Khazanah
Beranda » Berita » Ketika Keinginan Menjadi Penjara

Ketika Keinginan Menjadi Penjara

manusia duduk dalam penjara kaca simbol keinginan yang menahan jiwa
ilustrasi realis menggambarkan manusia duduk dalam penjara kaca, simbol dari keinginan yang membatasi kebebasan batin, sementara

Surau.co. Ada saat dalam hidup ketika kita merasa bebas, padahal sedang terikat. Terikat oleh harapan, oleh ambisi, oleh sesuatu yang kita kira membawa kebahagiaan. Abū Bakr Muḥammad ibn Zakariyyā al-Rāzī, dalam Kitab al-Ṭibb al-Rūḥānī, mengingatkan bahwa banyak penderitaan manusia berasal bukan dari kekurangan, tetapi dari keinginan yang berlebih. Keinginan yang tak terbatas ibarat rantai halus yang menjerat jiwa tanpa disadari.

Seperti Rumi yang melihat cinta sebagai api penyucian, al-Rāzī memandang akal sebagai cahaya penyembuh. Ia mengajak manusia untuk memahami bahwa kebebasan sejati bukan terletak pada kemampuan mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi pada kemampuan untuk tidak diperbudak oleh keinginan itu sendiri.

Keinginan yang Tak Pernah Kenyang

Kita hidup di masa di mana hampir segalanya bisa dibeli, tetapi jarang yang benar-benar memuaskan. Manusia mengejar hal-hal baru tanpa henti: gawai yang lebih canggih, pengakuan yang lebih banyak, cinta yang lebih dramatis. Namun, di balik itu semua, ada kelelahan batin yang tak bisa dihapus oleh pencapaian lahiriah.

Al-Rāzī menulis dengan lembut namun tegas:

“من طلب السعادة في الشهوات كان كمن يشرب من ماء البحر، كلما ازداد شرباً ازداد عطشاً.”
“Barang siapa mencari kebahagiaan dalam syahwat, maka ia seperti orang yang minum air laut: semakin ia minum, semakin haus ia dibuatnya.”

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Betapa tepat gambaran itu untuk zaman kita. Keinginan tidak pernah puas karena ia tumbuh dari ilusi bahwa sesuatu di luar diri mampu mengisi kekosongan dalam diri. Padahal, semakin kita menuruti nafsu, semakin besar ruang kosong itu menganga.

Akal: Kunci untuk Membuka Rantai

Dalam pandangan al-Rāzī, akal adalah penjaga gerbang kebebasan jiwa. Ia bukan sekadar alat berpikir, melainkan kompas moral yang mengarahkan manusia pada keseimbangan. Akal membantu kita menilai apakah sesuatu membawa manfaat atau justru menjadi racun yang manis.

Ia menulis dalam al-Ṭibb al-Rūḥānī:

“العقل هو القاضي العادل بين النفس وشهواتها.”
“Akal adalah hakim yang adil antara jiwa dan hawa nafsunya.”

Akal yang sehat tidak membunuh keinginan, melainkan menuntunnya. Sebab keinginan itu perlu, tapi harus diarahkan pada tujuan yang benar. Ketika keinginan dibiarkan tanpa kendali, ia berubah menjadi penjara yang dibangun oleh tangan kita sendiri.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Rasulullah ﷺ bersabda:

“لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ.”
“Tidak sempurna iman seseorang hingga hawa nafsunya mengikuti ajaran yang kubawa.” (HR. Nawawi)

Hadis ini menegaskan pentingnya menundukkan keinginan kepada nilai kebenaran. Bukan dengan menekan diri, tetapi dengan menyehatkan cara berpikir.

Bahaya dari Mengikuti Setiap Hasrat

Dalam hidup sehari-hari, sering kali kita tidak sadar bahwa kita sedang menjadi tawanan dari keinginan yang kecil—ingin dihargai, ingin dipuji, ingin menang. Tidak ada yang salah dengan keinginan itu, tetapi ketika ia menjadi pusat kehidupan, jiwa perlahan kehilangan arah.

Al-Rāzī mengingatkan:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

“من أطاع شهوته جعل نفسه عبداً، ومن عصاها صار حراً.”
“Barang siapa menuruti hawa nafsunya, ia menjadikan dirinya budak; dan barang siapa menentangnya, ia menjadi merdeka.”

Kebebasan sejati, menurut al-Rāzī, lahir ketika seseorang mampu berkata “cukup” kepada dirinya sendiri. Saat itu, dunia luar tak lagi mengatur perasaannya. Ia tidak lagi berlari mengejar kebahagiaan karena ia telah menemukannya di dalam.

Menyembuhkan Jiwa dari Rasa Kurang

Kebanyakan penderitaan manusia berawal dari perasaan tidak cukup—tidak cukup kaya, tidak cukup dicintai, tidak cukup dihargai. Namun, al-Rāzī menegaskan bahwa kesembuhan sejati datang ketika seseorang mampu mengubah cara pandangnya terhadap “kekurangan”.

Dalam kitabnya, ia menulis:

“من رضي بما قسم الله له عاش سعيداً، ومن لم يرض لم يزل في تعبٍ وعناء.”
“Barang siapa ridha dengan apa yang Allah tetapkan baginya, ia hidup bahagia; dan siapa yang tidak ridha, ia akan hidup dalam kelelahan dan kesusahan.”

Ayat Al-Qur’an pun menggemakan pesan serupa:

“وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ.”
“Dan barang siapa beriman kepada Allah, maka Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.” (QS. At-Taghābun: 11)

Ketenangan tidak datang dari banyaknya yang kita miliki, melainkan dari keyakinan bahwa segala sesuatu memiliki ukuran yang telah ditentukan. Saat kita berhenti menuntut lebih, saat itu pula penjara keinginan mulai runtuh.

Melepaskan Diri dari Penjara yang Diciptakan Sendiri

Dalam perenungannya, al-Rāzī menyarankan manusia untuk hidup dengan kesadaran penuh. Ia tidak mengajak untuk menjauhi dunia, melainkan mengelolanya dengan bijak. Dunia bukan musuh; yang berbahaya adalah ketika dunia bersemayam di hati.

Seperti dikatakan Rumi, “Jangan biarkan air dunia memasuki perahumu, karena akan membuatmu tenggelam.” Begitu pula keinginan—ia boleh hadir di sekitar kita, tapi jangan biarkan ia menguasai pusat batin.

Ketika seseorang mampu menahan diri di tengah peluang yang memabukkan, itulah kebijaksanaan sejati. Sebab, kebebasan bukan berarti memiliki segalanya, melainkan tidak diperintah oleh apa pun.

Penutup: Ketenangan yang Tidak Bisa Direnggut

Keinginan yang tak terkendali adalah penjara yang paling halus, karena jerujinya terbuat dari harapan dan cita-cita yang tampak mulia. Namun, dengan akal yang jernih dan hati yang ridha, manusia dapat membebaskan diri dari penjara itu.

Seperti yang diajarkan al-Rāzī, kebahagiaan sejati bukan tentang menumpuk kepemilikan, melainkan tentang mengenal batas dan mensyukuri yang ada. Saat seseorang mampu menundukkan keinginannya, ia menemukan bentuk kemerdekaan yang bahkan dunia tidak dapat memberikannya.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement