SURAU.CO-Saat lidah berdzikir, hati pun menyala. Kalimat itu menggambarkan kekuatan dzikir yang mampu menyalakan kesadaran manusia di tengah gelapnya dunia modern. Saat lidah berdzikir, hati pun menyala karena setiap lafaz yang diucapkan membuka jalan bagi cahaya ketenangan. Dzikir tidak hanya menggetarkan lidah, tetapi juga menenteramkan hati yang lama terbelenggu kegelisahan.
Banyak orang menemukan makna hidup kembali lewat dzikir. Di tengah tekanan pekerjaan dan kesibukan yang tak pernah selesai, menyebut nama Allah memberi keteduhan yang sulit dijelaskan. Ketika lidah basah oleh dzikir, batin terasa bersih. Ketenangan itu muncul bukan karena dunia berubah, tetapi karena hati mulai menyala dari dalam.
Orang yang membiasakan dzikir biasanya lebih tenang menghadapi ujian. Ia mengubah resah menjadi doa, lelah menjadi sabar, dan duka menjadi syukur. Setiap kali menyebut nama Allah, pikirannya menjadi jernih dan tindakannya lebih terarah. Dzikir mengajarkannya untuk tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi bersandar pada kasih sayang Tuhan.
Para ulama sufi menegaskan bahwa dzikir sejati tidak berhenti di bibir. Hati harus ikut hidup bersama lafaz yang diucapkan. Ketika hati hadir dalam dzikir, seluruh tubuh merasakan efeknya: napas menjadi ringan, wajah lebih teduh, dan pandangan lebih lembut. Cahaya dzikir menembus lapisan batin terdalam hingga menyalakan kesadaran yang murni.
Menghidupkan Hati Lewat Dzikir dan Kesadaran
Menghidupkan hati lewat dzikir berarti menyalakan kembali sumber kehidupan spiritual dalam diri manusia. Saat seseorang merenungi kebesaran Allah, pikirannya menjadi jernih dan jiwanya kembali seimbang. Ia tidak lagi dikuasai ambisi duniawi, melainkan dipandu oleh kesadaran ilahi. Setiap detik terasa bermakna karena ia menyadari kehadiran Allah dalam segala hal.
Dalam praktik tasawuf, dzikir digunakan sebagai terapi jiwa. Para guru sufi melatih muridnya untuk berdzikir secara terus-menerus agar hati tetap bersih. Orang yang rutin berdzikir jarang marah, jarang iri, dan lebih mudah memaafkan. Penelitian modern juga menemukan bahwa dzikir yang teratur dapat menurunkan tekanan darah dan menenangkan sistem saraf.
Penulis pernah melihat seorang kiai sepuh yang hidupnya sederhana tetapi wajahnya bercahaya. Ketika ditanya rahasianya, beliau menjawab, “Aku berdzikir di setiap tarikan napas.” Dzikir telah menghidupkan hatinya sepenuhnya. Dari lisannya keluar ketenangan, dari langkahnya terpancar kedamaian. Siapa pun yang dekat dengannya merasakan kesejukan itu.
Setiap orang dapat merasakan ketenangan yang sama. Dengan melatih hati untuk berdzikir, manusia belajar menata pikirannya. Dunia boleh ramai, tetapi hati yang berdzikir tetap hening. Ia tidak kehilangan arah, sebab dzikir selalu menuntun kembali pada pusat kehidupan: Allah yang Maha Mengatur segalanya.
Panduan Hidup yang Terlupa di Tengah Dunia yang Bising
Beliau mencontohkan dzikir sebagai cara menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat. Namun, di zaman yang serba cepat, banyak orang justru melupakan panduan itu. Mereka lebih sering mengingat notifikasi ponsel daripada mengingat Tuhannya. Akibatnya, hati menjadi rapuh dan mudah goyah.
Orang yang menghidupkan dzikir dalam keseharian mampu menghadapi hidup dengan lebih bijak. Ia mengganti keluhan dengan syukur dan ketakutan dengan keyakinan. Dzikir membuatnya tenang bukan karena masalahnya hilang, tetapi karena ia tahu siapa yang menolongnya. Dengan dzikir, hidup tidak lagi sekadar berjalan, melainkan menjadi perjalanan menuju makna.
Penulis merasakan perubahan besar ketika membiasakan dzikir di sela-sela kesibukan. Di tengah riuh kota, ucapan La ilaha illallah menjadi jangkar yang menenangkan. Dzikir mengubah kelelahan menjadi kekuatan dan membuat langkah terasa ringan.
Kini saatnya umat Islam menghidupkan kembali dzikir sebagai panduan hidup. Dzikir bukan hanya ritual setelah salat, tetapi napas yang menyalakan kesadaran. Ia menuntun manusia untuk tetap ingat di saat lupa, tetap tenang di tengah badai, dan tetap menyala di saat gelap. Saat lidah berdzikir, hati pun menyala—itulah rahasia abadi yang menuntun manusia menuju cahaya. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
