Khazanah
Beranda » Berita » Apakah Dunia Bisa Berakhir? Hari Kiamat dalam Kitab Aqīdatul Awwam

Apakah Dunia Bisa Berakhir? Hari Kiamat dalam Kitab Aqīdatul Awwam

ilustrasi filosofis tentang hari kiamat menurut Aqidatul Awwam
Ilustrasi realistik-filosofis menampilkan pemandangan bumi dari kejauhan dengan langit yang terbelah, cahaya keemasan menyinari separuh dunia yang gelap. Gaya artistik lembut dan simbolis, menggambarkan akhir dunia sebagai awal kehidupan abadi.

Surau.co. Pernahkah kita membayangkan, apa yang terjadi ketika langit terbelah, bumi berguncang, dan segala kehidupan tiba-tiba berhenti? Pertanyaan itu bukan sekadar fantasi atau kisah apokaliptik film modern. Ia adalah kenyataan yang telah lama dijanjikan Allah dalam wahyu-wahyu-Nya. Dunia yang kita pijak ini, seindah apa pun, akan berakhir pada hari kiamat.

Dalam kitab Aqīdatul Awwam, Syaikh Ahmad al-Marzūqī al-Mālikī menegaskan keyakinan terhadap hari kiamat sebagai bagian dari rukun iman. Bagi seorang muslim, mempercayai datangnya kiamat bukan hanya persoalan keimanan, tetapi juga pengingat agar hidup di dunia ini dijalani dengan kesadaran bahwa semua bersifat sementara.

Beliau menulis dalam nazhamnya:

وَبِالْبَعْثِ وَالنُّشُورِ وَالْجَزَاءِ
وَكِتَابِ الْأَعْمَالِ وَالْقَضَاءِ

“Berimanlah kepada kebangkitan, pembalasan, catatan amal, dan ketetapan Allah.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Bait ini menyatukan keyakinan tentang akhir dunia dan awal kehidupan baru setelahnya: hari kebangkitan. Maka, pertanyaan “Apakah dunia bisa berakhir?” bukan sekadar mungkin — ia pasti.

Kepastian Kiamat dalam Al-Qur’an: Janji yang Tidak Akan Diingkari

Al-Qur’an menggambarkan hari kiamat dengan bahasa yang mengguncang kesadaran manusia. Banyak surah dinamai dengan fenomena kiamat: Al-Qāri‘ah, Az-Zalzalah, At-Takwīr, Al-Infithār. Setiap ayatnya menghadirkan gambaran kehancuran kosmos secara total.

Allah berfirman:

إِذَا السَّمَاءُ انْفَطَرَتْ، وَإِذَا الْكَوَاكِبُ انْتَثَرَتْ
“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang berjatuhan.” (QS. Al-Infithar: 1–2)

Kata infatharat (terbelah) menunjukkan kehancuran yang tidak bisa diperbaiki. Alam semesta yang selama ini tunduk pada hukum keteraturan akan keluar dari keseimbangan. Dunia yang kita kenal akan lenyap seketika.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Di tempat lain, Allah menegaskan:

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ
“(Yaitu) pada hari bumi diganti dengan bumi yang lain, dan demikian pula langit.” (QS. Ibrahim: 48)

Ayat ini menjadi dasar bagi para ulama untuk menyimpulkan bahwa dunia sekarang bukanlah dunia abadi. Ia akan diganti dengan alam akhirat yang baru — tempat pembalasan bagi seluruh makhluk.

Janji yang Pasti, Waktu yang Misterius

Walaupun kepastian kiamat tidak diragukan, waktunya tetap menjadi rahasia. Allah menegaskan bahwa tidak ada seorang pun, termasuk para nabi dan malaikat, yang mengetahui kapan ia akan terjadi.

يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا، قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِنْدَ رَبِّي
“Mereka bertanya kepadamu tentang hari Kiamat: kapan terjadinya? Katakanlah: Sesungguhnya pengetahuan tentang itu hanyalah di sisi Tuhanku.” (QS. Al-A‘rāf: 187)

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Ketidakpastian waktu ini bukan tanpa makna. Ia mengajarkan manusia untuk hidup waspada dan tidak terlena. Dalam setiap detik kehidupan, ada kemungkinan dunia berhenti. Maka, kiamat bukan hanya peristiwa besar di masa depan, tetapi juga peringatan agar kita menjaga iman dan amal hari ini.

Ajaran Aqīdatul Awwam tentang Kiamat: Dari Kehancuran hingga Kebangkitan

Dunia Akan Binasa, Akhirat Akan Kekal

Syaikh Ahmad al-Marzūqī dalam Aqīdatul Awwam menegaskan bahwa salah satu pokok keimanan adalah mempercayai akhir dunia dan kehidupan setelahnya. Dalam bait nazham beliau dijelaskan:

وَبِالْمَوْتِ وَالْبَعْثِ وَالنَّشُورِ
وَحِسَابٍ وَمِيزَانٍ مَأْمُورِ

“Berimanlah kepada kematian, kebangkitan, pembalasan, perhitungan, dan timbangan amal.”

Bait ini menjadi pedoman bahwa perjalanan manusia tidak berakhir di kubur. Dunia hanyalah tempat singgah sementara sebelum berpindah menuju keabadian.

Para ulama menafsirkan bahwa “akhir dunia” berarti hilangnya seluruh sistem kehidupan: waktu berhenti, makhluk mati, dan bumi hancur. Setelah itu, Allah menghidupkan kembali semua makhluk untuk menerima pembalasan.

Peran Malaikat Israfil dan Tiupan Sangkakala

Kitab Aqīdatul Awwam menyebut nama malaikat Israfil sebagai sosok yang bertugas meniup sangkakala tanda dimulainya kiamat. Tiupan pertama mematikan semua makhluk, dan tiupan kedua membangkitkan mereka kembali.

Al-Qur’an menggambarkan:

وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ، ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Lalu ditiuplah sangkakala, maka matilah semua yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup lagi sangkakala itu, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusan).” (QS. Az-Zumar: 68)

Tiupan itu bukan sekadar suara, melainkan tanda peralihan besar antara fana dan abadi. Satu hembusan menghapus sejarah dunia, dan hembusan berikutnya membuka lembaran baru kehidupan akhirat.

Tanda-Tanda Kiamat: Dari Kegelisahan Bumi Hingga Kegelapan Jiwa

Para ulama membedakan antara kiamat kecil (as-shugra) dan kiamat besar (al-kubra). Kiamat kecil adalah kematian setiap individu, sedangkan kiamat besar adalah kehancuran seluruh alam semesta. Syaikh Ahmad al-Marzūqī menyebut keduanya sebagai bagian dari al-ba‘ts (kebangkitan) dan an-nusyur (penyebaran kembali ruh ke jasad).

Dengan memahami dua jenis kiamat ini, seorang mukmin akan selalu sadar bahwa setiap kematian adalah kiamat pribadi. Maka, menunda taubat sama saja dengan menunggu kehancuran diri sendiri.

Tanda-Tanda Akhir Zaman

Rasulullah ﷺ telah menjelaskan banyak tanda yang mendahului datangnya hari kiamat. Dalam hadits sahih riwayat Muslim disebutkan:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ، وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ، وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ
“Kiamat tidak akan terjadi hingga ilmu diangkat, gempa bumi banyak terjadi, waktu terasa singkat, dan fitnah tersebar.”

Fenomena zaman kini — banyaknya bencana alam, kemerosotan moral, dan penyebaran hoaks — bukanlah kiamat itu sendiri, tetapi peringatan lembut dari Allah. Dunia mengingatkan kita untuk kembali kepada fitrah: iman dan amal saleh.

Makna Iman kepada Hari Akhir: Mengubah Cara Kita Menjalani Hidup

Keimanan kepada hari kiamat mengajarkan manusia untuk tidak terikat pada dunia. Segala yang kita miliki — kekuasaan, harta, jabatan — akan lenyap bersama bumi ini. Namun amal dan niat yang tulus akan kekal dan dibalas dengan keadilan.

Kesadaran ini mengubah cara kita memandang hidup. Dunia bukan tempat untuk menimbun, melainkan untuk menanam. Setiap kebaikan kecil, sekecil senyum dan sedekah, akan menjadi cahaya pada hari pembalasan.

Walau kiamat terdengar menakutkan, Islam mengajarkan bahwa bagi orang beriman, ia bukan kehancuran, melainkan pertemuan dengan Sang Pencipta. Nabi ﷺ bersabda:

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ
“Siapa yang mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Kiamat, dengan segala kedahsyatannya, adalah pintu menuju keadilan dan kasih sayang Allah. Bagi orang yang hidup dengan iman, ia bukan akhir, tetapi awal dari kehidupan sejati.

Penutup

Suatu hari, dunia yang kita kenal akan sunyi. Langit akan hancur, laut akan mendidih, gunung akan beterbangan seperti kapas. Semua makhluk akan binasa. Namun di balik kehancuran itu, ada janji kebangkitan. Dunia berakhir bukan karena kebencian Allah, melainkan karena siklus kasih sayang-Nya yang mengantar makhluk menuju kehidupan abadi.

Syaikh Ahmad al-Marzūqī mengakhiri bait tentang hari akhir dengan doa agar Allah menguatkan iman hamba-Nya di saat genting itu. Dalam setiap bait Aqīdatul Awwam, beliau tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga menanamkan kesadaran spiritual bahwa dunia hanyalah jembatan menuju akhirat.

Maka, ketika kita merenungi pertanyaan “Apakah dunia bisa berakhir?”, jawaban sebenarnya sudah tertulis di hati setiap orang beriman: ya, dunia akan berakhir, tetapi rahmat Allah tidak akan pernah berakhir.

“Dunia ini hanyalah bayangan yang akan hilang ketika mata hati menatap cahaya akhirat.”

Semoga kita termasuk golongan yang tenang menghadapi kehancuran dunia, karena hati kita telah berpaut pada yang abadi.

*Gerwin Satria N

Pegiat Literasi iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement