Khazanah
Beranda » Berita » Mengenal Malaikat: Tentara Cahaya yang Selalu Taat Menurut Kitab Kifāyatul ‘Awām

Mengenal Malaikat: Tentara Cahaya yang Selalu Taat Menurut Kitab Kifāyatul ‘Awām

ilustrasi malaikat sebagai makhluk cahaya yang taat menurut Kifaya
Ilustrasi realistik-filosofis memperlihatkan langit malam berpendar cahaya lembut, menggambarkan kehadiran malaikat yang berbaris dalam ketaatan, tanpa wujud manusia, hanya kilau cahaya putih keemasan

Surau.co. Setiap manusia pernah merasa sendirian—dalam kesepian malam, dalam ujian hidup, atau dalam perjuangan yang sunyi. Namun, dalam keyakinan Islam, tak ada satu pun manusia yang benar-benar sendiri. Ada makhluk-makhluk Allah yang tak terlihat oleh mata, tapi hadir di setiap detak kehidupan: para malaikat.

Kitab Kifāyatul ‘Awām fī ‘Ilmi al-Kalām karya Syaikh Muhammad al-Fudhali menjelaskan bahwa mengenal malaikat termasuk bagian dari rukun iman yang kedua, setelah iman kepada Allah. Dalam baitnya, beliau menulis:

ثُمَّ الْمَلَائِكَةُ الْكِرَامُ جِدَا
“Kemudian (wajib beriman kepada) para malaikat yang sangat mulia.”

Syaikh al-Fudhali menyebut mereka sebagai al-malā’ikah al-kirām, makhluk yang mulia dan suci dari dosa. Mereka diciptakan dari cahaya, tidak makan, tidak minum, tidak menikah, dan tidak pernah bermaksiat. Mereka hanya mengenal satu hal: ketaatan total kepada perintah Allah.

Di zaman modern yang penuh kegaduhan moral, memahami hakikat malaikat bukan sekadar mengenal makhluk ghaib, tetapi juga belajar tentang arti kepatuhan dan kemurnian niat.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Siapa Malaikat? Makhluk Cahaya yang Selalu Tunduk

Dalam hadits sahih riwayat Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:

خُلِقَتِ الْمَلَائِكَةُ مِنْ نُورٍ
“Malaikat diciptakan dari cahaya.” (HR. Muslim)

Cahaya dalam konteks ini bukan sekadar sinar fisik, melainkan simbol kesucian dan ketaatan tanpa cela. Malaikat tidak memiliki hawa nafsu, sehingga mereka tidak pernah membangkang. Allah menggambarkan ketaatan malaikat dalam Al-Qur’an:

لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Taḥrīm: 6)

Ayat ini menggambarkan keagungan spiritual malaikat. Mereka adalah tentara cahaya yang menjaga keteraturan alam semesta, menjalankan setiap tugas tanpa rasa malas, tanpa pamrih, dan tanpa keluhan.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Berbeda dengan manusia, malaikat tidak memiliki pilihan antara taat dan durhaka. Namun, justru di sinilah pelajaran terbesar bagi manusia: ketaatan malaikat adalah cermin kemurnian pengabdian. Manusia memang diberi kebebasan, tetapi kebebasan itu menjadi bermakna jika digunakan untuk taat sebagaimana para malaikat tunduk tanpa ragu.

Syaikh al-Fudhali mengisyaratkan bahwa iman kepada malaikat bukan hanya percaya bahwa mereka ada, tetapi juga meneladani sifat-sifatnya: taat, jujur, disiplin, dan ikhlas.

Tugas Malaikat: Mengatur Alam dan Menjaga Manusia

Dalam tradisi Islam, tugas malaikat sangat luas dan berlapis. Mereka tidak hanya mencatat amal manusia, tetapi juga menjadi pengatur alam semesta dengan izin Allah.

Allah berfirman:

فَالْمُدَبِّرَاتِ أَمْرًا
“Demi malaikat-malaikat yang mengatur urusan.” (QS. An-Nāzi‘āt: 5)

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Ada malaikat yang mengatur angin, menurunkan hujan, menjaga bumi, hingga membawa wahyu. Semua bekerja dalam keselarasan sempurna. Malaikat Jibril membawa wahyu, Mikail mengatur rezeki, Isrāfīl meniup sangkakala, dan ‘Izrā’īl mencabut nyawa.

Syaikh al-Fudhali menyebutkan sebagian besar nama malaikat ini dalam penjelasan beliau:

مِنْهُمْ جِبْرِيلُ وَمِيكَائِيلُ وَإِسْرَافِيلُ وَعَزْرَائِيلُ
“Di antara mereka ada Jibril, Mikail, Israfil, dan Izrail.”

Keempat malaikat utama ini menjadi simbol keteraturan ilahi. Setiap gerakan mereka adalah bagian dari skenario besar penciptaan yang hanya Allah ketahui secara sempurna.

Setiap manusia juga memiliki dua malaikat yang selalu mendampingi, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qāf: 18)

Malaikat di sisi kanan mencatat amal baik, dan yang di kiri mencatat amal buruk. Keduanya menjadi saksi atas setiap langkah dan ucapan manusia. Menyadari kehadiran mereka membuat seorang mukmin berhati-hati dalam berkata dan berbuat.

Kehidupan spiritual seorang Muslim sejatinya akan lebih tenang jika ia merasa selalu diperhatikan oleh malaikat — bukan untuk diawasi dengan ancaman, melainkan untuk disertai dalam kebaikan.

Malaikat dan Hubungannya dengan Kehidupan Sehari-hari

Iman kepada malaikat bukan hanya dogma, melainkan kesadaran yang membentuk perilaku. Ketika seseorang sadar bahwa setiap amalnya dicatat oleh malaikat, ia akan lebih hati-hati dalam bertindak.

Rasulullah ﷺ bersabda:

يَتَعَاقَبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ
“Bergantian di antara kalian malaikat pada malam hari dan malaikat pada siang hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menggambarkan betapa dekatnya malaikat dengan manusia. Mereka menyaksikan setiap amal, baik di rumah, di tempat kerja, maupun di jalan. Sadar akan hal ini, seorang Muslim seharusnya menjadikan setiap aktivitasnya bernilai ibadah.

Dalam banyak riwayat, malaikat juga berperan sebagai pengirim doa. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ: وَلَكَ بِمِثْلٍ
“Tidaklah seorang hamba mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuannya, kecuali malaikat berkata: ‘Dan engkau pun akan mendapatkan seperti itu.’” (HR. Muslim)

Doa seorang mukmin ternyata tidak sendiri. Malaikat ikut mengaminkan, bahkan mengembalikan kebaikan itu kepada sang pendoa. Inilah bukti kasih sayang Allah melalui perantara malaikat-malaikat-Nya.

Mengapa Malaikat Tidak Pernah Berdosa

Salah satu hal yang menakjubkan dari malaikat adalah mereka tidak pernah berdosa. Sebab, mereka tidak memiliki hawa nafsu. Namun, ketundukan mereka bukan karena ketidaktahuan, melainkan karena kesadaran akan kebesaran Allah.

Dalam Kifāyatul ‘Awām, Syaikh al-Fudhali menjelaskan:

لَا يَعْصُونَ اللَّهَ أَبَدًا وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Mereka tidak akan pernah mendurhakai Allah dan selalu melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka.”

Ketaatan malaikat tidak lahir dari paksaan, tetapi dari cinta yang murni kepada Sang Pencipta. Mereka mengenal Allah dengan sebenar-benarnya makrifat, hingga tak ada ruang bagi pembangkangan.

Manusia tidak seperti malaikat — ia bisa taat, bisa juga durhaka. Tetapi di situlah letak kemuliaan manusia. Bila seseorang taat kepada Allah meskipun memiliki hawa nafsu, maka nilainya jauh lebih tinggi.

Belajar dari malaikat berarti menata hati untuk taat dengan kesadaran, bukan karena takut semata, tapi karena cinta dan hormat kepada Allah.

Iman kepada Malaikat: Fondasi Keteguhan Iman

Iman kepada malaikat memberi dimensi spiritual dalam kehidupan. Ia mengingatkan manusia bahwa setiap amal punya saksi, setiap ucapan punya catatan, dan setiap niat punya nilai. Kesadaran ini melahirkan tanggung jawab moral yang tinggi.

Orang yang beriman kepada malaikat akan berhati-hati dalam berbuat zalim, karena ia tahu ada malaikat yang mencatatnya. Ia juga semangat dalam berbuat baik, karena yakin malaikat mencatat dan mendoakannya.

Keyakinan akan kehadiran malaikat juga membawa ketenangan. Ketika seseorang berzikir atau membaca Al-Qur’an, malaikat turun membawa rahmat. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, dan malaikat mengelilingi mereka.” (HR. Muslim)

Malaikat menjadi penebar damai bagi hati yang berzikir. Mereka hadir di setiap majelis ilmu dan setiap tempat kebaikan. Inilah kehadiran yang tidak terlihat, tetapi terasa — kehadiran yang menenangkan hati dan menguatkan iman.

Penutup

Malaikat adalah tentara cahaya yang tidak pernah lelah bertasbih. Mereka tidak tidur, tidak berdusta, tidak membangkang. Dalam diam mereka, ada pelajaran tentang ketaatan yang tulus; dalam ketaatan mereka, ada keindahan tentang cinta yang murni kepada Allah.

“Barang siapa ingin dekat dengan malaikat, hendaklah ia memperbanyak dzikir, karena para malaikat mencintai majelis yang mengingat Allah.”

Kita mungkin tidak akan pernah melihat malaikat di dunia ini. Namun, dengan iman, kita bisa merasakan kehadiran mereka — dalam setiap doa, dalam setiap langkah menuju kebaikan.

Semoga kita mampu meneladani mereka: taat tanpa pamrih, ikhlas tanpa henti, dan setia pada perintah Ilahi hingga akhir hayat.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement