𝗣𝗲𝗹𝗮𝗰𝘂𝗿𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗦𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗞𝘂𝗳𝘂𝗿: 𝗗𝘂𝗮 𝗟𝘂𝗸𝗮 𝗣𝗲𝗿𝗮𝗱𝗮𝗯𝗮𝗻, 𝗦𝗮𝘁𝘂 𝗦𝘂𝗺𝗯𝗲𝗿 𝗞𝗲𝗯𝗶𝗻𝗮𝘀𝗮𝗮𝗻

SURAU.CO – Pelacuran tidak pernah lenyap, meski hukum dan moral berulang kali menyerangnya.
Ia bertahan bukan karena kuat, melainkan karena ada konsumen, ada pasar, dan ada sistem yang membiarkannya hidup.

Begitulah pula sistem kufur.
Ia tidak pernah runtuh, bukan karena benar, melainkan karena ada manusia-manusia yang mendukung, mendoakan, dan memberikan legitimasi terhadap sistem yang menolak hukum Allah.

Mereka mungkin tidak berzina, tetapi menjadi bagian dari sistem yang menormalisasi pelacuran.

Dan Mereka mungkin tidak mencuri, tetapi menjadi penyokong sistem hukum buatan manusia yang menolak hukum Allah.

Mereka mungkin beribadah dan berdoa, namun kepada sistem kufur mereka memberi restu dan pembelaan.

𝗟𝗼𝗴𝗶𝗸𝗮 𝗜𝗹𝗺𝗶𝗮𝗵: 𝗦𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗛𝗶𝗱𝘂𝗽 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗗𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴𝗮𝗻

Secara ilmiah, setiap sistem sosial bertahan karena memiliki ekosistem pendukung.
Tanpa konsumsi, tidak ada industri.
Tanpa dukungan, tidak ada kekuasaan.

Pelacuran bertahan karena ada konsumen dan perlindungan hukum.
Sistem kufur bertahan karena ada umat yang terus mendukungnya dengan suara, doa, dan pembenaran.

Sebagaimana tubuh manusia tidak akan sembuh selama virusnya diberi makan,
begitu pula masyarakat tidak akan pulih selama penyakit kufur tetap diberi ruang.

𝗟𝗼𝗴𝗶𝗸𝗮 𝗦𝘆𝗮𝗿’𝗶: 𝗥𝗶𝗱𝗵𝗮 𝗧𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝗞𝘂𝗳𝘂𝗿 𝗔𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗞𝘂𝗳𝘂𝗿

Allah telah memperingatkan manusia dengan sangat tegas:

“Barang siapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗶𝘁𝘂𝗹𝗮𝗵 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗮𝗳𝗶𝗿.” (𝗤𝗦. 𝗔𝗹-𝗠𝗮̄’𝗶𝗱𝗮𝗵: 𝟰𝟰).

“Barang siapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗶𝘁𝘂𝗹𝗮𝗵 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘇𝗮𝗹𝗶𝗺.” (𝗤𝗦. 𝗔𝗹-𝗠𝗮̄’𝗶𝗱𝗮𝗵: 𝟰𝟱).

“Barang siapa tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗶𝘁𝘂𝗹𝗮𝗵 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗳𝗮𝗹𝗶𝗺.” (𝗤𝗦. 𝗔𝗹-𝗠𝗮̄’𝗶𝗱𝗮𝗵: 𝟰𝟳).

“𝗠𝗮𝗸𝗮 apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki? Dan 𝗵𝘂𝗸𝘂𝗺 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮𝗸𝗮𝗵 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗯𝗮𝗶𝗸 𝗱𝗮𝗿𝗶𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗵𝘂𝗸𝘂𝗺 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗸𝗶𝗻?” (𝗤𝗦. 𝗔𝗹-𝗠𝗮̄’𝗶𝗱𝗮𝗵: 𝟱𝟬).

Ayat-ayat ini bukan hanya hukum, tetapi teguran keras kepada siapa pun yang mendukung sistem kufur.

𝗞𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗱𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗿𝘁𝗶 𝗿𝗶𝗱𝗵𝗮, 𝗱𝗮𝗻 𝗿𝗶𝗱𝗵𝗮 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝗸𝗲𝗸𝘂𝗳𝘂𝗿𝗮𝗻 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗸𝘂𝗳𝘂𝗿𝗮𝗻 𝗶𝘁𝘂 𝘀𝗲𝗻𝗱𝗶𝗿𝗶.

𝗣𝗲𝗿𝗯𝗮𝗻𝗱𝗶𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗛𝗮𝗸𝗶𝗸𝗶: 𝗣𝗲𝗹𝗮𝗰𝘂𝗿𝗮𝗻 𝘃𝘀 𝗦𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗞𝘂𝗳𝘂𝗿

Pelacuran dan sistem kufur memiliki akar yang sama pembangkangan terhadap hukum Allah. Keduanya menolak kesucian, menolak aturan syariat, dan sama-sama menghancurkan tatanan manusia dari dalam.

Namun antara keduanya, pendukung sistem kufur jauh lebih berbahaya, lebih berdampak, dan lebih dilaknat.

Pelacuran:

Menjual kehormatan diri demi kenikmatan sesaat.

Didorong oleh nafsu, kebutuhan, dan lemahnya iman.

Dampaknya bersifat moral dan sosial — merusak individu dan keluarga.

Banyak pelacur masih menyadari dosanya, bahkan menyesal dan ingin bertobat.

Tidak memiliki kekuatan untuk mengubah hukum, hanya hidup di bawahnya.

Menjadi korban sistem rusak yang membuka pintu maksiat.

Pendukung Sistem Kufur

Menjual prinsip dan akidah demi kekuasaan, kenyamanan, dan pengakuan manusia.

Bukan sekadar maksiat, tapi penolakan terhadap hukum Allah secara ideologis dan politis.

Dampaknya global dan struktural — menghancurkan nilai, hukum, dan arah peradaban.

Tidak merasa berdosa, bahkan membenarkan kekufuran atas nama demokrasi, toleransi, dan kemajuan.

Menciptakan sistem hukum yang melindungi dan melegalkan pelacuran, riba, LGBT, dan segala bentuk kemaksiatan.

Bukan korban, melainkan arsitek kezaliman yang menjauhkan manusia dari kebenaran wahyu.

Hasil Perbandingan

1. Pelacuran adalah produk dosa individu, sedangkan sistem kufur adalah pabrik dosa kolektif yang mencetak kerusakan berjamaah.

2. Pelacur mungkin berdosa karena hawa nafsu, tetapi pendukung sistem kufur berdosa karena menolak hukum Allah secara sadar dan ideologis.

𝗠𝗮𝗸𝗮 tidak heran bila Allah melaknat mereka yang tidak berhukum dengan wahyu-Nya, menyebut 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗸𝗮𝗳𝗶𝗿, 𝘇𝗮𝗹𝗶𝗺, 𝗱𝗮𝗻 𝗳𝗮𝘀𝗶𝗸, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Mā’idah ayat 44–47.

𝗔𝗻𝗮𝗹𝗶𝘀𝗶𝘀 𝗛𝗶𝘀𝘁𝗼𝗿𝗶𝘀 𝗱𝗮𝗻 𝗥𝗲𝗮𝗹𝗶𝘁𝗮𝘀

Sejak peradaban jahiliyah, pelacuran selalu menjadi cermin dari rusaknya sistem moral.
Namun sistem kufur yang menolak hukum Allah dan menggantikannya dengan hukum manusia adalah induk dari segala kerusakan moral.

Dari rahim sistem kufur lahirlah:

𝗹𝗲𝗴𝗮𝗹𝗶𝘀𝗮𝘀𝗶 𝘇𝗶𝗻𝗮,
𝗻𝗼𝗿𝗺𝗮𝗹𝗶𝘀𝗮𝘀𝗶 𝗟𝗚𝗕𝗧,
𝗽𝗲𝗺𝗯𝗲𝗻𝗮𝗿𝗮𝗻 𝗿𝗶𝗯𝗮,
𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗻𝗴𝗵𝗮𝗹𝗮𝗹𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗴𝗮𝗹𝗮 𝗯𝗲𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗸𝗲𝘇𝗮𝗹𝗶𝗺𝗮𝗻 𝗮𝘁𝗮𝘀 𝗻𝗮𝗺𝗮 “𝗵𝗮𝗸 𝗮𝘀𝗮𝘀𝗶” 𝗱𝗮𝗻 “𝗸𝗲𝗯𝗲𝗯𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗶𝗻𝗱𝗶𝘃𝗶𝗱𝘂.”

𝗠𝗮𝗸𝗮 jika pelacuran adalah produk dosa individu, sistem kufur adalah pabrik dosa kolektif yang memproduksi kejahatan secara sistemik.

𝗦𝗶𝗮𝗽𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗟𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗕𝗲𝗿𝗯𝗮𝗵𝗮𝘆𝗮?

Pelacur mungkin berdosa, namun pendukung sistem kufur lebih berbahaya dan lebih fatal.

Karena pendukung sistem kufur bukan hanya berdosa, tetapi menjadikan dosa itu sah secara hukum. Ia bukan sekadar pelaku maksiat, tetapi pembuat jalan agar maksiat menjadi kebiasaan.

Pelacur mungkin masih memiliki rasa malu,
namun pendukung sistem kufur menjadikan maksiat sebagai simbol kebebasan.

𝗠𝗮𝗸𝗮 wajar bila Allah melaknat mereka yang menolak hukum-Nya dan berhukum kepada selain-Nya, karena merekalah yang menjadikan bumi dipenuhi kezaliman, pelacuran, dan kemaksiatan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
 “𝗗𝗮𝗻 𝗯𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗶𝗮𝗽𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗮𝗿𝗶 𝗵𝘂𝗸𝘂𝗺 𝘀𝗲𝗹𝗮𝗶𝗻 𝗵𝘂𝗸𝘂𝗺 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵, 𝗺𝗮𝗸𝗮 𝗶𝗮 𝘁𝗶𝗱𝗮𝗸 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁 𝗽𝗲𝘁𝘂𝗻𝗷𝘂𝗸 𝗱𝗶 𝗷𝗮𝗹𝗮𝗻 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗹𝘂𝗿𝘂𝘀.”
(QS. Al-Mā’idah: 50).

𝗞𝗲𝘀𝗶𝗺𝗽𝘂𝗹𝗮𝗻

Selama ada umat yang menjadi konsumen ideologi kufur, pelacuran dan segala bentuk maksiat akan terus tumbuh.

Dan selama ada pendukung sistem kufur yang mendoakan keberlangsungan hukum buatan manusia, jangan berharap keadilan dan keberkahan turun ke bumi ini.

Karena sebagaimana pelacur tak akan berhenti selama ada pelanggan, sistem kufur tak akan runtuh selama ada umat yang membelanya.

𝗦𝗘𝗥𝗨𝗔𝗡 𝗣𝗘𝗥𝗝𝗨𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡

𝗪𝗮𝗵𝗮𝗶 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺!
Berhentilah menjadi penonton di tengah lautan kerusakan. Jika kemaksiatan dibiarkan, jika kezaliman dianggap biasa, maka tunggulah saat kehancuran menimpa dari segala arah.

𝗣𝗲𝗹𝗮𝗰𝘂𝗿𝗮𝗻, 𝗸𝗼𝗿𝘂𝗽𝘀𝗶, 𝗸𝗲𝗯𝗼𝗵𝗼𝗻𝗴𝗮𝗻, 𝗸𝗲𝗺𝘂𝗻𝗮𝗳𝗶𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮 𝗶𝘁𝘂 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗱𝗮𝗿 𝗱𝗼𝘀𝗮 𝗶𝗻𝗱𝗶𝘃𝗶𝗱𝘂, 𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗴𝗲𝗷𝗮𝗹𝗮 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗸𝗲𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗶𝗺𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝗮𝗱𝗮𝗯 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻𝗸𝗮𝗻.

Bangkitkan kesadaran!
Dakwah bukan tugas ustaz semata, tapi panggilan setiap jiwa beriman.
Kebenaran harus disuarakan walau dunia menentang, karena diam di hadapan kebatilan sama dengan menyetujui kezaliman.

Sebarkan dakwah ini di setiap ruang, jadikan media sebagai senjata kebaikan, dan jadilah pembela kebenaran yang tidak takut dicela.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman:
 “𝗗𝗮𝗻 𝗵𝗲𝗻𝗱𝗮𝗸𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗶 𝗮𝗻𝘁𝗮𝗿𝗮 𝗸𝗮𝗺𝘂 𝗮𝗱𝗮 𝘀𝗲𝗴𝗼𝗹𝗼𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝘆𝗲𝗿𝘂 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗸𝗲𝗯𝗮𝗷𝗶𝗸𝗮𝗻, 𝗺𝗲𝗻𝘆𝘂𝗿𝘂𝗵 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗮’𝗿𝘂𝗳 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗰𝗲𝗴𝗮𝗵 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝘂𝗻𝗸𝗮𝗿.
𝗠𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗶𝘁𝘂𝗹𝗮𝗵 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝘂𝗻𝘁𝘂𝗻𝗴.”
(QS. Āli ‘Imrān: 104).

“𝗠𝗲𝗻𝗱𝘂𝗸𝘂𝗻𝗴 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺 𝗸𝘂𝗳𝘂𝗿 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗵𝗶𝗻𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝗹𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗮𝗵𝗮𝘆𝗮 𝗱𝗮𝗿𝗶𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗽𝗲𝗹𝗮𝗰𝘂𝗿𝗮𝗻”

Sebarkan Dakwah jauhi Fitnah dan Mari Mulai Detik ini Kita Campakkan Ideologi Penjajah Pedalaman Pagan Jahiliyah yang membinasakan ini agar  Pikiran mulai Dinaungi oleh Kebesaran Syariat Allah yang Agung dan Mulia. 𝙂𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙩𝙪 𝘽𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙃𝘼𝙈𝘼 𝙋𝙊𝙇𝙄𝙏𝙄𝙆 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙎𝙚𝙠𝙪𝙡𝙚𝙧 𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙋𝘼𝙂𝘼𝙉 𝙔𝙪𝙣𝙖𝙣𝙞 𝙆𝙐𝙉𝙊.  (Rahmat Pikiran)