SURAU.CO – Masjid adalah rumah Allah di muka bumi. Di tempat suci inilah seorang Muslim berjumpa dengan Rabb-nya dalam ketenangan, berzikir, memohon ampun, dan memperbaharui iman. Karena itu, langkah seseorang menuju masjid bukanlah langkah biasa. Ia adalah perjalanan menuju cahaya, menuju keridhaan, dan menuju rahmat Allah. Tidaklah mengherankan bila Rasulullah ﷺ memberikan kabar gembira berupa jaminan surga bagi mereka yang istiqamah pergi ke masjid — terlebih lagi jika seseorang wafat ketika sedang menuju rumah Allah.
Keutamaan Langkah Menuju Masjid
Dalam banyak hadis sahih, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa setiap langkah menuju masjid bernilai besar di sisi Allah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang berangkat ke masjid di waktu pagi atau sore, maka Allah menyiapkan baginya tempat di surga setiap kali ia berangkat pagi atau sore.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa Allah memberikan ganjaran luar biasa kepada mereka yang berjalan menuju masjid. Setiap langkah menuju salat berjamaah tercatat sebagai amal saleh dan mendapat balasan surga. Maka bagaimana halnya bila seseorang wafat ketika perjalanan menuju masjid? Ia telah meninggal dalam keadaan beramal saleh, dan bagi hamba yang wafat dalam amal saleh, janji surga terbuka luas untuknya.
Allah Mencatat Langkah Setiap Mukmin
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Barangsiapa berjalan ke masjid untuk salat berjamaah, maka setiap langkahnya akan dihapus satu dosa dan diangkat satu derajat.”
(HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Sampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang sering berjalan ke masjid dalam kegelapan malam, bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari kiamat.”
(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dari dua hadis ini, kita dapat memahami bahwa setiap langkah menuju masjid tidak pernah sia-sia. Allah mencatat setiap langkah sebagai penghapus dosa, pengangkat derajat, dan sumber cahaya pada hari akhir. Maka bila seseorang meninggal dalam perjalanan itu, seluruh langkahnya menjadi saksi ketaatan kepada Allah.
Wafat dalam Keadaan Ketaatan (Husnul Khatimah)
Para ulama menjelaskan bahwa seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan melakukan ketaatan kepada Allah tergolong meninggal dengan husnul khatimah, yaitu akhir kehidupan yang baik. Imam Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menegaskan:
“Orang yang meninggal dalam keadaan menuju ke masjid atau melaksanakan ibadah adalah orang yang wafat di atas ketaatan. Maka kematiannya adalah tanda kebaikan dan pertanda rahmat Allah.”
Demikian pula Imam Al-Munawi dalam Faidhul Qadir menulis:
“Barangsiapa meninggal dunia dalam keadaan sedang melakukan ketaatan kepada Allah, maka ia termasuk orang yang dirahmati dan diampuni dosanya.”
Artinya, seseorang yang meninggal saat melangkah ke masjid sedang berada di jalan yang penuh berkah. Ia tidak sedang menuju urusan dunia, bukan pula sedang lalai, melainkan sedang menuju rumah Allah — suatu perjalanan mulia yang menjadi sebab datangnya rahmat dan surga.
Analogi dengan Syahid di Jalan Allah
Sebagian ulama bahkan mengibaratkan orang yang meninggal dunia ketika menuju masjid sebagai orang yang wafat di jalan Allah (fisabilillah), karena niat dan tujuannya adalah menegakkan ibadah kepada Allah semata. Dalam hadis menyebutkan:
“Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk salat, lalu meninggal dunia, maka Allah mencatat baginya pahala orang yang menunaikan salat di masjid tanpa berkurang sedikit pun.”
(HR. Abu Ya‘la, dinilai hasan oleh sebagian ulama)
Ini menunjukkan bahwa niat tulus dan langkah menuju ketaatan sudah cukup untuk mendapatkan pahala sempurna di sisi Allah, meskipun ia belum sempat sampai ke tujuan. Maka orang yang meninggal dunia dalam perjalanan menuju masjid termasuk orang yang mendapatkan pahala penuh, dan insya Allah termasuk calon penghuni surga.
Hati yang Terpaut dengan Masjid
Dalam hadis yang sangat terkenal, Rasulullah SAW bersabda:
“Tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya, di antaranya adalah seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hati yang terpaut dengan masjid adalah hati yang selalu rindu beribadah, berzikir, dan bersujud di rumah Allah. Orang seperti ini senantiasa menunggu waktu salat berikutnya, dan langkahnya ke masjid menjadi bukti cintanya kepada Allah. Bila Allah memanggilnya pulang di tengah langkah itu, maka ia meninggal dalam keadaan cinta kepada Rabb-nya, sebuah kematian yang indah dan penuh kemuliaan.
Bukti di Hari Kiamat: Langkah yang Menjadi Cahaya
Allah berfirman:
“Pada hari ketika engkau melihat orang beriman laki-laki dan perempuan, cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.”
(QS. At-Tahrim: 8)
Penyebutan cahaya dalam ayat ini adalah simbol dari amal saleh di dunia. Termasuk amalan berupa langkah-langkah menuju masjid. Rasulullah SAW memberi kabar gembira bahwa orang yang melangkah menuju masjid dalam kegelapan malam akan memperoleh cahaya yang sempurna di akhirat. Maka orang yang meninggal dalam perjalanan menuju masjid hakikatnya meninggal dalam perjalanan menuju cahaya, dan akan bangkit dalam keadaan bercahaya pula.
Kisah Nyata yang Menggugah Iman
Tidak sedikit kisah nyata yang menunjukkan kebesaran Allah dalam memberikan husnul khatimah bagi orang-orang yang gemar ke masjid. Banyak kisah dalam masyarakat Muslim, ada orang yang setiap hari rajin salat berjamaah, dan pada suatu Subuh ia ditemukan meninggal di jalan menuju masjid, masih dalam keadaan berwudu, dengan wajah tenang dan tersenyum.
Para ulama memandang hal itu sebagai tanda kematian yang mulia, karena ia wafat dalam keadaan menuju ketaatan. Dalam pepatah Arab menyebutkan:
“Man ‘āsha ‘alā syai’in māta ‘alaih, wa man māta ‘alā syai’in bu‘itsa ‘alaih.”
“Barangsiapa hidup dengan suatu kebiasaan, maka ia akan mati di atas kebiasaan itu; dan barangsiapa mati di atas suatu keadaan, maka ia akan dibangkitkan dalam keadaan itu pula.”
Orang yang terbiasa ke masjid akan meninggal pada jalan yang sama, jalan menuju Allah. Dan pada hari kebangkitan, ia akan bangkit dalam keadaan berjalan menuju surga.
Tanda Husnul Khatimah
Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa mengucapkan ‘Lā ilāha illallāh’ pada akhir hayatnya, maka ia masuk surga.”
(HR. Abu Dawud)
Orang yang meninggal dunia saat menuju masjid biasanya telah berwudu, berdzikir, dan berniat melaksanakan salat. Kondisi ini memudahkan lidahnya untuk tetap mengingat Allah saat ruhnya tercabut. Maka besar kemungkinan ia wafat dalam keadaan membawa kalimat tauhid, yang menjadi tiket menuju surga.
Jadikan Masjid Pusat Kehidupan Kita
Setiap Muslim hendaknya menjadikan masjid sebagai bagian dari hidupnya. Rasulullah SAW bersabda:
“Masjid adalah rumah bagi setiap orang bertakwa. Allah menjamin bagi orang yang menjadikan masjid sebagai rumahnya dengan ketenangan, rahmat, dan keselamatan dari neraka menuju ridha Allah ke surga.” (HR. Tabrani)
Masjid bukan hanya tempat salat, tapi juga tempat hati berlabuh. Barangsiapa hatinya terpaut pada masjid dan langkahnya sering menuju ke sana, maka insya Allah, ketika ajal datang menjemput, ia akan mendapatkan kemuliaan dari Allah yaitu jaminan surga.
Meninggal dunia ketika menuju masjid adalah salah satu tanda husnul khatimah. Orang seperti itu meninggal dalam keadaan taat, menuju kebaikan, dan dalam perjalanan menuju rumah Allah. Berdasarkan hadis-hadis sahih, Allah menjanjikan surga bagi mereka yang istiqamah pergi ke masjid, bahkan setiap langkahnya dicatat sebagai pahala, penghapus dosa, dan sumber cahaya di akhirat. Maka berbahagialah orang yang hidupnya dekat dengan masjid, karena bisa jadi langkah terakhirnya di dunia adalah langkah menuju surga.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
