Sejarah
Beranda » Berita » Menjaga Persatuan Umat: Memahami Pesan KH. Hasyim Asy’ari untuk Keberlangsungan Bangsa

Menjaga Persatuan Umat: Memahami Pesan KH. Hasyim Asy’ari untuk Keberlangsungan Bangsa

KH Hasyim Asy’ari
Hadratusy Syekh KH Hasyim Asy’ari, pendiri Pesantren Tebuireng, Jombang, pendiri Nahdlatul Ulama, adalah guru paripurna.

Di tengah dinamika sosial dan politik yang selalu berkembang, pesan-pesan luhur dari para pendiri bangsa seringkali menjadi lentera penerang. Salah satu sosok yang pemikirannya tetap relevan adalah Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Beliau bukan hanya seorang ulama besar, tetapi juga seorang nasionalis sejati yang sangat memahami urgensi menjaga persatuan umat dan bangsa. Dalam berbagai kesempatan, KH. Hasyim Asy’ari selalu menekankan bahwa persatuan adalah kunci kemajuan dan keberlangsungan sebuah negara. Pesan ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah prinsip hidup yang harus dipegang teguh oleh setiap elemen masyarakat.

Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari tentang persatuan tidak lepas dari konteks perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pada masa itu, penjajahan Belanda berusaha memecah belah bangsa dengan berbagai strategi devide et impera. KH. Hasyim Asy’ari dengan tegas menolak perpecahan tersebut. Ia menyadari bahwa hanya dengan bersatu padu, bangsa Indonesia mampu mengusir penjajah dan membangun masa depan yang lebih baik.

“Maka sesungguhnya persatuan adalah pangkal kemenangan, sedangkan perpecahan adalah pangkal kekalahan,” demikian salah satu inti dari ajaran beliau.

Kutipan ini secara eksplisit menunjukkan pandangan beliau bahwa persatuan adalah prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kemerdekaan dan kemaslahatan umat. Beliau meyakini bahwa perbedaan pendapat, mazhab, atau golongan tidak boleh menjadi alasan untuk saling bermusuhan. Justru, perbedaan itu harus menjadi kekayaan yang saling melengkapi.

Melihat Kembali Gagasan Besar KH. Hasyim Asy’ari

KH. Hasyim Asy’ari mengajarkan konsep ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim) dan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama warga bangsa). Kedua konsep ini saling terkait dan menjadi pilar utama dalam membangun persatuan. Ukhuwah Islamiyah mendorong umat Muslim untuk saling menyayangi, menghormati, dan membantu satu sama lain. Sementara itu, ukhuwah wathaniyah melampaui sekat agama, merangkul seluruh komponen bangsa untuk bersatu demi kepentingan nasional.

Burnout dan Kelelahan Jiwa: Saatnya Pulang dan Beristirahat di Bab Ibadah

Beliau juga sangat menekankan pentingnya menjauhi segala bentuk provokasi dan adu domba. Dalam pandangan beliau, pihak-pihak yang mencoba memecah belah umat adalah musuh bersama yang harus dihadapi dengan kebijaksanaan dan persatuan.

“Wahai para ulama, bersatulah kalian. Wahai para pemimpin, bersatulah kalian. Wahai seluruh umat Islam, bersatulah kalian,” kutipan lain yang menunjukkan betapa kuatnya seruan beliau untuk bersatu.

Seruan ini tidak hanya ditujukan kepada kaum ulama, tetapi juga kepada seluruh elemen masyarakat, dari pemimpin hingga rakyat biasa. Setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan merawat persatuan.

Relevansi Pesan Persatuan di Era Modern

Di era digital dan globalisasi saat ini, tantangan terhadap persatuan semakin kompleks. Informasi yang mudah menyebar, baik fakta maupun hoaks, dapat dengan cepat memicu perpecahan. Kebencian, intoleransi, dan politik identitas seringkali muncul sebagai ancaman serius. Oleh karena itu, pesan-pesan KH. Hasyim Asy’ari tentang persatuan menjadi semakin relevan.

Masyarakat harus senantiasa menanamkan nilai-nilai toleransi, saling menghargai, dan mengedepankan musyawarah. Perbedaan pandangan politik, suku, ras, atau agama tidak boleh menjadi penghalang untuk bersatu demi kemajuan bangsa. Bangsa Indonesia adalah rumah bersama yang harus dijaga oleh semua penghuninya.

Seni Mengkritik Tanpa Melukai: Memahami Adab Memberi Nasihat yang Elegan

Bagaimana cara kita mengimplementasikan semangat persatuan ala KH. Hasyim Asy’ari dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, kita harus selalu mengedepankan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan. Kedua, kita perlu aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial yang mempertemukan berbagai kelompok masyarakat. Ketiga, kita harus bijak dalam menggunakan media sosial, menghindari penyebaran hoaks, dan melawan narasi kebencian.

Generasi muda khususnya, memiliki peran penting untuk meneruskan estafet persatuan ini. Mereka adalah pewaris bangsa yang harus terus memupuk rasa nasionalisme dan cinta tanah air. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran KH. Hasyim Asy’ari, kita dapat bersama-sama membangun Indonesia yang lebih kuat, damai, dan sejahtera.

Kesimpulan: Persatuan sebagai Warisan Abadi

KH. Hasyim Asy’ari telah meninggalkan warisan berharga berupa pemikiran tentang pentingnya persatuan. Pemikiran ini bukan hanya relevan pada zamannya, tetapi juga menjadi pedoman abadi bagi bangsa Indonesia. Mari kita terus gelorakan semangat persatuan, menjaga keutuhan bangsa, dan membangun masa depan yang lebih cerah. Ingatlah selalu bahwa “persatuan adalah pangkal kemenangan.” Dengan bersatu, kita akan selalu kuat dan mampu menghadapi segala tantangan.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement