang ikhlas beribadah di rumahnya.

Niat Adalah Kunci Segalanya

Yang membedakan antara aktivitas biasa dan ibadah hanyalah niat. Seorang wanita yang mencuci pakaian suaminya dengan niat mengabdi kepada Allah, mendapatkan pahala. Tapi jika dilakukan hanya karena rutinitas tanpa kesadaran spiritual, ia kehilangan nilai ibadah itu.
Maka, niatkan setiap gerak di rumah sebagai bentuk penghambaan kepada Allah.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:

“Barang siapa menjadikan seluruh waktunya untuk Allah dan dalam ketaatan kepada-Nya, maka setiap tindakannya akan menjadi ibadah meski sekadar tidur atau makan.”

Kembali kepada Fitrah

Islam menempatkan wanita bukan sebagai pesaing laki-laki, tetapi sebagai pelengkap. Masing-masing memiliki peran dan ladang amal yang berbeda, namun nilainya sama di sisi Allah jika dilakukan dengan ikhlas.
Menjadi wanita rumah bukan berarti tidak berdaya, justru berarti memiliki kendali atas pondasi peradaban: keluarga.

Penutup: Rumahmu, Surga Pertamamu

Wahai wanita beriman, jangan merasa kecil jika aktivitasmu “hanya” di rumah. Karena dari rumah itulah engkau sedang menanam pahala yang mungkin tak terlihat manusia, tapi sangat besar di sisi Allah.

Setiap langkahmu menuju dapur, setiap usapan tanganmu membersihkan debu, setiap doa yang kau panjatkan di sela lelahmu—semuanya bisa menjadi saksi di hari kiamat.

Di rumahmu ada cinta, ada amanah, dan ada ibadah.
Maka jagalah ia dengan keikhlasan dan niat karena Allah.
Sebab, “Ia di rumah saja, itu sudah termasuk ibadah.”

Tulisan reflektif dakwah, SUNTARA Suluh Nusantara
#PerempuanBeriman #IstriShalihah #RumahSebagaiIbadah #ReelSunnah #DakwahNusantara. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement