Ibadah
Beranda » Berita » Waspadalah! Kenikmatan Duniawi yang Melenakan: Mengenali Istidraj dalam Diri

Waspadalah! Kenikmatan Duniawi yang Melenakan: Mengenali Istidraj dalam Diri

DAFTAR ISI

Apakah Anda merasa hidup Anda selalu berjalan mulus? Rezeki melimpah, kesehatan prima, dan segala keinginan seolah mudah tercapai, padahal ibadah terasa biasa saja, bahkan cenderung berkurang? Hati-hati, bisa jadi ini adalah istidraj, sebuah bentuk ujian dan azab yang tersembunyi dalam balutan kenikmatan. Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 44:

“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”

Ayat ini memberikan gambaran jelas tentang istidraj. Ini adalah sebuah kondisi di mana Allah terus memberikan kesenangan dan kenikmatan kepada hamba-Nya, meskipun hamba tersebut terus melakukan maksiat dan melupakan kewajibannya. Tujuan istidraj bukan kebaikan, melainkan sebagai pancingan menuju jurang kehancuran yang lebih dalam.

Apa Itu Istidraj?

Secara harfiah, istidraj berasal dari kata daraja yang berarti “naik setingkat demi setingkat”. Dalam konteks spiritual, istidraj berarti Allah memberikan kenikmatan secara berangsur-angsur kepada seseorang yang sebenarnya jauh dari-Nya. Kenikmatan ini bukan hadiah, melainkan sebuah uluran tali yang semakin panjang, yang pada akhirnya akan menjerat dan membinasakan.

Para ulama menjelaskan bahwa istidraj adalah pemberian nikmat dari Allah kepada orang yang berbuat dosa, sehingga ia semakin terlena dan jauh dari kebenaran. Ini adalah jebakan halus yang sering kali tidak disadari. Seseorang mungkin merasa bahwa kenikmatan yang ia dapatkan adalah bukti kasih sayang Allah, padahal sebenarnya itu adalah bentuk murka-Nya yang sedang menyelimuti.

Fenomena Flexing Sedekah di Medsos: Antara Riya dan Syiar Dakwah

Tanda-tanda Istidraj yang Perlu Diwaspadai

Mengenali istidraj dalam diri kita adalah langkah awal untuk menghindarinya. Berikut beberapa tanda yang patut menjadi perhatian serius:

  1. Rezeki Melimpah Tanpa Usaha Maksimal atau Jalan yang Halal: Uang datang dengan mudah, tanpa perlu kerja keras, atau bahkan dari sumber yang meragukan. Ini bukan berkah, tetapi bisa jadi ujian.

  2. Kesehatan Prima Meskipun Sering Melalaikan Ibadah: Tubuh selalu bugar, jarang sakit, padahal sering meninggalkan sholat atau puasa. Ini bisa menjadi bentuk kelengahan yang berbahaya.

  3. Segala Urusan Lancar Meskipun Melakukan Maksiat: Setiap rencana berjalan mulus, masalah selalu teratasi, meskipun sering berbuat dosa dan jauh dari nilai-nilai agama. Ini adalah sinyal merah.

  4. Hati Merasa Tenang dalam Kemaksiatan: Tidak ada rasa bersalah atau gelisah saat melakukan dosa. Bahkan, merasa nyaman dan menganggapnya biasa saja. Ini menunjukkan matinya hati nurani.

    Meredam Polarisasi Bangsa Melalui Esensi Bab “Mendamaikan Manusia”

  5. Sulit Menerima Nasihat Kebenaran: Ketika diingatkan tentang agama atau keburukan perilakunya, ia cenderung menolak, marah, atau merasa paling benar.

  6. Lupa Bersyukur dan Semakin Sombong: Kenikmatan yang datang membuat ia lupa daratan, enggan bersyukur, dan justru semakin merasa hebat serta meremehkan orang lain.

Jika Anda menemukan satu atau lebih tanda ini dalam diri Anda, segeralah bermuhasabah dan intropeksi diri.

Kisah Qarun dan Fir’aun: Contoh Nyata Istidraj

Sejarah telah mencatat banyak contoh istidraj. Dua figur paling terkenal adalah Qarun dan Fir’aun.

Qarun: Dia adalah salah satu kaum Musa yang diberi kekayaan melimpah oleh Allah. Gudang-gudang hartanya begitu penuh hingga kunci-kuncinya saja sulit dibawa oleh sekelompok orang kuat. Namun, kekayaan itu membuatnya sombong, kufur, dan enggan menunaikan zakat. Ia merasa kekayaannya diperoleh berkat kemampuannya sendiri, bukan karunia Allah. Akhirnya, Allah menenggelamkan Qarun beserta seluruh hartanya ke dalam bumi.

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Fir’aun: Firaun adalah penguasa Mesir yang kejam dan mengaku sebagai Tuhan. Meskipun ia menindas Bani Israil dan menentang Nabi Musa, ia tetap diberikan kekuasaan, kesehatan, dan kemewahan yang luar biasa. Allah membiarkannya dalam kemewahan itu sebagai bentuk istidraj, hingga puncaknya, Firaun dan pasukannya ditenggelamkan di Laut Merah saat mengejar Nabi Musa.

Kisah-kisah ini menjadi pelajaran berharga bahwa kenikmatan duniawi yang melenakan bukanlah jaminan keselamatan, melainkan bisa jadi awal dari kehancuran.

Cara Menghindari Jebakan Istidraj

Menghindari istidraj memerlukan kewaspadaan spiritual yang tinggi dan komitmen kuat terhadap agama.

  1. Perbanyak Syukur dan Ibadah: Setiap nikmat yang datang, jadikan itu sebagai pendorong untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Perbanyak sholat, puasa, dzikir, dan sedekah.

  2. Muhasabah Diri Secara Rutin: Selalu luangkan waktu untuk merenungkan amal perbuatan kita. Apakah kita sudah sesuai dengan perintah-Nya? Apakah ada dosa yang terus-menerus kita lakukan?

  3. Bergaul dengan Orang Saleh: Lingkungan yang baik akan membantu kita tetap berada di jalan yang benar. Orang-orang saleh akan mengingatkan kita saat kita salah.

  4. Mencari Ilmu Agama: Dengan pemahaman agama yang kuat, kita akan lebih mudah membedakan mana nikmat yang berkah dan mana nikmat yang istidraj.

  5. Tidak Terlena dengan Pujian Dunia: Jangan biarkan pujian dan sanjungan membuat kita lupa diri. Ingatlah bahwa semua kenikmatan datangnya dari Allah.

  6. Perbanyak Doa: Mohon kepada Allah agar dijauhkan dari istidraj dan diberikan nikmat yang membawa kebaikan dunia dan akhirat.

Perenungan Mendalam

Hidup ini adalah serangkaian ujian. Kenikmatan bisa menjadi ujian, begitu pula kesulitan. Namun, ujian kenikmatan seringkali lebih sulit dilewati karena ia datang dalam bentuk yang menyenangkan dan membuat kita terlena. Jangan sampai kita terlena dengan kilauan duniawi dan melupakan tujuan hakiki penciptaan kita.

Setiap rezeki, setiap kesehatan, setiap kemudahan, perlu kita pertanyakan: Apakah ini membawa saya lebih dekat kepada Allah, atau justru menjauhkan? Semoga Allah senantiasa membimbing kita agar terhindar dari istidraj dan selalu berada dalam lindungan-Nya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement