Khazanah
Beranda » Berita » BIJAK BERSOSIAL MEDIA: ANTARA AMAL JARIYAH DAN DOSA JARIYAH

BIJAK BERSOSIAL MEDIA: ANTARA AMAL JARIYAH DAN DOSA JARIYAH

BIJAK BERSOSIAL MEDIA: ANTARA AMAL JARIYAH DAN DOSA JARIYAH
BIJAK BERSOSIAL MEDIA: ANTARA AMAL JARIYAH DAN DOSA JARIYAH

 

SURAU.CO – “Pada akhirnya, media sosial kita hanya akan membawa satu dari dua hal: Amal Jariyah atau Dosa Jariyah.”
Kalimat sederhana ini sesungguhnya mengguncang nurani kita semua. Sebab di zaman digital hari ini, jari-jemari bukan sekadar alat mengetik — tapi penentu nasib akhirat.

Setiap “postingan”, “komentar”, “like”, atau “share” yang kita lakukan, tidak berhenti di layar gawai. Ia akan menjadi catatan amal yang kekal di Lauh Mahfuzh, menunggu saatnya ditampakkan di hadapan Allah SWT pada hari perhitungan.

Media Sosial: Ladang Amal Sekaligus Lembah Dosa

Media sosial ibarat pisau bermata dua. Ia bisa menjadi sarana dakwah yang sangat luas — mengantarkan kebaikan kepada jutaan orang yang belum pernah kita temui.
Namun di sisi lain, ia juga bisa berubah menjadi ladang fitnah, ghibah, kebencian, dan kebohongan yang berlipat ganda.

Allah SWT berfirman:

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

> “Tidak ada satu kata pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu siap mencatat.”
(QS. Qaf [50]: 18)

Di dunia digital, setiap tulisan dan komentar adalah “ucapan”. Artinya, setiap status dan unggahan pun tercatat — tak satu pun yang luput dari pengawasan malaikat.

Jejak Digital Tak Pernah Mati

Kita mungkin bisa menghapus postingan, tetapi tidak dengan jejaknya di hadapan Allah.
Bahkan, jika postingan itu disalin, dibagikan, atau dijadikan bahan oleh orang lain, maka pahala atau dosanya terus mengalir — jariyah dalam arti sebenarnya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti orang yang melakukannya.”
(HR. Muslim)

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Namun sebaliknya beliau juga bersabda:

> “Barangsiapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan menanggung dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (HR. Muslim)

Bayangkan, satu postingan yang berisi kebohongan, gosip, atau ujaran kebencian bisa mengalirkan dosa selama bertahun-tahun, bahkan setelah kita tiada.
Na‘ūdzu billāh.

Gunakan Jempol untuk Menyebar Cahaya, Bukan Api

Jempol kita bisa menjadi saksi iman atau saksi kebinasaan.
Setiap kali hendak menulis, tanyakanlah kepada diri sendiri:

“Apakah tulisan ini menambah cahaya di hati orang, atau malah menambah gelap di dunia maya?”

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Menulis kebaikan, mengutip ayat Al-Qur’an, berbagi kisah inspiratif, menenangkan hati orang lain — semua itu termasuk amal jariyah yang bernilai besar.
Satu kata yang menumbuhkan iman, satu video yang menuntun orang kembali kepada Allah, bisa menjadi investasi akhirat yang tak ternilai.

Hindari Dosa Jariyah Dunia Maya

Ada beberapa dosa besar yang sering dilakukan tanpa sadar di media sosial:

  1. Ghibah (menggunjing): Membicarakan aib orang lain meskipun benar.

  2. Fitnah dan hoaks: Menyebarkan kabar tanpa verifikasi.

  3. Kita memamerkan amal untuk mendapatkan pujian.

  4. Ujaran kebencian dan caci maki: Melukai hati saudara seiman.

  5. Mengolok atau menghina ulama dan pemimpin: Bentuk kesombongan digital yang menutup pintu keberkahan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia menyebarkan setiap kabar yang didengarnya.” (HR. Muslim)

Adab Muslim di Dunia Digital

Islam mengajarkan etika bahkan untuk hal-hal sekecil ucapan. Begitu pula di dunia maya, seorang Muslim hendaknya menjaga akhlaq digital-nya:

Tabayyun (verifikasi): Pastikan kebenaran sebelum membagikan informasi.

Tafakkur (berpikir): Renungkan manfaat dan mudharat dari unggahan kita.

Tashfiyah (penyucian niat): Niatkan semua aktivitas online sebagai ibadah.

Tasfiyah (pembersihan konten): Hapus postingan lama yang mungkin berdosa.

Kita harus berhati-hati dengan postingan kita di media sosial, karena postingan lama kita bisa saja disebarluaskan ribuan orang tanpa kita sadari, dan itu bisa menjadi dosa yang berat bagi kita.

Jadilah Influencer Akhirat

Setiap Muslim sejatinya adalah influencer, sebab setiap postingan memiliki pengaruh, sekecil apa pun.
Mari gunakan pengaruh itu untuk menyebar nilai-nilai Islam:
menginspirasi orang untuk shalat, bersedekah, menutup aurat, menebar kasih sayang, dan mencintai Al-Qur’an.

Ingatlah, bukan jumlah pengikut yang menentukan nilai kita di sisi Allah, tapi seberapa banyak orang mendapat hidayah karena tulisan dan teladan kita.

> “Sungguh, jika Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui dirimu, maka itu lebih baik bagimu daripada unta merah (harta paling berharga).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Akhiri dengan Muhasabah Digital

Mari kita bertanya pada diri sendiri:

Apakah media sosialku menjadi sarana kebaikan atau justru keburukan?

Dan Apakah aku lebih sering menulis untuk menasihati atau untuk menyindir?

Apakah postinganku menambah iman orang lain, atau menumbuhkan penyakit hati?

Jika jawaban-pertanyaan itu membuat kita tersadar, maka itulah tanda Allah masih mencintai kita.

Penutup

Di zaman ketika dunia maya menjadi dunia nyata, bijak bersosial media bukan sekadar pilihan — tapi kewajiban iman.
Jari-jarimu menekan tombol “post”, dan kelak kamu akan ditanya, “Untuk apa kamu menggunakan nikmat waktu dan tulisanmu?”

Semoga media sosial kita menjadi taman amal jariyah, bukan ladang dosa jariyah.
Gunakan jempolmu untuk menyebar cahaya Islam, bukan api kebencian.
Dan semoga setiap kata yang kita tulis menjadi saksi kebaikan di hadapan Allah kelak.

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari & Muslim). (Tengku Iskandar, M. Pd-
Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement