Ibadah
Beranda » Berita » Beriman Kepada Takdir Allah

Beriman Kepada Takdir Allah

Beriman Kepada Takdir Allah
Beriman Kepada Takdir Allah

SURAU.CO. Beriman kepada takdir Allah (Qada dan Qadar) adalah rukun iman keenam, yang berarti meyakini bahwa segala sesuatu, baik yang baik maupun buruk, terjadi atas kehendak dan ketetapan Allah SWT. Keimanan ini mendorong seseorang untuk bersabar saat mendapat musibah dan bersyukur saat menerima kenikmatan, karena semua itu adalah ujian dan karunia dari Allah. Namun, beriman pada takdir tidak berarti pasrah tanpa ikhtiar, melainkan terus berusaha sebaik mungkin dan menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Setiap muslim wajib meyakini takdir Allah (Qada dan Qadar) sebagai salah satu dari enam rukun iman. Takdir adalah ketetapan atau ketentuan Allah terhadap segala sesuatu yang terjadi di alam semesta, baik yang baik maupun yang buruk, sesuai dengan ilmu dan kehendak-Nya yang sempurna.

Dengan beriman kepada takdir Allah, kita memperoleh ketenteraman jiwa, menumbuhkan sifat sabar dan tawakal, melatih rasa syukur, serta menguatkan keyakinan bahwa segala sesuatu telah diatur dengan sebaik-baiknya oleh Allah. Beriman pada takdir Allah juga mendorong untuk terus berusaha, tidak sombong atas kesuksesan, dan tidak putus asa dalam menghadapi cobaan, karena segala ketentuan sudah tertulis dan memiliki hikmah tersendiri.

Beriman pada takdir Allah mengajarkan untuk sabar dalam menghadapi ujian dan ikhlas menerima ketentuan-Nya, serta bertawakal dan menyerahkan segala usaha kepada Allah. Kesadaran bahwa setiap nikmat dan karunia adalah dari Allah akan menumbuhkan sikap bersyukur atas segala yang dimiliki, membuat seseorang merasa cukup dan tidak gelisah mengejar sesuatu yang lebih. Dengan memahami bahwa rezeki dan keberhasilan telah ditentukan oleh Allah, seseorang tidak akan merasa sombong atas kesuksesannya dan tidak akan iri kepada orang lain, karena yakin setiap orang punya bagiannya masing-masing.

Beriman pada takdir tidak membuat seseorang pasif, melainkan mendorong untuk terus berusaha dan bekerja sungguh-sungguh, karena yakin bahwa usaha tersebut akan membuahkan hasil yang telah ditentukan oleh Allah.

Ziarah Makam Hari Jum’at, Apa Hukumnya?

Beriman kepada takdir Allah

Segala sesuatu tertulis:

Allah mengetahui dan telah menuliskan segala sesuatu, termasuk rezeki, ajal, dan nasib (surgawi atau neraka) di Lauh Mahfuz.

Kehendak Allah:

Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi.

Penciptaan perbuatan:

Kitab Taisirul Khallaq

Allah adalah pencipta semua perbuatan manusia, baik itu ketaatan maupun kemaksiatan, namun manusia memiliki kehendak sendiri dalam memilihnya.

Mengimani takdir dengan benar

Sabar saat musibah:

Ketika tertimpa musibah, orang yang beriman akan bersabar dan menyikapinya sebagai ujian dari Allah, yang dapat menghapus dosa-dosanya.

Syukur saat kenikmatan:

Saat mendapat kenikmatan, seorang mukmin akan bersyukur karena meyakini itu semua adalah karunia dari Allah.

Tidak Shalat Jum’at Karena Hujan; Apa Hukumnya?

Terus berikhtiar:

Beriman kepada takdir tidak boleh menjadi alasan untuk tidak berusaha. Tetaplah berusaha dan berdoa agar mendapatkan hasil terbaik, karena beberapa takdir bisa berubah dengan doa.

Tidak berdalih maksiat:

Dosa dan kesalahan tidak boleh dijadikan dalih dengan mengatakan “ini sudah takdir”. Orang yang berbuat maksiat harus bertaubat.

Pilar-pilar iman kepada takdir

  1. Ilmu (Pengetahuan Allah): Meyakini bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi, sejak sebelum penciptaan hingga hari akhir. Pengetahuan-Nya meliputi semua peristiwa, perbuatan makhluk, rezeki, ajal, dan nasib.
  2. Kitabah (Pencatatan): Meyakini bahwa Allah telah mencatat seluruh takdir di Lauhul Mahfuzh (Lembaran yang Terpelihara).
  3. Masyi’ah (Kehendak Allah): Meyakini bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah. Tidak ada satu pun kejadian di alam semesta ini yang luput dari kehendak-Nya.
  4. Al-Khalq (Penciptaan): Meyakini bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu, termasuk perbuatan-perbuatan hamba-Nya dan akibatnya. Allah menciptakan takdir dan juga menciptakan sarana yang mengarah kepada takdir tersebut.

Hikmah beriman kepada takdir 

Meyakini takdir dengan benar akan membawa banyak kebaikan bagi seorang muslim, di antaranya:

  • Meningkatkan kesabaran dan ketenangan jiwa: Seseorang yang beriman kepada takdir akan lebih sabar saat ditimpa musibah karena ia menyadari musibah itu adalah ketetapan Allah. Keimanan ini membantunya menerima bahwa Allah tidak membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya.
  • Menghilangkan kesombongan: Ketika mendapatkan nikmat atau keberhasilan, ia menyadari bahwa semua itu berasal dari Allah. Hal ini mencegahnya dari rasa sombong dan membuatnya lebih bersyukur.
  • Menumbuhkan sikap optimis dan pantang menyerah: Seorang mukmin meyakini bahwa takdir tidak akan datang begitu saja tanpa usaha. Oleh karena itu, ia akan terus berusaha maksimal (ikhtiar), lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawakal).
  • Mencapai ridha Allah: Menerima setiap takdir dengan hati yang lapang adalah wujud keridhaan terhadap ketetapan Allah, baik takdir baik maupun buruk.

Kesalahpahaman tentang takdir

Penting untuk memahami bahwa beriman kepada takdir tidak berarti pasrah tanpa usaha (jabariyah), juga tidak berarti menafikan peran manusia (qadariyah). Keduanya merupakan pemahaman yang keliru. Sikap yang benar adalah menggabungkan antara ikhtiar yang maksimal dan tawakal kepada Allah atas hasilnya.

  • Ikhtiar: Setiap muslim diperintahkan untuk berusaha, bekerja, dan merencanakan yang terbaik.
  • Tawakal: Setelah berusaha, hasilnya diserahkan sepenuhnya kepada Allah. Jika berhasil, ia bersyukur. Jika gagal, ia bersabar dan mengambil hikmahnya.

Dengan demikian, iman kepada takdir adalah pemahaman yang menyeluruh tentang ilmu, kekuasaan, dan kehendak Allah, yang menumbuhkan ketenangan jiwa, kesabaran, dan semangat untuk terus berusaha dalam ketaatan. Allah mengatur segala sesuatu, sehingga dengan keyakinan tersebut hati menjadi tenteram dan tidak cemas menghadapi perubahan atau kesulitan hidup, karena yakin bahwa Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya.

Menyadari bahwa segala sesuatu diatur oleh Allah mendorong hamba untuk selalu mengingat dan bergantung kepada-Nya, yang membuatnya semakin dekat dengan-Nya. Keimanan pada takdir akan membuat hati lebih kuat dalam menghadapi kesulitan dan selalu optimis dalam menjalani kehidupan, karena yakin bahwa kesulitan pasti akan ada jalan keluarnya. (mengutip dari berbagai sumber)

 

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement