Ibadah
Beranda » Berita » Sesibuk Apapun Dirimu, Jangan Lupakan Shalat Dhuha

Sesibuk Apapun Dirimu, Jangan Lupakan Shalat Dhuha

SESIBUK APAPUN DIRIMU, JANGAN LUPAKAN SHALAT DHUHA
SESIBUK APAPUN DIRIMU, JANGAN LUPAKAN SHALAT DHUHA

 

SURAU.CO – Ada satu waktu yang sering terlewat oleh banyak orang di antara hiruk-pikuk dunia kerja, rutinitas rumah tangga, dan kesibukan mencari rezeki: waktu Dhuha.
Padahal, di waktu itulah Allah membuka pintu-pintu keberkahan bagi hamba-hamba-Nya yang ingin mendekat melalui sujud dan doa.

Rasulullah ﷺ bersabda:
“Di setiap persendian manusia ada sedekahnya setiap hari ketika matahari terbit. Maka, cukup bagimu menggantinya dengan dua rakaat shalat Dhuha.”
(HR. Muslim)

Dua rakaat yang ringan, tapi nilainya luar biasa di sisi Allah

Dua rakaat itu bisa menjadi penghapus dosa, pembuka pintu rezeki, dan pengundang ketenangan hati.
Berapa menit yang dibutuhkan? Tidak sampai sepuluh. Tapi dampaknya bisa sepanjang hari bahkan sepanjang hidup.

Bayangkan: di saat orang lain sibuk dengan urusan dunia, engkau meluangkan sejenak untuk berdiri di hadapan Rabbul ‘Alamin.

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

Itulah tanda bahwa hatimu belum mati oleh kesibukan dunia, dan ruhmu masih terhubung dengan langit.

Shalat Dhuha bukan hanya ibadah tambahan, tetapi bukti rasa syukur.

Rasulullah ﷺ sendiri tak pernah meninggalkannya. Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa beliau biasa mengerjakan 4 hingga 8 rakaat Dhuha, bahkan kadang lebih.

Beliau mencontohkan kepada kita bahwa keberkahan hidup tidak hanya datang dari kerja keras, tapi juga dari kerja ikhlas — dari rukuk dan sujud yang tulus.

Sahabat-sahabat Rasul pun menjadikan shalat Dhuha sebagai amalan rutin. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Kekasihku (Rasulullah ﷺ) berwasiat kepadaku agar aku tidak meninggalkan tiga hal: puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan agar aku tidur dalam keadaan telah shalat witir.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Jangan tunggu waktu lapang untuk Dhuha

Karena justru melapangkan waktu untuk Allah yang membuat hidup menjadi lapang.

Urgensi Riyadhus Shalihin sebagai Pondasi Utama Pendidikan Karakter Bangsa

Bangun lebih awal, selesaikan urusan pagi, lalu luangkan 5–10 menit di antara jam 08.00–11.00.

Hadapkan wajahmu ke kiblat, niatkan dengan hati penuh syukur: “Ya Allah, segala nikmat pagi ini dari-Mu. Aku sujud sebagai tanda terima kasihku.”

Keberkahan itu bukan hanya dalam banyaknya harta, tapi dalam tenangnya hati, lancarnya urusan, dan terjaganya keluarga.

Dan shalat Dhuha adalah salah satu kunci keberkahan itu.
Berapa banyak orang sukses yang mengaku bahwa mereka menjaga shalat Dhuha setiap hari?
Karena mereka tahu, rezeki sejati bukan hanya uang yang masuk ke dompet, tapi ketenangan yang masuk ke dada.

Maka, sesibuk apa pun dirimu — jadikan dua rakaat Dhuha sebagai investasi spiritual harianmu.
Setiap sujudmu di waktu Dhuha adalah sedekah untuk setiap ruas tubuhmu, dan setiap takbirmu adalah seruan cinta kepada Sang Pemberi nikmat.

Mulailah dari yang kecil

Tak perlu langsung delapan rakaat. Dua rakaat saja cukup untuk membuka pintu keberkahan.
Dan bila sudah menjadi kebiasaan, tambahkan perlahan hingga hatimu rindu pada waktunya Dhuha.

Kitab Taisirul Khallaq

Jangan biarkan sinar matahari pagi bersaksi bahwa engkau hanya sibuk mengejar dunia, tapi lupa bersyukur pada Yang Memberi dunia.

“Sempatkanlah Shalat Dhuha, minimal 2 rakaat.
Insya Allah, hidupmu akan berkah.”

Semoga kita semua termasuk orang-orang yang ringan langkah menuju sajadah di waktu Dhuha,
yang rezekinya mengalir dengan berkah,
dan hidupnya dipenuhi rahmat Allah. #ShalatDhuha #HidupBerkah #MotivasiIslam #DakwahHarian #DzikirPagi

 

 

 

 

 


Psikologi keluarga

  1. Pengertian Psikologi Keluarga

Psikologi keluarga adalah bidang yang fokus pada hubungan antaranggota keluarga (suami-istri, orang tua-anak, saudara kandung, kakek-nenek, dll.) dan fungsi-fungsi psikologis di dalamnya — seperti kasih sayang, komunikasi, peran, dan pola asuh.

Tujuannya adalah untuk:

Memahami perilaku individu dalam konteks keluarga.
Menumbuhkan keluarga yang sehat dan harmonis.
Mengatasi konflik atau gangguan relasi di antara anggota keluarga.

  1. Prinsip Dasar Psikologi Keluarga

Ada beberapa prinsip penting dalam pendekatan psikologi keluarga:

  1. Keluarga sebagai sistem
    Keluarga dianggap sebagai satu kesatuan sistem di mana perubahan pada satu anggota akan memengaruhi seluruh anggota lain.
  2. Interaksi dan komunikasi
    Kualitas komunikasi menjadi indikator utama kesehatan psikologis keluarga.
  3. Peran dan batasan (roles & boundaries)
    Tiap anggota keluarga memiliki peran yang jelas — misalnya ayah sebagai pemimpin dan pelindung, ibu sebagai pengasuh dan pengatur emosi, anak sebagai penerima nilai.
  4. Tahap-tahap perkembangan keluarga
    Keluarga mengalami perubahan psikologis seiring fase kehidupan: mulai dari pernikahan, memiliki anak, membesarkan remaja, hingga masa lansia.

  5. Fungsi Psikologis Keluarga

Dalam perspektif psikologi, keluarga yang sehat mampu menjalankan fungsi-fungsi berikut:

Fungsi afektif: memberikan cinta, rasa aman, dan dukungan emosional.
>Fungsi sosialisasi: menanamkan nilai, norma, dan keterampilan sosial.
>Fungsi protektif: menjaga keamanan fisik dan psikologis anggota keluarga.
>Fungsi identitas: membentuk konsep diri dan kepribadian anak.
>Fungsi edukatif: mendidik dan memberi arah perkembangan mental-spiritual.

  1. Gangguan dan Konflik dalam Psikologi Keluarga

Konflik keluarga dapat muncul karena

Komunikasi yang buruk.
Ketidakseimbangan peran (misalnya peran ganda ibu bekerja).
Masalah ekonomi.
Ketidakmatangan emosional pasangan.
Pola asuh yang tidak konsisten.
Campur tangan keluarga besar.
Pengaruh media dan gaya hidup modern.

Psikologi keluarga berupaya menemukan akar masalah dan pola relasi disfungsional, agar keluarga kembali sehat secara emosional dan spiritual

  1. Pendekatan dalam Psikologi Keluarga

Beberapa teori penting dalam psikologi keluarga meliputi:

  1. Teori Sistem Keluarga (Family Systems Theory – Bowen)
    Melihat keluarga sebagai jaringan sistem saling terhubung yang memengaruhi satu sama lain.
  2. Teori Perkembangan Keluarga (Family Life Cycle Theory)
    Menganalisis perubahan psikologis dalam setiap tahap kehidupan keluarga, kemudian mengidentifikasi strategi koping yang efektif.
  3. Teori Komunikasi Keluarga
    Menekankan pentingnya kejelasan, empati, dan kejujuran dalam berkomunikasi, kemudian membangun kepercayaan dan pengertian bersama.
  4. Pendekatan Terapi Keluarga (Family Therapy)
    Membantu keluarga memperbaiki hubungan dan pola komunikasi, selanjutnya melalui sesi konseling bersama, mereka dapat memperkuat ikatan keluarga.

  5. Keluarga Islami dalam Perspektif Psikologi

Dalam Islam, keluarga bukan sekadar institusi sosial, tetapi juga madrasah pertama bagi jiwa. Prinsip-prinsip psikologi keluarga Islami menekankan:

Kasih sayang (mawaddah wa rahmah) sebagai dasar hubungan suami-istri (QS. Ar-Rum: 21).

Kepemimpinan yang adil dan lembut dari suami (QS. An-Nisa: 34).

Pendidikan anak dengan hikmah dan keteladanan (QS. Luqman: 13–19).

Musyawarah dan komunikasi terbuka dalam keluarga (QS. Asy-Syura: 38).

Keluarga yang berlandaskan nilai tauhid akan melahirkan ketenangan psikologis (sakinah), sehingga dengan demikian menjadi pondasi bagi masyarakat yang sehat.

  1. Tujuan Akhir Psikologi Keluarga

Psikologi keluarga tidak hanya ingin memperbaiki hubungan antarmanusia, tetapi juga membangun keseimbangan batin, spiritual, dan sosial, agar keluarga menjadi:

Tempat berlabuhnya kasih sayang, lalu menjadi ruang tumbuhnya akhlak, selanjutnya pusat ketenangan jiwa, dan akhirnya pondasi peradaban yang diridhai Allah. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement