SURAU.CO. Hawa bukan hanya sebuah nama yang tercantum dalam kitab suci, tetapi representasi dari awal peradaban manusia. Ia hadir sebagai simbol kehidupan pertama yang memancarkan nilai cinta, kesetiaan, dan tanggung jawab dalam bentuk paling murni. Dari rahimnya bermula sejarah panjang umat manusia yang terus berlanjut hingga kini.
Melalui kisahnya, kita memahami bahwa kasih sayang adalah fitrah yang menumbuhkan kehidupan, kesalahan adalah ruang belajar bagi jiwa, dan taubat adalah jalan pulang menuju kasih sayang Ilahi. Hawa mengajarkan bahwa menjadi manusia sejati berarti berani mencinta, berbuat salah, lalu kembali kepada Tuhan dengan hati yang lebih bijak.
Ciptaan yang Menghadirkan Ketenteraman
Kisah Hawa bermula ketika Allah menciptakan Nabi Adam dari tanah liat yang diberi bentuk, lalu ditiupkan ruh-Nya. Adam hidup di surga, namun merasa sepi karena hidup sendirian. Ia tidak punya teman untuk berbagi cerita, tidak ada sahabat untuk berbagi rasa. Maka Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam.
Sebagaimana firman-Nya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)
Sejak itu, Adam tidak lagi sendiri. Saat ia terbangun dari tidur dan melihat Hawa di sisinya, ia bertanya, “Siapa engkau?” Hawa menjawab lembut, “Aku perempuan, diciptakan untuk menenteramkan jiwamu.” Sejak saat itulah, cinta pertama di bumi berawal. Cinta yang bukan hanya romantis, tapi juga spiritual. Mampu menghadirkan sakinah, ketenangan yang menumbuhkan ketaatan.
Ujian Pertama Manusia
Allah memberi kebebasan kepada Adam dan Hawa untuk menikmati segala nikmat di surga, kecuali satu larangan yaitu jangan mendekati pohon tertentu. Allah berfirman,“Hai Adam, diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik dimana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 35).
Namun, Iblis tidak tinggal diam. Ia iri pada Adam dan Hawa yang dimuliakan Allah. Dengan tipu daya, ia berbisik manis, memancing keduanya agar melanggar perintah Tuhan. Katanya, jika mereka makan buah dari pohon itu, mereka akan kekal di surga dan menjadi malaikat.
Awalnya Adam menolak, tapi Iblis bersumpah palsu bahwa ia hanya ingin memberi nasihat. Dalam ketulusan hati, Adam dan Hawa percaya, lalu memakan buah itu. Seketika, aurat mereka terbuka. Mereka pun malu dan bergegas menutupi diri dengan daun-daun surga. Allah menegur mereka dengan lembut, bukan dengan murka.
Allah berfirman, “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” (QS. Al-A’raf: 22).
Kesalahan yang Menjadi Pintu Taubat
Adam dan Hawa sadar, mereka telah tergelincir. Tapi alih-alih saling menyalahkan, keduanya menunduk dan berdoa penuh penyesalan. Doa nya terdapat dalam Al-Qur’an.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Al-A’raf: 23)
Doa ini menjadi simbol pengakuan dosa pertama dalam sejarah manusia. Ia menunjukkan bahwa setiap manusia bisa salah, tapi yang terpenting adalah kesadaran untuk kembali kepada Allah. Dari sinilah Hawa menjadi contoh seorang perempuan yang rendah hati dan penuh penyesalan ketika berbuat salah.
Sebagai akibat dari kesalahan itu, Allah berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian dari kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi serta kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Al-A’raf: 24)
Adam dan Hawa pun turun ke bumi. Mereka memulai kehidupan baru di dunia yang belum pernah dihuni siapa pun sebelumnya. Tidak ada istana, tidak ada pakaian sutra, hanya tanah, angin, dan kerja keras. Namun, justru dari sanalah manusia belajar tentang tanggung jawab, cinta sejati, dan perjuangan hidup.
Hawa menjadi ibu pertama yang mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak-anak manusia. Dari rahimnya lahir generasi demi generasi. Dimulai dari Habil dan Qabil, lalu keturunan yang menyebar memenuhi bumi. Karena itulah ia disebut “Ummul Basyar”, ibu seluruh manusia.
Iblis dan Permusuhan yang Tak Pernah Padam
Sejak Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, Iblis meneguhkan sumpahnya untuk menebar permusuhan abadi terhadap manusia. Ia tidak sekadar iri pada kemuliaan Adam, tetapi menolak tunduk pada perintah Allah karena kesombongan dan keangkuhannya. Dengan penuh kesadaran, Iblis bersumpah di hadapan Allah.
Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an, “Kemudian aku benar-benar akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka; dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (QS. Al-A‘raf: 17)
Sumpah itu menjadi awal dari perjuangan panjang antara manusia dan setan. Sejak saat itu, Iblis bertekad menyesatkan keturunan Adam hingga hari kiamat, menggoda dengan bujuk rayu yang halus dan menipu dengan keindahan dunia yang semu. Ia mengenal titik lemah manusia yaitu ambisi, hawa nafsu, dan rasa sombong. Lalu menjadikannya senjata untuk menjauhkan manusia dari Tuhannya.
Namun, Allah tidak membiarkan anak cucu Adam berjalan tanpa petunjuk. Sebagai bentuk kasih sayang dan keadilan-Nya, Allah mengutus para nabi dan rasul untuk menuntun manusia menuju cahaya kebenaran. Dengan petunjuk wahyu, Allah menegakkan benteng perlindungan dari tipu daya setan.
Rasulullah ﷺ pun memperingatkan, “Sesungguhnya setan mengalir dalam diri anak Adam seperti aliran darah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan bahwa godaan setan melekat dalam setiap celah kehidupan manusia. Namun, iman, zikir, dan ketaatan adalah senjata yang mampu melemahkannya.
Seperti Adam dan Hawa yang pernah tergelincir karena bujuk rayu Iblis, setiap manusia pun akan diuji dengan kesalahan. Permusuhan antara manusia dan Iblis sejatinya bukan sekadar kisah lama, tetapi medan ujian yang hidup di setiap zaman. Iblis menebar godaan, manusia berjuang menolak. Dalam pertarungan itu, yang menentukan kemenangan bukan kekuatan, tapi kesadaran untuk senantiasa kembali kepada Allah. Karena selama hati masih berzikir, setan tidak akan pernah benar-benar menang.
Pelajaran untuk Perempuan dan Laki-Laki Masa Kini
Kisah Hawa sering disalahpahami sebagai “asal mula dosa.” Padahal, Al-Qur’an justru menampilkan Hawa sebagai sosok yang penuh kasih, setia mendampingi, dan berani bertanggung jawab atas kesalahannya. Ia bukan simbol kelemahan, tapi lambang kemanusiaan yang utuh.
Dari Hawa, perempuan belajar tentang kelembutan dan keteguhan. Ia diciptakan bukan untuk menjadi pesaing laki-laki, melainkan pendamping yang melengkapi.
Rasulullah ﷺ pun menegaskan hal ini dalam hadis sahih: “Berbuat baiklah kepada para wanita, karena mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Jika engkau mencoba meluruskannya, ia akan patah. Jika engkau biarkan, ia akan tetap bengkok. Maka berbuat baiklah kepada para wanita.” (HR. Muslim No. 1468)
Hadis ini bukan merendahkan perempuan, tapi mengingatkan agar laki-laki memperlakukan mereka dengan kasih sayang. Karena kelembutan bukan kelemahan. Ia justru kekuatan yang menjaga keseimbangan kehidupan.
Hawa tidak hanya ibu bagi seluruh manusia, tapi juga cermin bagi setiap manusia, baik laki-laki dan perempuan. Ia mengajarkan bahwa cinta sejati lahir dari kebersamaan, kesalahan bisa menjadi pelajaran, dan taubat selalu membuka jalan pulang kepada Allah.
Dalam dunia modern yang sering menilai perempuan dari kecantikan atau status sosial, kisah Hawa datang mengingatkan bahwa kemuliaan sejati terletak pada hati yang taat. Hawa bukan sekadar sosok masa lalu. Ia adalah kisah abadi tentang bagaimana manusia belajar mencintai, berbuat salah, memohon ampun, dan kembali kepada Tuhannya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
