Kisah
Beranda » Berita » Kisah Nabi Sulaiman dan Iblis yang Dipenjara

Kisah Nabi Sulaiman dan Iblis yang Dipenjara

Kisah Nabi Sulaiman dan Iblis yang Dipenjara
Ilustrasi Iblis dipenjara oleh Nabi Sulaiman. (Foto: Google)

SURAU.CO – Nabi Sulaiman AS adalah nabi dan raja yang memiliki keistimewaan luar biasa. Allah SWT menganugerahkan kepadanya kekuasaan yang tak tertandingi: mampu berbicara dengan hewan, memerintah bangsa jin, mengendalikan angin, dan memimpin kerajaan yang sangat makmur. Salah satu kisah menarik yang sarat makna tentang kebijaksanaan dan pemahaman hakikat kehidupan—yakni kisah ketika Nabi Sulaiman menangkap dan memenjarakan iblis.

Kisah ini menunjukkan bahwa meskipun Nabi Sulaiman memiliki kemampuan luar biasa, ia tetap manusia yang belajar memahami kehendak Allah. Dalam The Leadership of Sulaiman karya Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Nabi Sulaiman pernah memohon kepada Allah SWT untuk menangkap iblis.

Ya Allah, Engkau telah mengingatkan manusia, jin, binatang buas, burung-burung, dan para malaikat. Ya Allah, aku ingin menangkap iblis, memenjarakan, merantai serta mengikatnya, sehingga manusia tidak melakukan dosa dan maksiat lagi,” doa Nabi Sulaiman.

Allah SWT menjawab dengan penuh hikmah. “Wahai Sulaiman, tidak ada gunanya jika iblis ditangkap.” Namun Nabi Sulaimanbersikukuh ingin menangkap dan memenjarakan iblis. Ia memandang bahwa keberadaan iblis hanyalah sumber keburukan bagi manusia. “Ya Allah, keberadaan makhluk terkutuk ini tidak ada kebaikan di dalamnya,” ujarnya.

Allah SWT pun berfirman: “Jika iblis ditangkap, maka banyak pekerjaan manusia yang akan ditinggalkan.” Tetapi Nabi Sulaiman tetap ingin membuktikan maksudnya. Ia memohon agar diizinkan menangkap iblis hanya untuk beberapa hari saja. Maka, Allah SWT pun mengizinkannya.

Hidup Lambat (Slow Living) ala Rasulullah: Menemukan Ketenangan di Kitab Nawawi

Iblis Ditangkap, Dunia Terhenti

Dengan izin Allah, Nabi Sulaiman berhasil menangkap iblis dan memenjarakannya. Sejak saat itu, kejahatan dan maksimal di bumi seakan berhenti. Tidak ada lagi godaan yang merasuki hati manusia. Namun, ternyata ada sesuatu yang tak disangka-sangka terjadi.

Suatu pagi, Nabi Sulaiman mengutus anak buahnya untuk menjual tas hasil kerajinan tangan dari kerajaan. Uang hasil penjualan itu akan digunakan untuk membeli gandum bagi kebutuhan dapur istana. Meski dikenal sebagai raja yang sangat kaya, Nabi Sulaiman tetap bekerja dan tidak bergantung pada harta kerajaannya.

Dalam buku Perjumpaan dengan Iblis karya Muhammad Syahir Alaydrus, disebutkan bahwa di dapur Nabi Sulaiman setiap hari dimasak 4.000 ekor unta, 5.000 ekor sapi, dan 6.000 ekor kambing untuk memberi makan seluruh rakyat dan pasukan kerajaan. Meski demikian, Nabi Sulaiman tetap membuat tas dan menjualnya ke pasar untuk mencari makan.

Namun kali ini, ada hal ganjil. Ketika para utusannya tiba di pasar, mereka mendapati suasana sepi. Tidak ada pedagang, tidak ada pembeli. Seluruh pasar tutup. Mereka pun kembali ke istana dan melaporkan kejadian itu kepada Nabi Sulaiman.

Wahai tuanku, tidak ada satu pun orang di pasar. Semua tempat usaha tertutup,” kata mereka.

Riyadus Shalihin dan Fenomena FOMO: Mengapa Kita Takut Tertinggal?

Nabi Sulaiman terkejut. “Kenapa bisa begitu? Apa yang terjadi?” Namun tak seorang pun mampu menjawab. Hari berganti hari, dan keadaan tetap sama. Tidak ada aktivitas perekonomian di pasar.

Pelajaran dari Allah SWT

Merasa heran, Nabi Sulaiman akhirnya bermunajat kepada Allah SWT. “Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa manusia tidak bekerja mencari nafkah?”

Allah SWT menjawab dengan penuh kebijaksanaan, “Wahai Sulaiman, engkau telah menangkap iblis itu, sehingga manusia tidak bergairah bekerja mencari nafkah. Bukankah Aku katakan kepadamu bahwa menangkap iblis tidak mendatangkan kebaikan?”

Saat itulah Nabi Sulaiman menyadari bahwa peran iblis dalam kehidupan manusia, meskipun tampak jahat, memiliki hikmah tersendiri. Iblis memang menggoda manusia agar berbuat dosa, namun di sisi lain, godaan itu menjadi ujian yang menumbuhkan kesadaran, perjuangan, dan semangat untuk berbuat baik. Tanpa adanya ujian, manusia mungkin kehilangan dorongan untuk berusaha dan berkembang.

Setelah memahami pelajaran itu, Nabi Sulaiman segera melepaskan iblis dari penjara. Keesokan harinya, suasana kembali hidup. Pasar ramai, para pedagang membuka kios, orang-orang bekerja, dan kehidupan berjalan seperti semula.

Urgensi Riyadhus Shalihin sebagai Pondasi Utama Pendidikan Karakter Bangsa

Hikmah di Balik Kisah

Kisah ini mengandung pelajaran mendalam tentang keseimbangan hidup. Allah SWT menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan tujuan dan peran masing-masing, termasuk keberadaan iblis.

Nabi Sulaiman menunjukkan kepada kita bahwa bahkan seorang raja dan nabi pun harus belajar menerima kehendak Allah. Ia menyadari bahwa kebijaksanaan sejati tidak hanya terletak pada kemampuan mengendalikan kekuatan jahat, tetapi juga dalam memahami bahwa setiap makhluk memiliki fungsi dalam rencana Ilahi.

Lebih jauh lagi, kisah ini menyingkapkan rahasia bahwa kehidupan manusia berjalan karena adanya dinamika antara kebaikan dan keburukan. Jika iblis benar-benar hilang dari dunia, mungkin manusia akan kehilangan semangat berjuang. Oleh karena itu, Allah membiarkan iblis tetap ada sebagai ujian bagi manusia—agar manusia terus berusaha, memilih jalan kebaikan, dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Akhirnya Nabi Sulaiman melepaskan iblis bukan karena kelemahan, melainkan karena kesadaran bahwa kebijaksanaan ilahi selalu mengandung hikmah yang lebih dalam daripada pengetahuan manusia. Dengan mukjizat, kekuasaan, dan kebijaksanaannya, Nabi Sulaiman tetap menjadi teladan abadi bagi manusia: bahwa keimanan, kerja keras, dan pemahaman terhadap kehendak Allah adalah kunci sejati menuju kemuliaan.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement