SURAU.CO-Sholat Dhuha membuka kesadaran bahwa rezeki tidak hanya soal uang dan harta. Dengan Sholat Dhuha, seorang muslim menghidupkan pagi dengan sujud syukur, memohon kelapangan hati dan keberkahan hidup. Ia berdiri di hadapan Allah bukan untuk meminta semata, tetapi untuk menunjukkan kepasrahan yang mengundang rahmat. Setiap rakaatnya menegaskan keyakinan bahwa rezeki sejati lahir dari ketaatan, bukan dari kerja tanpa arah.
Seorang mukmin yang menunaikan Dhuha belajar memaknai setiap nikmat kecil sebagai anugerah besar. Ia melihat waktu, keluarga, dan kesehatan sebagai rezeki yang tidak ternilai. Ia memanfaatkan setiap detik pagi untuk berzikir dan mengingat Allah. Ia tidak menunggu rezeki datang, tetapi menjemputnya dengan amal yang diridai.
Matahari pagi bersinar lembut, menandai datangnya waktu Dhuha. Saat itu, udara masih sejuk dan tenang, menghadirkan suasana yang mengundang khusyuk. Seorang hamba yang berwudhu dan melangkah menuju sajadahnya sedang memilih ketenangan di tengah hiruk-pikuk dunia. Ia mengisi paginya dengan doa, bukan keluh kesah.
Rasulullah ﷺ menegaskan dalam hadis riwayat Muslim bahwa setiap sendi manusia wajib disyukuri setiap pagi. Sholat Dhuha menjadi bentuk nyata dari rasa syukur itu. Dengan dua rakaat sederhana, seorang muslim sudah menunaikan sedekah untuk seluruh anggota tubuhnya. Ia bergerak, ia berdoa, dan ia memohon kelapangan rezeki dengan penuh harapan.
Menjemput Keberkahan Melalui Sholat Dhuha dan Doa Pagi
Muslim yang mengerjakan Sholat Dhuha memahami bahwa doa pagi memiliki kekuatan luar biasa. Ia membaca doa “Allahumma innad-duha’a duha’uka…” dengan penuh keyakinan, meyakini bahwa Allah-lah yang menurunkan rezeki dari langit dan mengeluarkannya dari bumi. Ia mengucapkannya dengan hati yang berserah, bukan sekadar lisan yang rutin.
Ia menata hidupnya dengan disiplin spiritual. Ia bangun pagi, berwudhu, lalu menghadap Allah dengan hati yang bersih. Ia tidak membiarkan dunia menguasai pikirannya sebelum ia menyerahkan urusannya kepada Tuhan. Kebiasaan ini membuat pikirannya jernih dan langkahnya terarah.
Sholat Dhuha juga melatih seseorang untuk menghubungkan usaha dengan doa. Ia bekerja dengan semangat, tetapi hatinya tetap bergantung kepada Allah. Ia yakin bahwa keberkahan datang dari niat yang lurus, bukan semata hasil kerja keras. Dari sinilah ketenangan batin muncul dan menjadikan setiap aktivitasnya bernilai ibadah.
Orang yang menjaga Dhuha tidak mudah gelisah. Ia menjalani hari dengan senyum, sebab ia tahu rezekinya sudah dijamin Allah. Ia tidak lagi menakar keberhasilan dengan jumlah harta, melainkan dengan kedamaian jiwa. Dhuha menanamkan rasa cukup, yang menjadi sumber kebahagiaan sejati.
Dhuha, Rezeki Spiritual dan Ketenangan Jiwa
Salat Dhuha menumbuhkan keyakinan bahwa rezeki sejati bersumber dari Allah. Seorang hamba yang mengerjakannya menguatkan iman dan memperbarui niat setiap pagi. Ia memulai hari dengan sujud, bukan keluhan. Ia bergerak dengan semangat, bukan kecemasan. Ia mengarahkan hidupnya agar selalu berada dalam lingkaran rahmat.
Ketika seseorang meluangkan waktu untuk Dhuha, ia sebenarnya sedang melatih hati agar tidak terpaut pada dunia. Ia membersihkan jiwanya dari rasa takut kekurangan dan menggantinya dengan tawakal. Ia mengisi pagi dengan ketenangan, dan ketenangan itu menular ke seluruh aktivitas hariannya.
Banyak orang sibuk mengejar rezeki tanpa menenangkan hati. Dhuha mengajarkan cara berbeda: mendahulukan Sang Pemberi sebelum mengejar pemberian. Dengan cara ini, hidup menjadi lebih ringan, dan langkah terasa lebih bermakna. Ia tidak hanya bekerja untuk hidup, tetapi beribadah melalui kerja.
Setiap kali ia menutup Sholat Dhuha dengan doa, ia menanam benih keberkahan untuk hari itu. Ia mungkin tidak langsung kaya, tetapi hatinya merasa cukup. Itulah rezeki sejati — ketenangan yang tidak bisa dibeli dan keberkahan yang tidak bisa dihitung. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
