Khazanah
Beranda » Berita » KETIKA KITA MEMBERI BUKAN KARENA KAYA

KETIKA KITA MEMBERI BUKAN KARENA KAYA

KETIKA KITA MEMBERI BUKAN KARENA KAYA
KETIKA KITA MEMBERI BUKAN KARENA KAYA

 

SURAU.CO – “Dan kadang kita memberi bukan karena kita kaya, tapi karena kita tahu bagaimana rasanya ketika tak punya apa-apa.”

Kalimat sederhana ini menyentuh hati siapa pun yang pernah merasakan perihnya kekurangan, getirnya hidup tanpa pegangan, dan pedihnya menahan lapar dalam diam. Sebab memberi yang paling tulus bukan lahir dari limpahan harta, tapi dari kedalaman empati.

Ithar Mendahulukan Orang Lain

Memberi karena kaya itu mudah — siapa pun bisa melakukannya ketika berlebih. Tapi memberi ketika diri sendiri kekurangan, itu baru kemuliaan sejati. Ia bukan soal berapa yang diberikan, melainkan mengapa kita memberi.

Dalam Islam, amal seperti ini disebut ithar — mendahulukan orang lain di atas diri sendiri. Allah memuji kaum Anshar dalam Al-Qur’an:

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

> “Dan mereka mengutamakan (orang lain) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.” (QS. Al-Hasyr: 9)

Ayat ini menjadi cermin keikhlasan yang langka. Mereka bukan hanya berbagi rezeki, tapi berbagi rasa. Dan mereka paham lapar, maka mereka beri makan. Mereka tahu pedihnya kekurangan, maka mereka ulurkan tangan.

Memberi itu bukan kehilangan, tapi pengayaan diri

Bila kita menanam padi, rumput akan ikut tumbuh. Begitu pula dengan kebaikan — setiap sedekah akan menarik keberkahan yang tak disangka-sangka. Nabi ﷺ bersabda:

> “Sedekah tidak akan mengurangi harta.”
(HR. Muslim)

Berkurang di pandangan dunia, tapi bertambah di pandangan Allah. Sebab setiap butir kebaikan yang kita tanam akan tumbuh di ladang akhirat, meneduhkan kita kelak di hari yang panasnya membakar.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Ingatlah, setiap rezeki yang Allah titipkan padamu bukan seluruhnya milikmu.
Ada bagian yang harus disampaikan kepada orang yang membutuhkan. Mungkin bukan dalam bentuk uang, tapi bisa dalam bentuk senyum, tenaga, atau sekadar perhatian. Kadang satu genggam nasi lebih berharga bagi yang lapar daripada satu peti emas bagi yang kenyang.

Dan terkadang, orang yang paling dermawan bukan mereka yang banyak memiliki, tapi mereka yang paling mengerti arti kehilangan. Orang yang pernah terjatuh akan paling cepat menolong yang tersungkur. Orang yang pernah merasakan sepi akan paling peka terhadap tangis orang lain.

Memberi adalah bahasa cinta yang universal. Ia tak mengenal status, jabatan, atau kekayaan. Ia hanya memerlukan hati yang lembut dan kesadaran bahwa dunia ini sementara. Apa pun yang kita genggam erat akan lepas, tapi apa yang kita berikan dengan ikhlas akan kekal di sisi Allah.

Maka jangan tunggu kaya untuk berbagi. Jangan tunggu lapang untuk peduli. Karena setiap detik yang kita hidup adalah kesempatan untuk menanam kebaikan.

Kaya bukan berarti berlimpah harta, tapi berlimpah empati

Orang yang paling miskin bukanlah yang tak punya uang, melainkan yang tak punya belas kasih. Sedangkan orang yang paling kaya adalah yang mampu tersenyum dan memberi, meski dirinya sendiri tengah menahan lapar.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Mari kita jadikan hidup ini ladang kebaikan. Ulurkan tangan sebelum diminta, tebarkan kebaikan tanpa pamrih, dan jadilah cahaya bagi mereka yang sedang gelap jalannya.

Sebab memberi bukan hanya tentang membantu orang lain — tapi juga tentang menyembuhkan diri sendiri. Karena setiap kali kita menolong, sesungguhnya kita sedang ditolong oleh Allah.

“Tidak akan berkurang harta karena sedekah, dan Allah tidak akan menambah bagi seorang hamba yang pemaaf kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.”
(HR. Muslim)

Berilah karena cinta, bukan karena kaya. Sebab Allah tak melihat seberapa besar pemberianmu, tapi seberapa tulus hatimu.  (Oleh: Tengku Iskandar – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat Indonesia)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement