Sholat merupakan tiang agama dan menjadi salah satu rukun Islam yang paling utama. Setiap Muslim wajib mendirikan sholat lima waktu sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Namun, pernahkah Anda mendengar bahwa ada golongan orang yang sholatnya tidak diterima oleh Allah SWT? Ya, meskipun telah melaksanakan gerakan dan bacaan sholat dengan sempurna, sholat mereka bisa saja menjadi sia-sia di mata Sang Pencipta. Hal ini bukan karena kesalahan teknis dalam sholat, melainkan karena perbuatan atau sikap hati yang menyertai ibadah tersebut.
Sholat yang ditolak adalah kerugian besar bagi seorang hamba. Bayangkan, Anda telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk beribadah, namun pahalanya tidak sampai kepada Allah. Tentu ini menjadi sesuatu yang sangat merugikan. Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk mengetahui siapa saja golongan orang yang sholatnya berpotensi ditolak agar kita dapat menghindarinya.
Rasulullah SAW dan para ulama telah banyak menyampaikan peringatan mengenai hal ini. Mereka mengingatkan umat Islam untuk senantiasa introspeksi diri dan memastikan bahwa ibadah yang kita lakukan murni karena Allah SWT, bukan karena tujuan lain.
1. Orang yang Menggunakan Pakaian Hasil Rampasan (Ghosob)
Salah satu hal pertama yang dapat menyebabkan sholat seseorang ditolak adalah menggunakan pakaian yang didapat dari hasil merampas atau mengambil milik orang lain tanpa hak (ghosob). Ketika seseorang sholat dengan pakaian hasil kezaliman ini, sholatnya menjadi tidak sah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadis: “Tidak diterima sholat salah seorang di antara kamu apabila ia berhadats sampai ia berwudhu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Meskipun hadis ini berkaitan dengan hadas, prinsipnya sama, yaitu kebersihan dari hal yang dilarang. Pakaian ghosob adalah bentuk kemaksiatan yang besar. Orang tersebut harus mengembalikan pakaian itu kepada pemiliknya atau meminta maaf sebelum sholatnya diterima. Allah SWT sangat membenci segala bentuk kezaliman.
2. Pemakan Harta Haram
Harta haram adalah segala sesuatu yang didapatkan dari cara-cara yang tidak sesuai syariat Islam, seperti mencuri, menipu, riba, korupsi, atau hasil dari bisnis yang dilarang. Jika seseorang sholat namun tubuhnya, pakaiannya, atau bahkan makanan yang ia konsumsi berasal dari harta haram, sholatnya bisa tertolak. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah hanyalah menerima dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Ma’idah: 27). Orang yang bertakwa senantiasa menjauhi harta haram. Mencari rezeki yang halal adalah kewajiban setiap Muslim.
3. Orang yang Sholat Tanpa Thuma’ninah (Tergesa-gesa)
Thuma’ninah adalah berdiam diri sejenak dalam setiap gerakan sholat. Jika seseorang sholat terlalu cepat, seperti ayam mematuk makanan, tanpa adanya thuma’ninah, sholatnya tidak sah dan ditolak. Rasulullah SAW pernah menegur seorang sahabat yang sholatnya tergesa-gesa: “Ulangilah sholatmu, sesungguhnya engkau belum sholat.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sholat memerlukan kekhusyukan dan ketenangan.
4. Pemimpin yang Dibenci Makmumnya (Kecuali Karena Hak)
Jika seorang imam sholat dibenci oleh makmumnya bukan karena ia menegakkan kebenaran atau syariat Islam, melainkan karena perilaku buruknya, kezalimannya, atau akhlak yang tidak terpuji, maka sholat sang imam dan makmumnya berpotensi tidak diterima. Rasulullah SAW bersabda: “Tiga golongan yang sholatnya tidak terangkat di atas kepala mereka walau sejengkal: seorang lelaki yang mengimami suatu kaum padahal mereka tidak menyukainya…” (HR. Tirmidzi).
5. Wanita yang Membenci Suaminya Tanpa Sebab Syar’i
Seorang istri yang membenci suaminya tanpa alasan yang dibenarkan syariat, misalnya karena suaminya sholeh dan baik, maka sholatnya terancam tidak diterima. Ini menunjukkan pentingnya keharmonisan rumah tangga dan hak-hak suami istri. Rasulullah SAW bersabda: “Tiga golongan yang sholatnya tidak diterima oleh Allah SWT: … seorang wanita yang tidur (di malam hari) sementara suaminya marah kepadanya…” (HR. Tirmidzi).
6. Budak yang Kabur dari Tuannya
Meskipun dalam konteks modern perbudakan sudah dihapuskan, pelajaran ini tetap relevan. Maknanya adalah seorang bawahan atau pekerja yang tidak amanah, melarikan diri dari tanggung jawabnya, atau tidak menunaikan hak atasannya tanpa alasan yang dibenarkan, maka ibadahnya bisa terancam. Ini menekankan pentingnya amanah dan memenuhi hak-hak orang lain.
7. Peminum Khamr (Minuman Keras)
Khamr atau minuman keras adalah haram dalam Islam dan termasuk dosa besar. Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa minum khamr, sholatnya tidak diterima selama 40 hari.” (HR. Tirmidzi). Ini adalah peringatan keras bagi para peminum khamr. Tubuh yang ternodai oleh alkohol akan sulit untuk khusyuk dan sholatnya tidak sempurna.
8. Orang yang Durhaka Kepada Orang Tua
Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar setelah syirik. Allah SWT memerintahkan kita untuk berbakti kepada keduanya. Jika seseorang sholat namun hatinya durhaka kepada orang tua, maka sholatnya berisiko ditolak. Keridhaan Allah terletak pada keridhaan orang tua.
9. Orang yang Meninggalkan Sholat Jumat Tanpa Uzur (Tiga Kali Berturut-turut)
Meninggalkan sholat Jumat tanpa ada alasan yang syar’i seperti sakit atau perjalanan jauh, apalagi sampai tiga kali berturut-turut, adalah perbuatan dosa besar. Rasulullah SAW mengancam akan mengunci mati hati orang yang demikian. Ini menunjukkan betapa pentingnya sholat Jumat bagi seorang Muslim laki-laki.
10. Orang yang Riya’ (Ingin Dilihat Orang Lain)
Riya’ adalah melakukan ibadah atau perbuatan baik dengan tujuan ingin dilihat atau dipuji oleh manusia, bukan murni karena Allah SWT. Ini adalah syirik kecil yang sangat berbahaya. Jika seseorang sholat hanya agar dipuji “wah, rajin sholatnya”, maka sholatnya tidak ada nilainya di sisi Allah. Allah SWT berfirman: “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya’.” (QS. Al-Ma’un: 4-6). Keikhlasan adalah kunci utama diterimanya ibadah.
Pentingnya Menjaga Sholat dan Keikhlasan
Setelah mengetahui 10 golongan orang yang sholatnya ditolak, kita patut mawas diri. Sholat bukan sekadar gerakan fisik, melainkan jembatan komunikasi spiritual antara hamba dengan Penciptanya. Keikhlasan, ketenangan, dan kesucian dari segala bentuk kemaksiatan menjadi penentu diterimanya ibadah kita. Kita harus senantiasa berusaha untuk membersihkan hati dari sifat riya’, menjauhi harta haram, berbakti kepada orang tua, serta menunaikan hak-hak orang lain.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita untuk menjadi hamba-Nya yang ikhlas dan diterima segala amal ibadahnya. Marilah kita jadikan setiap sholat sebagai momen muhasabah diri dan sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
