Kisah
Beranda » Berita » Jejak Ilmu dari Madinah: Kisah Masa Kecil Imam Malik yang Tak Banyak Diketahui

Jejak Ilmu dari Madinah: Kisah Masa Kecil Imam Malik yang Tak Banyak Diketahui

Imam Malik (Ilustrasi)
Imam Malik (Ilustrasi)

SURAU.CO-Jejak ilmu dari Madinah membentuk karakter, kecerdasan, dan cara berpikir Imam Malik sejak kecil. Dari kota itu pula, jejak ilmu dari Madinah menumbuhkan semangat, adab, dan ketelitian dalam dirinya. Malik bin Anas lahir pada tahun 93 H di Madinah, di tengah keluarga yang mencintai ilmu. Ayahnya, Anas bin Malik, dikenal saleh dan ahli panah, sedangkan ibunya, Al-Aliyah binti Syuraik, menanamkan nilai adab sebelum ilmu sejak Malik masih anak-anak.

Sejak usia muda, Imam Malik tumbuh di lingkungan para ulama dan penuntut ilmu. Ia menghabiskan banyak waktu di Masjid Nabawi untuk mendengarkan hadis para tabi’in. Ibunya dengan penuh perhatian memotivasinya setiap hari. Ia berkata, “Pelajarilah adab sebelum ilmu.” Malik pun mematuhi nasihat itu dengan sepenuh hati. Ia belajar bukan hanya untuk tahu, tetapi juga untuk memahami makna kehidupan.

Meskipun begitu, masa kecil Malik tidak selalu lurus. Ia pernah tertarik pada musik karena keluarganya memiliki budak penyanyi. Namun, ketika ia mendengar seseorang berkata bahwa ilmu hadis adalah warisan para nabi, hatinya berubah seketika. Sejak saat itu, ia meninggalkan musik dan bertekad menempuh jalan ilmu. Perubahan itu menandai awal perjalanan panjangnya sebagai pelajar hadis.

Imam Malik menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia menghafal hadis dengan cepat dan memeriksa setiap sanad dengan teliti. Ia menolak meriwayatkan hadis dari orang yang tidak terpercaya. Karena itu, banyak ulama menghormatinya. Malik tidak sekadar menghafal teks, tetapi juga merenungi maknanya. Dengan demikian, ia membangun reputasi sebagai pelajar serius yang mengutamakan kejujuran ilmiah.

Pendidikan Imam Malik di Madinah dan Jejak Ilmu dari Guru Besar

Imam Malik memanfaatkan sepenuhnya lingkungan Madinah sebagai madrasah ilmu. Ia belajar dari lebih dari sembilan ratus guru, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di antara mereka, Imam Nafi’ memiliki pengaruh besar. Nafi’ adalah murid sahabat Abdullah bin Umar, dan melalui jalur itu Malik memperoleh sanad emas yang menghubungkannya dengan Rasulullah ﷺ. Karena itulah, ilmunya menjadi kuat dan terpercaya.

Kisah Nama Abu Hurairah: Dari Pecinta Kucing Menjadi Penjaga Hadis

Selain itu, Imam Malik selalu berhati-hati dalam memberikan fatwa. Jika ia belum yakin, ia berkata jujur, “Aku tidak tahu.” Sikap ini menunjukkan tanggung jawab moral yang tinggi. Ia lebih memilih diam daripada berpendapat tanpa dasar. Oleh karena itu, banyak orang menganggapnya sebagai contoh ulama yang jujur dan berprinsip.

Di sisi lain, Imam Malik juga belajar dengan mengamati. Ia memperhatikan perilaku ulama senior dan mencatat cara mereka menyampaikan ilmu. Pengalaman itu menumbuhkan wibawa serta kebijaksanaan dalam dirinya. Ia sadar bahwa ilmu bukan sekadar hafalan, melainkan cahaya yang menerangi hati.

Kemudian, Imam Malik menyusun Al-Muwaththa’, karya monumental yang menggabungkan hadis dan fiqih. Ia menyusunnya berdasarkan realitas kehidupan masyarakat Madinah. Karena itu, kitab ini menjadi cerminan praktik keagamaan yang diwariskan para sahabat. Hingga kini, Al-Muwaththa’ tetap dianggap sebagai karya ilmiah yang hidup dan berpengaruh di seluruh dunia Islam.

Warisan Ilmu dan Keteguhan Imam Malik dari Madinah

Imam Malik menghadapi berbagai ujian dalam menjaga kebenaran. Ia menolak mengikuti tekanan penguasa yang ingin mengubah isi fatwanya. Meskipun penguasa menindasnya, ia tidak menyerah. Ia memilih mempertahankan prinsip bahwa ilmu tidak boleh tunduk pada kekuasaan. Karena keteguhannya, banyak ulama menjadikannya teladan keberanian dalam menjaga kemurnian ilmu.

Setelah itu, ajaran Imam Malik menyebar ke berbagai wilayah Islam. Mazhab Maliki tumbuh subur di Afrika Utara, Mesir, dan Andalusia. Para muridnya membawa nilai-nilai Madinah ke seluruh penjuru dunia. Dengan demikian, pengaruhnya meluas jauh melampaui zamannya. Mazhab ini menekankan keseimbangan antara teks dan praktik sosial, serta menjunjung tinggi amal penduduk Madinah sebagai warisan Nabi ﷺ.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Kisah masa kecil Imam Malik menunjukkan bahwa ilmu sejati berakar pada ketulusan dan pengalaman. Ia belajar dari keluarga, lingkungan, dan kehidupan sehari-hari. Dari Madinah, ia membawa cahaya ilmu yang abadi. Hingga kini, keteladanannya mengajarkan bahwa adab, kejujuran, dan kehati-hatian tetap menjadi kunci bagi siapa pun yang menempuh jalan ilmu. (Hendri Hasyim)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement