Khazanah
Beranda » Berita » Tentang Pengetahuan Tuhan: Saat Segala Sesuatu Diketahui tanpa Belajar

Tentang Pengetahuan Tuhan: Saat Segala Sesuatu Diketahui tanpa Belajar

Ilustrasi simbolik pengetahuan Tuhan yang mengetahui segala sesuatu tanpa belajar menurut Al-Ghazālī.
Gambaran manusia yang merenung di bawah cahaya Ilahi, menggambarkan pengetahuan Tuhan yang tak terbatas dan abadi.

Surau.co. Pernahkah kamu duduk sendirian, menatap langit sore yang perlahan gelap, dan bertanya: bagaimana Tuhan mengetahui segala sesuatu tanpa belajar? Pertanyaan itu sederhana, tapi di dalamnya tersembunyi kedalaman yang menembus batas akal. Dalam Kitab Maqāṣid al-Falāsifah, Imam Abu Hamid al-Ghazālī menulis dengan lembut namun dalam tentang pengetahuan Tuhan — bukan sebagai konsep metafisika yang dingin, melainkan sebagai pancaran cinta dan cahaya.

Menurut Al-Ghazālī, pengetahuan Tuhan berbeda dari pengetahuan manusia. Tuhan tidak berpikir dengan langkah-langkah, tidak meneliti dengan waktu, tidak menebak atau mengingat. Ia tahu segala sesuatu karena segala sesuatu ada di dalam pengetahuan-Nya. Tuhan tidak membutuhkan belajar, sebab Ia adalah sumber dari setiap pengetahuan yang pernah ada.

Pengetahuan yang Tak Terbatas oleh Waktu dan Proses

Dalam Maqāṣid al-Falāsifah, Al-Ghazālī menulis:

“علم الله سبحانه ليس حادثاً بتجدد الأشياء، بل الأشياء تتجدد على وفق علمه القديم.”
“Pengetahuan Allah tidak baru karena adanya sesuatu yang baru; justru segala sesuatu terjadi sesuai dengan pengetahuan-Nya yang azali.”

Kalimat ini menegaskan bahwa pengetahuan Tuhan bersifat azali — tak bermula dan tak berakhir. Segala sesuatu yang akan, sedang, dan telah terjadi sudah berada di bawah cahaya pengetahuan-Nya.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Manusia membutuhkan pengalaman untuk tahu; Tuhan tidak. Kita belajar karena kita tidak tahu, sedangkan Tuhan tidak pernah dalam keadaan tidak tahu. Ia mengenal sebelum sesuatu menjadi nyata, bahkan sebelum waktu itu sendiri diciptakan.

Fenomena sehari-hari menunjukkan betapa terbatasnya pengetahuan manusia. Seseorang baru tahu arti kehilangan setelah kehilangan, baru paham makna sabar setelah diuji. Tapi Tuhan mengetahui makna itu sejak awal — bukan dengan mengalami, tapi dengan menciptakan makna itu sendiri.

Ketika Manusia Belajar, Tuhan Sudah Tahu

Dalam pandangan Al-Ghazālī, manusia hanya mengenal sebagian kecil dari pengetahuan Ilahi. Ia menulis:

“العلم الإلهي محيطٌ بكل معلوم، لا يغيب عنه شيء في الأرض ولا في السماء.”
“Pengetahuan Ilahi meliputi segala yang diketahui; tiada sesuatu pun tersembunyi dari-Nya, baik di bumi maupun di langit.”

Ayat Al-Qur’an menguatkan hal ini:

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

“وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ” (QS. Al-An’am: 59)
“Dan di sisi-Nya kunci-kunci segala yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia.”

Ketika manusia menemukan sesuatu yang baru, sebenarnya ia hanya menyingkap apa yang sudah ada dalam pengetahuan Tuhan. Dalam istilah Al-Ghazālī, manusia bukan menciptakan ilmu, tapi menerima pantulan cahaya ilmu yang datang dari sumbernya.

Kita seperti cermin yang menangkap seberkas cahaya dari matahari yang besar. Semakin bersih cermin itu — semakin jernih hati dan akal — semakin jelas cahaya pengetahuan yang diterima.

Pengetahuan Tuhan Tidak Berubah, Tapi Alam Terus Bergerak

Satu pertanyaan besar yang diulas Al-Ghazālī adalah: jika Tuhan tahu segalanya sejak awal, apakah itu berarti dunia sudah “selesai” ditentukan? Di sinilah keindahan pandangan beliau:

“لا تغيّر في علم الله، بل التغير في المعلوم، كما لا يتغير نور الشمس وإن تغيرت الصور التي تقع عليها.”
“Tidak ada perubahan dalam pengetahuan Tuhan; yang berubah hanyalah hal-hal yang diketahui, sebagaimana cahaya matahari tidak berubah meski bayangan di bawahnya berganti.”

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Tuhan mengetahui segalanya tanpa harus ikut berubah bersama perubahan dunia. Pengetahuan-Nya seperti cahaya — tetap terang, meski benda-benda yang terkena sinarnya terus berganti bentuk.

Ini memberi pelajaran mendalam tentang kehidupan. Ketika manusia bingung di tengah perubahan, Tuhan tetap tahu arah segalanya. Saat kita kehilangan pegangan, Ia tidak kehilangan kendali. Karena dalam pengetahuan-Nya, tidak ada yang salah tempat, tidak ada yang terjadi kebetulan.

Pengetahuan Tuhan dan Rasa Cinta terhadap Ciptaan

Bagi Al-Ghazālī, pengetahuan Tuhan bukan hanya tentang mengetahui, tapi juga tentang mengasihi. Ia menulis dalam bagian yang sangat indah:

“الله يعلم الأشياء لأنه يحبها، فلو لم يحبها ما أوجدها، ولو لم يردها ما علمها.”
“Allah mengetahui segala sesuatu karena Ia mencintainya; jika Ia tidak mencintainya, Ia tidak akan menciptakannya, dan jika Ia tidak menghendakinya, Ia tidak akan mengetahuinya.”

Pengetahuan Tuhan lahir dari cinta, bukan dari jarak. Segala yang ada di dunia — termasuk hal-hal yang kita anggap kecil, seperti desah angin atau air mata — berada dalam perhatian Tuhan karena kasih-Nya.

Itu sebabnya, dalam setiap penderitaan, ada hikmah yang Ia ketahui. Dalam setiap kehilangan, ada makna yang Ia sembunyikan. Pengetahuan Tuhan menyelimuti kita, bukan seperti pengawas yang jauh, melainkan seperti pelukan yang lembut dan penuh pengertian.

Manusia, Cermin Kecil dari Pengetahuan Tuhan

Al-Ghazālī percaya bahwa manusia bisa merasakan sebagian kecil dari pengetahuan Tuhan — bukan melalui logika semata, tapi melalui penyucian jiwa.

“إذا صفا القلب صار مرآةً تعكس أنوار العلم الإلهي، فيعرف الإنسان ما لم يتعلم.”
“Ketika hati telah jernih, ia menjadi cermin yang memantulkan cahaya pengetahuan Ilahi; manusia pun akan mengetahui hal-hal yang belum pernah ia pelajari.”

Pengetahuan seperti ini disebut ‘ilm laduni — ilmu yang datang langsung dari Tuhan tanpa proses belajar biasa. Ia tidak lahir dari membaca buku, tapi dari kesadaran yang bersih dan hati yang bening.

Kita bisa melihatnya dalam kehidupan sehari-hari. Seorang ibu kadang tahu sesuatu tentang anaknya tanpa diberitahu. Seorang bijak bisa menasihati dengan kata yang tepat tanpa berpikir lama. Itu bukan keajaiban, tapi pantulan kecil dari cahaya pengetahuan Tuhan.

Penutup: Saat Segala Sesuatu Diketahui tanpa Belajar

Bagi Al-Ghazālī, pengetahuan Tuhan adalah misteri yang hanya bisa disinggahi oleh hati yang tunduk. Ia tidak dapat dicapai oleh akal yang sombong, tapi bisa dirasakan oleh jiwa yang mencintai.

Tuhan tidak belajar karena Ia adalah sumber dari segala belajar. Ia tidak mencari tahu karena Ia sudah bersama setiap rahasia sejak awal penciptaan.

Maka, tugas manusia bukan untuk menandingi pengetahuan itu, melainkan untuk menjadi bagian dari cahaya-Nya — dengan berpikir, mencinta, dan bersyukur. Karena pada akhirnya, pengetahuan yang sejati bukan tentang mengetahui banyak hal, tetapi tentang mengenali dari mana semua pengetahuan berasal.

 

* Reza AS
Pengasuh ruang kontemplatif Serambi Bedoyo Pnorogo


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement