𝗞𝗘𝗕𝗔𝗡𝗚𝗞𝗜𝗧𝗔𝗡 𝗧𝗔𝗨𝗛𝗜𝗗 𝗗𝗜 𝗧𝗘𝗡𝗚𝗔𝗛 𝗔𝗥𝗨𝗦 𝗗𝗨𝗡𝗜𝗔𝗪𝗜: 𝗦𝗘𝗞𝗨𝗟𝗘𝗥 𝗩𝗦 𝗪𝗔𝗛𝗔𝗕𝗜

SURAU.CO – 𝗣𝗘𝗠𝗕𝗔𝗛𝗔𝗥𝗨𝗔𝗡 𝗜𝗦𝗟𝗔𝗠.  𝗞𝗘𝗕𝗔𝗡𝗚𝗞𝗜𝗧𝗔𝗡 𝗧𝗔𝗨𝗛𝗜𝗗 𝗗𝗜 𝗧𝗘𝗡𝗚𝗔𝗛 𝗔𝗥𝗨𝗦 𝗗𝗨𝗡𝗜𝗔𝗪𝗜 – 𝗦𝗘𝗞𝗨𝗟𝗘𝗥 𝗩𝗦 𝗪𝗔𝗛𝗔𝗕.

𝗞𝗘𝗕𝗔𝗡𝗚𝗞𝗜𝗧𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗥𝗜 𝗧𝗔𝗡𝗔𝗛 𝗚𝗨𝗥𝗨𝗡

Ketika abad ke-18 menyelimuti dunia Islam dengan kelam, ketika tauhid mulai terkikis oleh syirik, bid’ah, dan fanatisme buta, bangkitlah seorang ulama dari 𝗡𝗮𝗷𝗱 𝗦𝘆𝗮𝗶𝗸𝗵 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗺𝗺𝗮𝗱 𝗯𝗶𝗻 𝗔𝗯𝗱𝘂𝗹 𝗪𝗮𝗵𝗵𝗮𝗯 membawa obor pembaharuan, menyeru:

“𝗞𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗟𝗮 𝗶𝗹𝗮𝗵𝗮 𝗶𝗹𝗹𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵.”

Di tengah arus kolonialisme dan sekulerisasi Barat, seruan ini menjadi cahaya menghidupkan kembali semangat Islam
yang menolak tunduk kepada manusia, dan hanya bersujud kepada Allah.

Gerakan ini bukan pencarian nama, bukan perebutan kuasa, melainkan jihad untuk membersihkan akidah umat dari penghambaan kepada selain Allah.

Dari sinilah lahir tajdid, pembaharuan Islam sejati, yang menegakkan tauhid dan memberantas kesyirikan dari akarnya.

𝗣𝗘𝗠𝗨𝗥𝗡𝗜𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗡 𝗣𝗘𝗠𝗕𝗔𝗛𝗔𝗥𝗨𝗔𝗡

Gerakan Wahabi mengajak manusia kembali pada kemurnian:

Menyembah hanya kepada Allah tanpa perantara.

Menghapus pengkultusan terhadap kuburan, wali, atau manusia.

Menolak hukum buatan manusia yang menyaingi hukum Ilahi.

Bersama Imam Muhammad bin Saud, dakwah ini berbuah kekuasaan lahir negara tauhid pertama, di atas prinsip amar ma’ruf nahi munkar.

Dari gurun Najd, cahaya ini menyinari negeri-negeri Islam, menginspirasi para ulama pembaharu di Mesir, India, hingga Nusantara.

𝗗𝗶 𝗛𝗶𝗻𝗱𝘂𝘀𝘁𝗮𝗻, 𝗦𝘆𝗮𝗵 𝗪𝗮𝗹𝗶𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗮𝗱-𝗗𝗮𝗵𝗹𝗮𝘄𝗶 menyeru umat untuk kembali ke Qur’an dan Sunnah.

𝗗𝗶 𝗠𝗲𝘀𝗶𝗿, 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗺𝗺𝗮𝗱 𝗔𝗯𝗱𝘂𝗵 𝗱𝗮𝗻 𝗥𝗮𝘀𝘆𝗶𝗱 𝗥𝗶𝗱𝗵𝗮 menyalakan semangat tajdid.
𝗗𝗶 𝗠𝗶𝗻𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝗯𝗮𝘂, 𝗚𝗲𝗿𝗮𝗸𝗮𝗻 𝗣𝗮𝗱𝗲𝗿𝗶 menggema dengan ruh yang sama:
menghidupkan Islam dari tidur panjangnya, 𝗺𝗲𝗻𝗼𝗹𝗮𝗸 𝘁𝗮𝗸𝗵𝗮𝘆𝘂𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗻𝗷𝗮𝗷𝗮𝗵𝗮𝗻.

𝗕𝗔𝗗𝗔𝗜 𝗦𝗘𝗞𝗨𝗟𝗘𝗥𝗜𝗦𝗔𝗦𝗜 𝗗𝗔𝗡 𝗙𝗜𝗧𝗡𝗔𝗛 𝗣𝗘𝗥𝗖𝗘𝗥𝗔𝗜𝗔𝗡

Tak lama kemudian, dunia Islam dihadapkan pada tantangan baru: 𝘀𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿𝗶𝘀𝗮𝘀𝗶 𝗴𝗹𝗼𝗯𝗮𝗹.

Ide pemisahan agama dari politik merasuki negeri-negeri Muslim, 𝗺𝗲𝗻𝗴𝘂𝗯𝗮𝗵 𝘄𝗮𝗷𝗮𝗵 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗱𝗶 𝘀𝗲𝗸𝗮𝗱𝗮𝗿 𝗿𝗶𝘁𝘂𝗮𝗹 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗸𝗲𝗸𝘂𝗮𝘀𝗮𝗮𝗻.

𝗕𝗮𝗱𝗮𝗶 𝗳𝗶𝘁𝗻𝗮𝗵 𝗺𝘂𝗻𝗰𝘂𝗹, 𝗽𝗿𝗼𝗽𝗮𝗴𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗱𝗶𝘀𝗲𝗯𝗮𝗿 gerakan tauhid dicap ekstrem, dakwah pemurnian dituduh kaku, sementara umat dibuai oleh ide “𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗺𝗼𝗱𝗲𝗿𝗮𝘁” yang lebih tunduk pada demokrasi ketimbang hukum Allah.

Dari sinilah perpecahan buatan mulai ditanamkan: satu sama lain saling curiga, saling menuduh, padahal musuh sejati adalah sekularisme dengan ide yang ingin menjauhkan umat dari tauhid dan syariat.

𝗜𝗡𝗗𝗢𝗡𝗘𝗦𝗜𝗔 𝗗𝗔𝗡 𝗧𝗔𝗡𝗔𝗛 𝗗𝗔𝗞𝗪𝗔𝗛 𝗡𝗨𝗦𝗔𝗡𝗧𝗔𝗥𝗔

Cahaya tajdid tak berhenti di jazirah Arab.
Ulama-ulama Nusantara membawa semangat pembaharuan ini ke tanah air menyeru agar Islam tidak hanya diyakini, tetapi juga ditegakkan dalam hukum dan kehidupan.

Namun arus sekuler terus mencoba memisahkan umat dari akar syariat.
𝗔𝗴𝗲𝗻-𝗮𝗴𝗲𝗻 𝗽𝗲𝗺𝗶𝗸𝗶𝗿𝗮𝗻 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮𝘄𝗶 𝗺𝘂𝗻𝗰𝘂𝗹 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘄𝗮𝗷𝗮𝗵 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶, 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗷𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗸𝗲𝗸𝘂𝗮𝘀𝗮𝗮𝗻, 𝗶𝗺𝗮𝗻 𝘁𝗮𝗻𝗽𝗮 𝗽𝗲𝗿𝗷𝘂𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻.

𝗨𝗺𝗮𝘁 𝗽𝘂𝗻 𝗱𝗶𝗮𝗱𝘂, suku melawan suku, ormas melawan ormas, hingga umat lupa bahwa mereka satu tubuh, satu kalimat:

“𝗟𝗮 𝗶𝗹𝗮𝗵𝗮 𝗶𝗹𝗹𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵, 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗺𝗺𝗮𝗱𝘂𝗿 𝗥𝗮𝘀𝘂𝗹𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵.”

𝗦𝗘𝗥𝗨𝗔𝗡 𝗞𝗘𝗕𝗔𝗡𝗚𝗞𝗜𝗧𝗔𝗡 𝗨𝗠𝗔𝗧

Wahai kaum Muslimin di seluruh penjuru negeri, bangkitlah dari tidur panjang perpecahan.

𝗝𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝗶𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻 𝗮𝗿𝘂𝘀 𝗶𝗱𝗲𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮𝘄𝗶 𝗺𝗲𝗿𝗼𝗯𝗲𝗸 𝗶𝗺𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝘂𝗸𝗵𝘂𝘄𝗮𝗵.

Tauhid adalah pondasi persatuan, bukan perbedaan mazhab atau bendera yang memisahkan kita.

Khilafah, syariat, dan keadilan bukan ancaman
itulah warisan Nabi Muhammad ﷺ bagi seluruh umat manusia.

𝗕𝗲𝗿𝘀𝗮𝘁𝘂𝗹𝗮𝗵 𝗱𝗶 𝗮𝘁𝗮𝘀 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗺𝗮𝘁 𝘁𝗮𝘂𝗵𝗶𝗱, 𝘁𝗲𝗴𝗮𝗸𝗸𝗮𝗻 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝘀𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂𝗵 𝗮𝘀𝗽𝗲𝗸 𝗸𝗲𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽𝗮𝗻, dan biarkan dunia kembali mengenal 𝗸𝗲𝗺𝘂𝗹𝗶𝗮𝗮𝗻 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝗡𝗮𝗯𝗶 𝗠𝘂𝗵𝗮𝗺𝗺𝗮𝗱 ﷺ 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗮𝗯𝗱𝗶 𝗵𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵, 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝘀𝗶𝘀𝘁𝗲𝗺, 𝗶𝗱𝗲𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶, 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗸𝗲𝗸𝘂𝗮𝘀𝗮𝗮𝗻 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮.

𝗣𝗘𝗡𝗨𝗧𝗨𝗣: 𝗦𝗨𝗔𝗥𝗔 𝗧𝗔𝗨𝗛𝗜𝗗 𝗦𝗘𝗕𝗔𝗚𝗔𝗜 𝗣𝗘𝗠𝗕𝗔𝗛𝗔𝗥𝗨 𝗗𝗨𝗡𝗜𝗔

Gerakan pembaharuan Islam bukanlah ancaman, melainkan penanda bahwa Allah masih menjaga umat ini.

Setiap fitnah, setiap perpecahan, hanyalah ujian agar yang benar tetap tegak.

Selama masih ada yang menyeru kepada tauhid, maka Islam tidak akan padam.
Selama hukum Allah masih menjadi cita-cita,
maka dunia akan tetap punya harapan.

𝗕𝗔𝗡𝗚𝗞𝗜𝗧𝗟𝗔𝗛, 𝗨𝗠𝗔𝗧 𝗜𝗦𝗟𝗔𝗠!
𝗧𝗮𝘂𝗵𝗶𝗱 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽.
𝗛𝗶𝗱𝘂𝗽 𝗵𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗺𝗮𝗸𝗻𝗮 𝗯𝗶𝗹𝗮 𝘀𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂𝗵𝗻𝘆𝗮 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵.

Musuh kita sekarang bukanlah wahabi, bukanlah mereka yang menegakkan tauhid. 𝗠𝘂𝘀𝘂𝗵 𝗸𝗶𝘁𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗻𝘆𝗮𝘁𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘀𝗲𝗸𝘂𝗹𝗲𝗿𝗶𝘀𝗺𝗲 𝗱𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘁𝗶𝘀 𝘄𝗮𝗿𝗶𝘀𝗮𝗻 𝗴𝗮𝗴𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗬𝘂𝗻𝗮𝗻𝗶 𝗞𝘂𝗻𝗼 yang memisahkan agama dari kehidupan, yang telah merobek keutuhan tauhid dan menempatkan manusia sebagai ukuran segala-galanya.

𝗜𝗱𝗲𝗼𝗹𝗼𝗴𝗶 𝗗𝗲𝗺𝗼𝗸𝗿𝗮𝘀𝗶 𝗦𝗲𝗸𝘂𝗹𝗮𝗿 𝗶𝗻𝗶𝗹𝗮𝗵 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝘀𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗯𝗮𝗱-𝗮𝗯𝗮𝗱 𝗺𝗲𝗻𝗷𝗮𝗷𝗮𝗵 𝗻𝗲𝗴𝗲𝗿𝗶-𝗻𝗲𝗴𝗲𝗿𝗶 𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺: menutup jalan syariat, menjarah kekayaan, dan merusak akidah umat secara sistemik.

Yang lebih berbahaya lagi, ancaman itu muncul dalam rupa-rupa tipu daya: 𝗯𝗲𝗿𝗽𝗮𝗸𝗮𝗶𝗮𝗻 𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶, 𝗱𝘂𝗱𝘂𝗸 𝗱𝗶 𝗺𝗶𝗺𝗯𝗮𝗿, 𝗯𝗲𝗿𝗰𝗮𝗸𝗮𝗽 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗶𝘀𝘁𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗮𝗴𝗮𝗺𝗮—𝘁𝗲𝘁𝗮𝗽𝗶 𝗱𝗶 𝘀𝗲𝗽𝗮𝗻𝗷𝗮𝗻𝗴 𝗹𝗮𝗻𝗴𝗸𝗮𝗵𝗻𝘆𝗮 𝗺𝗲𝗻𝗱𝗮𝗵𝘂𝗹𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗽𝗲𝗻𝘁𝗶𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗱𝘂𝗻𝗶𝗮𝘄𝗶 𝗱𝗮𝗻 𝗽𝗼𝗹𝗶𝘁𝗶𝗸 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝘁𝗲𝗻𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝘆𝗮𝗿𝗶𝗮𝘁. 𝗠𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝗶𝘁𝘂𝗹𝗮𝗵 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗸𝗵𝗶𝗮𝗻𝗮𝘁 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝘂𝗺𝗮𝘁: bukan karena label, melainkan karena tindakan yang melemahkan iman dan persatuan kaum Muslimin.

Oleh sebab itu, kata kunci kita harus 𝘁𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝘁𝗸𝗮𝗻 𝘂𝗸𝗵𝘂𝘄𝗮𝗵 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝘆𝗮𝗵 — persaudaraan yang menyatukan hati dan tindakan. Perpecahan, saling menuduh, dan perang kata hanya menguntungkan ideologi yang ingin memecah-belah kita. 𝗝𝗶𝗸𝗮 𝗸𝗶𝘁𝗮 𝘁𝗲𝗿𝘂𝘀 𝘁𝗲𝗿𝗽𝗲𝗰𝗮𝗵, 𝗺𝗮𝗸𝗮 𝗸𝗲𝗺𝗶𝘀𝗸𝗶𝗻𝗮𝗻 𝗺𝗼𝗿𝗮𝗹, 𝗸𝗲𝗯𝗮𝗻𝗴𝗸𝗿𝘂𝘁𝗮𝗻 𝗻𝗶𝗹𝗮𝗶, 𝗱𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗵𝗮𝗻𝗰𝘂𝗿𝗮𝗻 𝘀𝗼𝘀𝗶𝗮𝗹 𝗮𝗸𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝘂𝘀 𝗯𝗲𝗿𝗹𝗮𝗻𝗷𝘂𝘁.

Sekulerisme bukan fenomena baru; ia melekat sejak masa kolonial, merampas kedaulatan dan menguras sumber daya bangsa-bangsa Muslim. Kini ia hidup kembali dalam bentuk lembut: budaya, sistem pendidikan, politik dan ekonomi yang meminggirkan syariat.

Sudah saatnya kita berpaling dan berhijrah dari sistem yang menghancurkan itu — hijrah hati, hijrah pemikiran, hijrah terhadap segala bentuk penjajahan ideologis.

Ini panggilan jihad kita hari ini untuk kebangkitan moral dan politik: kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah, perkuat aqidah, pererat ukhuwah, dan susun strategi bersama untuk memulihkan kedaulatan syariat dalam kehidupan umat. Saatnya menentukan sikap, menyatukan barisan, dan merebut kembali kemerdekaan yang hakiki — kemerdekaan dari belenggu demokrasi-berhala yang menempatkan manusia di atas hukum Allah.

𝗕𝗮𝗻𝗴𝗸𝗶𝘁𝗹𝗮𝗵, 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺!
𝗞𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝘁𝗮𝘂𝗵𝗶𝗱 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽,
𝗱𝗮𝗻 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽 𝗵𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗮𝗿𝘁𝗶 𝗯𝗶𝗹𝗮 𝘀𝗲𝗹𝘂𝗿𝘂𝗵𝗻𝘆𝗮 𝗸𝗲𝗺𝗯𝗮𝗹𝗶 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵.

𝗦𝗲𝗿𝘂𝗮𝗻

Wahai umat Islam, buanglah pertikaian, bangkitkan semangat!
Siapkan diri, satukan barisan, dan jadilah generasi yang mengembalikan kemuliaan Islam di seluruh muka bumi, dari penjajahan demokrasi pedalaman pagan Yunani.

Karena 𝘄𝗮𝗸𝘁𝘂 𝗺𝗲𝗿𝗲𝗸𝗮 𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝘂𝘀𝗮𝗶 —
kini 𝘀𝗮𝗮𝘁𝗻𝘆𝗮 𝗽𝗲𝗿𝗷𝘂𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗺𝘂𝗹𝗶𝗮 𝗱𝗶𝗺𝘂𝗹𝗮𝗶!

Sebarkan Dakwah jauhi Fitnah dan Mari Mulai Detik ini Kita Campakkan Ideologi Penjajah Pedalaman Pagan Jahiliyah agar Pikiran mulai Dinaungi oleh Kebesaran Syariat Allah yang Agung dan Mulia. G𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙩𝙪 𝘽𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙃𝘼𝙈𝘼 𝙋𝙊𝙇𝙄𝙏𝙄𝙆 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙎𝙚𝙠𝙪𝙡𝙚𝙧 𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙋𝘼𝙂𝘼𝙉 𝙔𝙪𝙣𝙖𝙣𝙞 𝙆𝙐𝙉𝙊.

Daftar Pustaka

1. Ibn Abd al-Wahhab, Kitab at-Tauhid — Darussalam, Riyadh.
2. Muhammad Asad, Islam at the Crossroads — Dar al-Andalus, 1982.

3. Abu A’la Al-Maududi, The Islamic Way of Life — Islamic Publications, Lahore.

4. Sayyid Qutb, Ma’alim fi al-Tariq (Petunjuk di Jalan Allah) — Dar al-Shuruq, 1964.

5. Hasan al-Banna, Risalah Ta’lim — Jam’iyyah Ikhwanul Muslimin.
6. Taqiyuddin An-Nabhani, Nizham al-Islami — Hizb ut-Tahrir Publications.

7. Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin — Dar al-Ma’rifah, Beirut.

8. Azyumardi Azra, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik di Indonesia.

9. Harun Nasution, Islam Rasional — UI Press, Jakarta.
10. Karen Armstrong, The Battle for God — Ballantine Books, 2000.  (Rahmat Pikiran)