Khazanah
Beranda » Berita » Rasul-Rasul Allah: Jembatan Cahaya dari Langit Menurut Kitab Kifayatul Awam

Rasul-Rasul Allah: Jembatan Cahaya dari Langit Menurut Kitab Kifayatul Awam

Cahaya wahyu turun dari langit sebagai simbol kerasulan dan petunjuk Ilahi
Realistik-filosofis — menggambarkan sosok berdiri di lembah gelap dengan cahaya dari langit menembus awan, melambangkan turunnya wahyu kepada para rasul.

Surau.co. Dalam sejarah panjang manusia, selalu ada sosok-sosok yang datang membawa cahaya di tengah kegelapan. Mereka bukan sekadar pemimpin, bukan pula hanya pengajar moral, tetapi utusan Allah yang menjadi jembatan antara langit dan bumi. Mereka adalah para rasul, pembawa risalah, penjaga wahyu, dan penuntun umat menuju kebenaran yang hakiki.

Dalam Kifāyatul ‘Awām fī ‘Ilmi al-Kalām, Syaikh Muhammad al-Fudhali menjelaskan bahwa beriman kepada para rasul merupakan salah satu pilar pokok dalam akidah Islam. Tanpa keyakinan kepada para rasul, keimanan seseorang tidak akan sempurna.

Sebab, merekalah perantara wahyu yang menjadikan manusia mengenal Tuhan, memahami kehendak-Nya, dan menemukan jalan keselamatan. Iman kepada rasul bukan hanya soal mengenal nama-nama mereka, tetapi juga memahami misi, sifat, dan keteladanan yang mereka bawa.

Rasul Sebagai Cahaya dari Langit

Rasul adalah manusia pilihan yang Allah angkat untuk membawa wahyu dan menyampaikan risalah-Nya. Firman Allah dalam Al-Qur’an:

اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan risalah-Nya.” (QS. Al-An‘ām [6]: 124)

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Ayat ini menegaskan bahwa kerasulan bukan hasil usaha manusia, melainkan anugerah dan pilihan dari Allah sendiri. Rasul adalah cahaya yang Allah utus kepada manusia agar mereka tidak tersesat dalam gelapnya kebodohan dan hawa nafsu.

Dalam Kifayatul Awam, Syaikh al-Fudhali menjelaskan bahwa keimanan kepada rasul mencakup keyakinan bahwa Allah mengutus mereka sebagai pembawa berita gembira dan peringatan, serta membimbing manusia dengan hukum dan akhlak yang lurus. Di antara ribuan nabi yang diutus, terdapat 25 rasul yang wajib dikenal oleh setiap Muslim, mulai dari Nabi Adam a.s. hingga Nabi Muhammad ﷺ.

Syaikh al-Fudhali berkata:
فَآمِنْ بِرُسُلِ اللَّهِ كُلِّهِمْ، وَاعْرِفْ أَنَّهُمْ أَطْهَرُ الْبَشَرِ وَأَكْمَلُهُمْ خُلُقًا وَعَقْلًا
“Berimanlah kepada seluruh rasul Allah, dan ketahuilah bahwa mereka adalah manusia paling suci, paling sempurna akhlak dan akalnya.”

Tiga Misi Utama Para Rasul

Para rasul diutus dengan tiga misi utama: menyampaikan wahyu, memperbaiki akhlak, dan menegakkan keadilan. Ketiganya saling berkaitan dan membentuk fondasi bagi kehidupan yang beradab.

Pertama, para rasul adalah muballigh, penyampai wahyu. Mereka tidak menambah atau mengurangi isi risalah. Allah menegaskan dalam Al-Qur’an:

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

مَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ
“Tugas rasul tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah).” (QS. Al-Mā’idah [5]: 99)

Mereka berbicara atas dasar wahyu, bukan hawa nafsu. Setiap kalimat yang keluar dari lisan mereka adalah pancaran kebenaran Ilahi.

Kedua, para rasul diutus untuk memperbaiki akhlak. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)

Misi moral ini menjadi jiwa dari setiap risalah kenabian. Tidak ada ibadah yang sahih tanpa akhlak, dan tidak ada akhlak yang benar tanpa dasar iman.

Krisis Keteladanan: Mengapa Kita Rindu Sosok dalam Riyadus Shalihin?

Ketiga, para rasul datang untuk menegakkan keadilan di bumi. Mereka mengajarkan bahwa keadilan bukan sekadar hukum sosial, melainkan perintah spiritual. Melalui wahyu, mereka menuntun manusia agar hidup dalam keseimbangan: antara hak dan kewajiban, antara dunia dan akhirat.

Rasul Adalah Manusia, Tapi Tidak Seperti Manusia Biasa

Para rasul memang manusia, tetapi mereka bukan manusia biasa. Mereka makan, tidur, dan berkeluarga seperti kita, namun hatinya selalu terpaut kepada Allah. Firman Allah:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ
“Katakanlah (Muhammad): Sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kalian, hanya saja aku menerima wahyu.” (QS. Al-Kahf [18]: 110)

Ayat ini menunjukkan keseimbangan yang indah: rasul adalah manusia agar dapat menjadi teladan bagi manusia, tetapi mereka memiliki keistimewaan berupa wahyu yang menjadikan mereka sumber petunjuk.

Syaikh al-Fudhali menjelaskan bahwa para rasul dijaga dari dosa besar dan kesalahan dalam menyampaikan risalah. Hal ini disebut ‘ishmah — kemaksuman. Dalam baitnya, beliau berkata:

وَالرُّسْلُ مَعْصُومُونَ فِي التَّبْلِيغِ، لَا يَزِيدُونَ وَلَا يُنقِصُونَ
“Para rasul itu terjaga dari kesalahan dalam menyampaikan (wahyu); mereka tidak menambah dan tidak mengurangi apa pun.”

Kemaksuman ini bukan berarti mereka tak pernah diuji. Sebaliknya, para rasul justru mengalami ujian paling berat agar menjadi contoh kesabaran. Dan Nabi Muhammad ﷺ diuji dengan penghinaan, perang, dan kehilangan orang-orang tercintanya.

Namun semua itu tidak memadamkan cahaya mereka — justru membuatnya semakin terang.

Nabi Muhammad ﷺ: Penutup Para Rasul

Nabi Muhammad ﷺ adalah puncak dari semua risalah dan penutup bagi para nabi. Firman Allah:

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ
“Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasul Allah dan penutup para nabi.” (QS. Al-Ahzab [33]: 40)

Beliau datang bukan membawa agama baru, melainkan menyempurnakan risalah para rasul sebelumnya. Dalam pribadi Nabi Muhammad ﷺ, terkumpul segala kesempurnaan akhlak dan kelembutan jiwa. Beliau adalah rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi seluruh alam.

Rasulullah ﷺ bukan hanya mengajarkan shalat dan puasa, tetapi juga membentuk manusia yang penuh kasih, adil, dan berakhlak. Sejarah mencatat, beliau memperlakukan musuh dengan belas kasih, mengasihi anak yatim, menghormati perempuan, dan memuliakan tetangga.

Iman kepada Rasulullah berarti meneladani beliau dalam seluruh aspek kehidupan: dari cara berpikir, berperilaku, hingga cara mencintai sesama makhluk.

Hikmah Iman kepada Para Rasul di Zaman Modern

Dalam kehidupan modern yang sering diliputi kebingungan moral, iman kepada rasul menjadi kompas spiritual. Rasul adalah jembatan antara kebenaran langit dan realitas bumi. Melalui teladan mereka, kita belajar bahwa iman bukan hanya keyakinan, tetapi tindakan yang mengubah kehidupan.

Iman kepada para rasul menumbuhkan sikap rendah hati. Kita sadar bahwa ilmu dan akal manusia terbatas. Kita membutuhkan petunjuk Ilahi agar tidak tersesat oleh kesombongan duniawi.

Selain itu, iman kepada rasul juga menumbuhkan rasa cinta universal. Karena setiap rasul membawa pesan kasih, keadilan, dan kebenaran untuk seluruh umat manusia. Sebagaimana Allah berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا
“Dan sungguh, Kami telah mengutus rasul pada setiap umat.” (QS. An-Nahl [16]: 36)

Artinya, setiap bangsa memiliki sejarah wahyu, memiliki cahaya yang pernah menyinari mereka. Dengan memahami ini, seorang Muslim belajar untuk menghargai keberagaman manusia sebagai bagian dari rencana Ilahi.

Penutup

Rasul-rasul Allah adalah jembatan cahaya antara langit dan bumi. Mereka datang untuk menuntun manusia agar mengenal Tuhan dan menegakkan kebenaran di muka bumi. Kini, setelah risalah mereka sempurna dalam Al-Qur’an, tugas membawa cahaya itu berpindah kepada kita.

Setiap orang beriman sejatinya adalah penerus misi kenabian dalam skala kecil. Ketika seseorang menebarkan kebaikan, menegakkan kejujuran, atau menolong sesama, ia sedang meneruskan cahaya para rasul.

Seperti sabda Nabi Muhammad ﷺ:
الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ
“Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.” (HR. Abu Dawud)

Cermin itu memantulkan cahaya. Maka jadilah cermin yang memantulkan cahaya para rasul — dengan iman yang jernih, akhlak yang luhur, dan kasih yang luas. Sebab di setiap hati yang bercahaya, ada pantulan kecil dari wahyu yang dahulu turun dari langit.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement