SURAU.CO – Shalat Dhuha merupakan salah satu ibadah sunnah yang memiliki kedudukan istimewa dalam ajaran Islam. Dhuha sebagai shalat yang penuh keberkahan, menjadi sumber ketenangan, serta menjadi bentuk rasa syukur seorang hamba atas nikmat Allah SWT. Namun, dari berbagai keutamaan shalat Dhuha, ada satu makna yang begitu mendalam dan sering terupakan, yakni bahwa shalat Dhuha adalah shadaqah bagi seluruh persendian manusia tanpa menggunakan harta.
Setiap manusia tercipta dengan ratusan sendi yang memungkinkan kita untuk bergerak, beraktivitas, dan menjalani kehidupan dengan mudah. Semua itu adalah nikmat besar yang sering tidak kita sadari. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa setiap sendi dalam tubuh kita menuntut sedekah setiap hari sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat itu. Namun, Allah yang Maha Penyayang memberi kemudahan, yaitu dengan menggantikan seluruh sedekah persendian itu hanya dengan dua rakaat shalat Dhuha.
Makna Shalat Dhuha dan Waktu Pelaksanaannya
Secara bahasa, kata Dhuha berarti “waktu terang” atau “pagi hari yang mulai memanas”. Secara syariat, shalat Dhuha adalah shalat sunnah setelah matahari terbit hingga menjelang waktu Zuhur, sekitar pukul 07.00 hingga 11.00 siang. Waktu terbaik melaksanakan shalat ini adalah ketika matahari telah meninggi dan sinarnya mulai terasa hangat di bumi.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Shalat orang-orang yang kembali kepada Allah (awwaabin) adalah ketika anak unta mulai merasakan panasnya pasir di waktu Dhuha.”
(HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat Dhuha adalah ketika matahari sudah cukup tinggi — tidak terlalu pagi, namun belum mendekati waktu Zuhur.
Shalat Dhuha Sebagai Shadaqah Persendian
Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa setiap manusia memiliki kewajiban bersedekah bagi setiap sendinya setiap hari. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Setiap persendian manusia wajib bersedekah setiap hari ketika matahari terbit. Menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah, dan semua itu dapat menggantinya dengan dua rakaat shalat Dhuha.”
(HR. Muslim)
Menurut ilmu kedokteran modern, manusia memiliki sekitar 360 sendi. Setiap sendi bekerja sama agar kita bisa bergerak bebas, menulis, berjalan, berbicara, bahkan sekadar tersenyum. Tanpa sendi-sendi ini, tubuh akan kaku dan tak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Maka, bayangkan betapa besar nikmat Allah yang telah memberi kita sendi-sendi tersebut. Dan betapa besarnya kasih sayang Allah karena Dia tidak membebani manusia untuk bersedekah dengan harta dari setiap sendi itu, tetapi cukup menggantinya dengan dua rakaat shalat Dhuha.
Dengan kata lain, shalat Dhuha adalah bentuk syukur total dari tubuh manusia kepada Penciptanya. Saat seorang Muslim berdiri dalam shalat Dhuha, seluruh anggota tubuhnya ikut berpartisipasi dalam ibadah: kaki menegakkan badan, tangan bersedekap, lidah berzikir, mata tunduk, dan hati khusyuk. Inilah “shadaqah persendian tanpa harta” yang dimaksud oleh Rasulullah ﷺ.
Kemudahan dan Keadilan dalam Islam
Islam adalah agama yang sangat memperhatikan keadilan dan kemudahan bagi umatnya. Tidak semua orang memiliki harta untuk bersedekah setiap hari, tetapi setiap orang memiliki tubuh yang dapat digunakan untuk beribadah. Karena itu, Allah menjadikan shalat Dhuha sebagai bentuk sedekah yang bisa dilakukan siapa saja—kaya atau miskin, muda atau tua, sehat atau bahkan dalam keterbatasan fisik.
Rasulullah ﷺ menegaskan dalam hadis lain:
“Setiap pagi setiap sendi dari salah seorang di antara kalian harus mengeluarkan sedekahnya; maka setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan semua itu cukup digantikan dengan dua rakaat shalat Dhuha.”
(HR. Muslim, no. 720)
Hadis ini menjelaskan bahwa shalat Dhuha adalah ibadah yang menggantikan banyak kebaikan sekaligus. Dalam dua rakaat itu, terkandung nilai dzikir, syukur, ketaatan, dan sedekah dari seluruh anggota tubuh manusia.
Tata Cara Shalat Dhuha
Melakukan shalat Dhuha termasuk ibadah yang mudah. Jumlah rakaatnya minimal dua dan maksimal dua belas rakaat. Dikerjakan dua rakaat dua rakaat dengan satu salam pada setiap dua rakaat. Tata caranya sama seperti shalat sunnah pada umumnya, yaitu:
- Berniat di dalam hati untuk melaksanakan shalat sunnah Dhuha.
- Takbiratul ihram, lalu membaca doa iftitah.
- Membaca surah Al-Fatihah.
- Membaca surah pendek, seperti Asy-Syams, Adh-Dhuha, atau Al-Ikhlas.
- Melanjutkan gerakan ruku’, i’tidal, sujud, duduk antara dua sujud, dan seterusnya hingga salam.
Setelah selesai, dianjurkan untuk berdoa memohon rezeki, kemudahan, dan keberkahan. Salah satu doa yang masyhur adalah:
“Allahumma innad-duha’a duha’uka, wal-bahaa’a bahaa’uka, wal-jamaala jamaaluka, wal-quwwata quwwatuka, wal-qudrata qudratuka. Allahumma in kaana rizqii fis-samaa’i fa anzilhu, wa in kaana fil-ardi fa akhrijhu, wa in kaana mu’assaran fa yassirhu, wa in kaana haraman fathahhirhu, wa in kaana ba‘iidan fa qarribhu, bi haqqi duha’ika wa bahaa’ika, wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita ‘ibaadakas-shaaliheen.”
Artinya:
“Ya Allah, sesungguhnya waktu Dhuha adalah waktu-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, kekuasaan adalah kekuasaan-Mu. Ya Allah, jika rezekiku ada di langit, turunkanlah; jika di bumi, keluarkanlah; jika sulit, mudahkanlah; jika haram, sucikanlah; jika jauh, dekatkanlah. Dengan kebenaran waktu Dhuha, keindahan, kekuatan, dan kekuasaan-Mu, berikanlah kepadaku sebagaimana Engkau berikan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Keutamaan dan Hikmah Shalat Dhuha
- Sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat tubuh dan kesehatan.
Dengan menunaikan shalat Dhuha, seorang Muslim mengakui bahwa setiap sendi tubuhnya adalah karunia Allah. - Sebagai pengganti sedekah seluruh persendian.
Shalat Dhuha adalah simbol sedekah tanpa harta. Ia menyeimbangkan kehidupan rohani dan jasmani, sekaligus menjadi bentuk amal bagi tubuh manusia. - Mendatangkan rezeki dan kecukupan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Wahai anak Adam, janganlah engkau malas menunaikan empat rakaat shalat Dhuha di awal siangmu, niscaya Aku akan mencukupimu di akhir siangmu.”
(HR. Tirmidzi)
Ini menunjukkan bahwa shalat Dhuha menjadi sebab datangnya keberkahan rezeki dan kemudahan urusan. - Menghapus dosa dan kesalahan kecil.
Dalam sebuah riwayat menyebutkan bahwa shalat Dhuha dapat menjadi penghapus dosa, sebagaimana air memadamkan api. - Menenangkan jiwa dan menumbuhkan optimisme.
Shalat Dhuha saat pagi hari membantu menenangkan hati, menumbuhkan semangat baru, serta menguatkan hubungan dengan Allah SWT.
Selain bernilai pahala besar, shalat Dhuha juga membawa dampak spiritual yang mendalam:
- Menumbuhkan kesadaran diri sebagai hamba. Saat bersujud dwaktu pagi, seseorang menyadari bahwa segala kekuatan yang ia miliki berasal dari Allah semata.
- Melatih ketulusan dan keikhlasan. Shalat Dhuha dilakukan pada waktu yang tidak banyak disaksikan orang, sehingga menjadi latihan ibadah yang murni karena Allah.
- Mengundang ketenangan dan keberkahan waktu. Memulai pagi dengan ibadah akan terasa lebih tenang, penuh semangat, dan berdaya guna.
Keteladanan Rasulullah dan Para Sahabat
Rasulullah ﷺ dikenal sebagai orang yang sangat istiqamah dalam menunaikan shalat Dhuha. Ummu Hani’ Radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah melaksanakan shalat Dhuha delapan rakaat pada hari penaklukan Makkah. (HR. Abu Dawud).
Para sahabat juga mengikuti kebiasaan ini. Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib adalah di antara tokoh-tokoh yang sering menghidupkan waktu Dhuha dengan shalat. Mereka memahami bahwa ibadah ini bukan sekadar rutinitas, melainkan bentuk syukur atas nikmat tubuh dan kehidupan.
Shalat Dhuha, Sedekah Tubuh Tanpa Uang
Shalat Dhuha adalah ibadah ringan namun memiliki makna yang dalam. Ia adalah sedekah bagi tubuh, syukur bagi jiwa, dan ketenangan bagi hati. Dalam dua rakaat yang sederhana, terdapat pengakuan bahwa setiap sendi dalam tubuh ini adalah milik Allah dan manfaatnya harus untuk beribadah kepada-Nya.
Setiap kali seseorang menunaikan shalat Dhuha, ia seakan berkata dengan perbuatannya: “Ya Allah, tubuh ini adalah amanah-Mu, dan aku bersyukur atasnya.” Inilah hakikat shadaqah persendian tanpa harta — amal yang mudah, murah, namun bernilai tinggi di sisi Allah SWT.
Semoga kita menjadi hamba yang senantiasa mensyukuri nikmat Allah melalui shalat Dhuha, sehingga tubuh yang sehat ini tidak hanya bekerja untuk dunia, tetapi juga menjadi jalan menuju kebahagiaan akhirat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
