Kisah
Beranda » Berita » Kisah Keajaiban Nabi Ibrahim AS: Tak mempan Dibakar Api

Kisah Keajaiban Nabi Ibrahim AS: Tak mempan Dibakar Api

Kisah Keajaiban Nabi Ibrahim AS: Tak mempan Dibakar Api
Ilustrasi (Foto: Google)

SURAU.CO – Nabi Ibrahim AS lahir di tengah masyarakat yang tenggelam dalam kemusyrikan. Ayahnya, Azar, membuat patung-patung yang disembah oleh kaumnya. Sejak kecil, Ibrahim tumbuh dengan akal tajam dan hati yang jernih. Ia sering memperhatikan patung-patung buatan manusia yang mereka agungkan. Suatu hari, ia berkata kepada ayahnya sebagaimana diceritakan dalam Al-Qur’an:

“Wahai ayahku, mengapa kamu memuja sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat memahami sedikit pun?” (QS. Maryam : 42).

Pertanyaan itu menunjukkan bahwa sejak muda, Nabi Ibrahim telah memiliki kecerdasan. Ia menolak logika penyembahan terhadap benda mati. Namun, ayah dan kaumnya menolak seruannya. Mereka justru memarahi Ibrahim dan menuduhnya sebagai pembangkang yang menentang tradisi leluhur.

Tantangan kepada Kaum Penyembah Berhala

Ketika nasihatnya tak menggugah hati mereka, Nabi Ibrahim memutuskan untuk menghabisi penyembahan berhala. Suatu hari, saat kaumnya pergi merayakan pesta di luar kota, ia masuk ke kuil tempat mereka menyimpan berhala-berhala. Ia mengangkat kapak dan menghancurkan semua berhala kecil, lalu menyisakan satu berhala besar. Setelah itu, ia menggantungkan kapak itu di leher berhala terbesar.

Ketika kaumnya kembali dan melihat berhala mereka hancur, mereka terkejut. Mereka bertanya-tanya siapa yang berani melakukan hal itu. Seseorang berkata, “Kami mendengar seorang pemuda bernama Ibrahim sering mencela-berhala ini.” Maka mereka memanggil Ibrahim dan menyeretnya ke hadapan umum untuk diadili.

Mengenal Dunia agar Tidak Tertipu olehnya: Tafsir Hikmah Al-Hikam

Saat berdiri di hadapan mereka, Nabi Ibrahim dengan tenang berkata, “Berhala besar itu yang menghancurkan berhala-berhala lain. Tanyakan saja jika ia bisa berbicara.” (QS. Al-Anbiya : 63).

Jawaban itu membuat mereka berpikir sejenak. Dalam hati, mereka menyadari bahwa berhala itu tidak bisa berbicara atau melakukan apa pun. Namun keangkuhan menutupi akal sehat mereka. Mereka marah besar dan berteriak, “Bakar dia dan tolonglah tuhan-tuhanmu jika kamu benar-benar beriman kepadanya!” (QS. Al-Anbiya : 68).

Api Tak Mempan Membakar Nabi Ibrahim

Kaum itu segera mengumpulkan kayu bakar dalam jumlah besar. Mereka menyalakan api hingga kobarannya menjulang tinggi ke langit. Panasnya begitu dahsyat sampai burung yang terbang di atasnya jatuh mati. Mereka ingin memastikan bahwa jenazah Ibrahim benar-benar hancur lebur.

Namun, api yang mereka nyalakan untuk membinasakan Ibrahim justru Allah jadikan sebagai jalan untuk menampakkan kuasa-Nya. Saat mereka melemparkan Ibrahim ke dalam api dengan alat semacam ketapel besar, Allah berfirman dengan kuasa-Nya:

“Hai api, jadilah kamu dingin dan selamat bagi Ibrahim.” (QS. Al-Anbiya : 69).

Panjang Umur Belum Tentu Bermakna: Hikmah dalam Al-Hikam tentang Kualitas Usia

Sekejap kemudian, api yang berkobar hebat berubah menjadi dingin. Tidak ada satu helai rambut pun di tubuh Nabi Ibrahim yang terbakar. Api yang biasanya membasmi justru berubah menjadi tempat yang aman dan sejuk baginya.

Peristiwa itu menunjukkan bahwa Allah mengatur segala sesuatu. Api yang seharusnya panas bisa menjadi dingin bila Allah menghendaki. Begitu pula segala bahaya tidak akan menimpa seseorang tanpa izin dari-Nya.

Keteguhan Seorang Hamba yang Ikhlas

Ketika berada di tengah kobaran api, Nabi Ibrahim tidak merasa takut sedikit pun. Ia yakin bahwa Allah pasti melindunginya. Keyakinan seperti itu hanya muncul dari hati yang benar-benar mengenal Tuhannya. Ia menyerahkan seluruh hidup dan matinya hanya kepada Allah.

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa sebelum dilempar ke dalam api, Nabi Ibrahim berdoa penuh keyakinan: “Hasbiyallahu wa ni’mal wakiil” (Cukuplah Allah menjadi penolongku, dan Dia sebaik-baik pelindung).

Ketika seseorang benar-benar menyerahkan dirinya kepada Allah, maka segala sesuatu yang tampak mustahil bisa berubah menjadi kenyataan. Api bisa menjadi dingin, bahaya bisa berubah menjadi keselamatan, dan ujian bisa menjadi membalikkan kejayaan.

Bahagia di Tengah Luka: Rahasia Spiritual Dzikir dari Al-Hikam

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan mereka hendak menjadikan makar terhadap Ibrahim, maka Kami jadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi.” (QS. Al-Anbiya : 70).

Demikianlah kisah Nabi Ibrahim AS, sang pejuang tauhid yang tak gentar menghadapi api. Kisahnya akan selalu hidup sepanjang zaman, menjadi inspirasi bagi siapa pun yang berani menegakkan kebenaran dengan iman yang kokoh dan hati yang penuh tawakal kepada Allah SWT.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement