SURAU.CO – Persahabatan merupakan salah satu nikmat besar yang Allah anugerahkan kepada manusia. Dalam kehidupan ini, manusia tidak bisa hidup sendiri. Ia membutuhkan orang lain untuk berbagi suka dan duka, saling menasihati dalam kebaikan, serta saling menolong dalam kesulitan. Dalam pandangan Islam, persahabatan bukan sekadar hubungan sosial biasa, melainkan bagian dari ibadah dan sarana menuju keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Membangun persahabatan mesti dengan dasar keimanan. Persahabatan yang berdiri atas dasar keimanan akan membawa keberkahan dunia dan menjadi cahaya akhirat. Sebaliknya, persahabatan yang berlandaskan kepentingan dunia semata dapat menjadi sumber bencana dan penyesalan. Karena itu, Islam memberikan tuntunan yang jelas tentang bagaimana seharusnya seseorang memilih sahabat, menjalin hubungan persaudaraan, dan menjaga tali persahabatan agar tetap dalam koridor syariat.
Persahabatan dalam Pandangan Islam
Dalam bahasa Arab, menyebut sahabat sebagai “ṣadīq”, yang berasal dari akar kata ṣidq yang berarti jujur atau benar. Ini menunjukkan bahwa sahabat sejati adalah orang yang jujur dan tulus dalam hubungan persahabatannya. Ia bukan teman yang berpura-pura baik saat berhadapan, namun menikam dari belakang.
Dalam Al-Qur’an, Allah menggambarkan pentingnya persahabatan yang didasari keimanan. Allah berfirman:
“Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagian menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Az-Zukhruf: 67)
Ayat ini menunjukkan bahwa persahabatan yang tidak berdasar atas ketakwaan hanya akan berakhir dengan permusuhan di akhirat. Hanya sahabat yang saling menolong dalam ketaatan kepada Allah yang akan tetap bersama dalam kenikmatan surga.
Tujuan dan Nilai Persahabatan dalam Islam
Islam memandang bahwa persahabatan bukan sekadar hubungan sosial, melainkan jalan menuju kebaikan dan ketakwaan. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan siapa yang dijadikan teman.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Hadis ini menegaskan bahwa sahabat memiliki pengaruh besar terhadap akhlak dan iman seseorang. Persahabatan yang baik akan menguatkan iman, sementara persahabatan yang buruk dapat menyeret seseorang ke dalam dosa.
Nilai-nilai yang terkandung dalam persahabatan menurut Islam antara lain:
- Saling menasihati dalam kebaikan.
Persahabatan menjadi sarana saling mengingatkan agar tetap istiqamah di jalan Allah. - Saling menolong dan berempati.
Sahabat sejati hadir saat senang maupun susah. - Mendorong kepada amal saleh.
Seorang sahabat sejati tidak hanya mendukung dalam urusan dunia, tapi juga dalam ibadah dan amal kebaikan. - Menjaga kehormatan satu sama lain.
Dalam Islam, sahabat tidak boleh menjelekkan, menggunjing, atau mengkhianati temannya.
Ciri-ciri Sahabat yang Baik Menurut Islam
Nabi Muhammad SAW memberikan banyak petunjuk agar umatnya dapat membedakan antara sahabat yang membawa kebaikan dan sahabat yang menjerumuskan. Ciri sahabat yang baik menurut Islam adalah:
- Beriman dan bertakwa kepada Allah.
Sahabat yang bertakwa akan selalu mengingatkan temannya agar tidak terjerumus dalam maksiat. - Jujur dan amanah.
Sahabat sejati tidak berbohong, tidak berkhianat, dan tidak menyebarkan rahasia temannya. - Menjaga lisan dari ghibah dan fitnah.
Ia tidak akan menjelekkan temannya di belakang. - Tulus dalam mencintai karena Allah.
Persahabatan yang tulus tidak bergantung pada harta, kedudukan, atau kepentingan duniawi. - Sabar dan pemaaf.
Ia tidak mudah marah, dan selalu berusaha memaafkan kekhilafan temannya.
Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi, bisa jadi ia memberimu minyaknya atau engkau mendapat bau harum darinya. Adapun pandai besi, bisa jadi pakaianmu terbakar olehnya atau engkau mendapatkan bau busuk darinya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa sahabat memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter seseorang. Karena itu, hendaknya seorang Muslim memilih teman yang baik agar kehidupannya selalu berada dalam kebaikan.
Persahabatan Karena Allah
Salah satu bentuk persahabatan tertinggi dalam Islam adalah persahabatan karena Allah (al-ḥubb fīllāh). Ini adalah ikatan hati antara dua orang mukmin yang mencintai satu sama lain bukan karena harta, kedudukan, atau manfaat duniawi, melainkan semata-mata karena cinta kepada Allah.
Sabda Rasulullah SAW :
“Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: ‘Di manakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Hari ini Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku, yang pada hari itu tidak ada naungan selain naungan-Ku.’”
(HR. Muslim)
Persahabatan karena Allah akan terus berlanjut hingga di akhirat. Bahkan dalam hadis lain disebutkan bahwa orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan ditempatkan di mimbar-mimbar dari cahaya, mendapat kedudukan mulia di surga, dan dirindukan oleh para nabi dan syuhada.
Adab dalam Menjalin Persahabatan
Islam mengajarkan adab-adab yang luhur dalam bersahabat. Di antaranya adalah :
- Mengucapkan salam ketika bertemu.
Seakan tampak sederhana, namun salam adalah doa dan pembuka kasih sayang. - Tersenyum dan menampakkan wajah cerah.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi) - Saling menolong dalam kebaikan dan meninggalkan dosa.
Allah berfirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.”
(QS. Al-Māidah: 2) - Tidak memutuskan hubungan karena kesalahan kecil.
Sabda Nabi Muhammad SAW :
“Tidak halal bagi seorang Muslim untuk memutuskan hubungan dengan saudaranya lebih dari tiga hari.” (HR. Bukhari) - Mendoakan sahabat tanpa sepengetahuannya.
Dalam hadis disebutkan bahwa doa seorang Muslim untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya akan diijabah oleh Allah.
Adab-adab ini menunjukkan betapa Islam menekankan pentingnya menjaga keharmonisan dan kasih sayang dalam persahabatan.
Ujian dalam Persahabatan
Tidak ada persahabatan yang lepas dari ujian. Adakalanya terjadi kesalahpahaman, perbedaan pendapat, atau bahkan kekecewaan. Namun, Islam mengajarkan agar seorang Muslim tetap menjaga ukhuwah dengan sabar dan lapang dada.
Allah berfirman:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…”
(QS. Āli ‘Imrān: 103)
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang paling baik terhadap sahabatnya.”
(HR. Tirmidzi)
Oleh karena itu, dalam menghadapi konflik persahabatan, Islam mendorong untuk berdamai, memaafkan, dan mengembalikan hubungan pada niat semula: karena Allah.
Bahaya Persahabatan yang Buruk
Sebagaimana sahabat yang baik membawa ke surga, sahabat yang buruk dapat menyeret ke neraka. Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya seraya berkata: ‘Aduhai, kiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku.’”
(QS. Al-Furqān: 27-28)
Ayat ini menggambarkan penyesalan orang yang bersahabat dengan orang jahat di dunia. Karena itulah, Rasulullah SAW mengingatkan agar berhati-hati dalam memilih teman. Jangan sampai persahabatan justru menjauhkan seseorang dari Allah.
Persahabatan adalah anugerah dan amanah. Ia bisa menjadi jalan menuju surga, atau sebaliknya, jalan menuju penyesalan abadi. Karena itu, seorang Muslim hendaknya memilih sahabat dengan hati-hati, menjalin hubungan dengan adab, dan memeliharanya dengan keikhlasan.
Persahabatan sejati dalam Islam bukan sekadar tentang berbagi tawa, tetapi juga tentang saling menuntun menuju surga. Sahabat sejati adalah yang mengingatkan saat lalai, menasihati saat tergelincir, dan mendoakan dalam diam.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
