SURAU.CO – Sejarah Islam mencatat banyak nama pahlawan agung. Kisah para sahabat Nabi Muhammad ﷺ senantiasa menginspirasi kita semua. Di antara mereka, Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshari muncul sebagai sosok yang sangat istimewa. Namanya melekat erat pada syiar agung, yaitu adzan, panggilan shalat kaum muslimin yang berkumandang lima kali sehari. Kisah hidupnya mengajarkan banyak hal berharga, meliputi iman yang teguh, ketaatan total, dan keteguhan hati yang luar biasa. Oleh karena itu, artikel ini akan membahas perjalanan hidup beliau dengan detail dan cermat.
Mengenal Abdullah bin Zaid: Sahabat Anshar dan Pengabdian Awal
Abdullah bin Zaid memiliki nama lengkap Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Mazini Al-Anshari. Beliau termasuk kaum Anshar, yaitu penduduk asli Madinah. Kaum Anshar ini dengan sukacita menyambut Nabi ﷺ hijrah ke kota mereka. Lebih dari itu, mereka juga sangat mendukung dakwah Islam dengan sepenuh hati.
Sejak awal, Abdullah bin Zaid menunjukkan keimanan yang kokoh dan tak tergoyahkan. Bahkan, ia menjadi salah satu muslim awal di Madinah. Beliau berbaiat setia kepada Nabi ﷺ pada peristiwa Bai’at Aqabah Kedua, sebuah perjanjian penting. Bai’at itu menguatkan posisinya, menjadikannya pondasi kuat bagi Islam di Madinah. Sejak saat itu, beliau mengabdikan diri sepenuhnya untuk agama Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Mimpi Agung dan Lahirnya Adzan: Panggilan Ilahi yang Menggema
Syiar adzan adalah salah satu keunikan dan keindahan Islam yang tak terbantahkan. Kelahirannya memiliki kisah tersendiri yang sangat menggetarkan jiwa. Kisah itu bermula dari mimpi seorang sahabat mulia ini.
Pada suatu malam yang sunyi, Abdullah bin Zaid bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat seorang laki-laki membawa lonceng di tangannya. Lonceng itu sepertinya untuk memanggil orang shalat. Abdullah bin Zaid merasa sangat penasaran. “Untuk apa lonceng itu?” tanyanya kepada laki-laki itu. Laki-laki itu kemudian menjawab: “Lebih baik aku ajarkan padamu,” katanya, “Aku ajarkan cara yang lebih baik untuk memanggil shalat.” Setelah itu, laki-laki tersebut mengajarkan lafaz adzan, lafaz yang kini kita dengar setiap hari.
Ini adalah lafaz yang ia dengar dalam mimpinya:
“Allahu Akbar, Allahu Akbar (2x)
Asyhadu an laa ilaaha illallah (2x)
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah (2x)
Hayya ‘alash shalah (2x)
Hayya ‘alal falah (2x)
Allahu Akbar, Allahu Akbar (1x)
Laa ilaaha illallah (1x)”
Pagi harinya, Abdullah bin Zaid bergegas. Ia segera menemui Rasulullah ﷺ untuk melaporkan mimpinya itu dengan penuh semangat. Nabi ﷺ mendengarkan dengan seksama setiap detailnya. Beliau kemudian membenarkan mimpi itu. “Sesungguhnya itu adalah mimpi yang hak, insya Allah,” sabda Nabi ﷺ. Ini merupakan tanda nyata dari Allah, bahwa Allah telah memilih Abdullah bin Zaid untuk membawa syiar agung ini kepada umat.
Peran dalam Membentuk Syiar Adzan: Mengajarkan Bilal Sang Muadzin
Adzan yang diajarkan dalam mimpi Abdullah bin Zaid kemudian menjadi syiar resmi agama Islam. Abdullah bin Zaid memiliki peran besar dalam hal ini. Beliau tidak sendiri; beliau mengajarkan lafaz adzan itu kepada muadzin pertama, Bilal bin Rabah.
Nabi Muhammad ﷺ secara khusus meminta Abdullah bin Zaid. Beliau memintanya untuk mengajari Bilal. “Pergilah engkau bersama Bilal, ajarkan ia (lafaz adzan) karena ia memiliki suara yang lebih lantang darimu,” sabda Nabi ﷺ. Bilal bin Rabah, yang terkenal dengan suaranya yang merdu dan lantang, kemudian mengumandangkan adzan. Ini adalah adzan pertama yang berkumandang di Madinah, menandai dimulainya syiar ini. Peristiwa ini menunjukkan kebijaksanaan Nabi ﷺ. Beliau menggabungkan wahyu yang datang melalui mimpi dengan memanfaatkan kelebihan suara Bilal, salah satu sahabatnya.
Abdullah bin Zaid adalah seorang pejuang sejati. Ia memiliki dedikasi tinggi terhadap Islam, yang tampak dari seluruh kehidupannya.
Beliau tidak hanya dikenal karena perannya dalam adzan. Ia juga seorang prajurit gagah berani di medan perang. Ia ikut serta dalam banyak pertempuran penting. Sebagai contoh, beliau ikut Perang Badar, perang besar pertama dalam Islam. Ia juga turut serta dalam Perang Uhud, sebuah ujian berat bagi kaum muslimin. Bahkan, ia juga ikut dalam Perang Khandaq yang penuh strategi. Kehadirannya sangat berarti bagi kaum muslimin saat itu. Ini menunjukkan kesetiaannya yang luar biasa kepada Nabi ﷺ. Lebih dari itu, ini adalah bukti pengorbanannya yang tulus. Beliau selalu membela Islam dengan jiwa dan raganya.
Saksi Mata Praktik Nabi: Pelajaran dari Wudhu yang Sempurna
Selain perannya yang penting, Abdullah bin Zaid juga merupakan seorang saksi langsung. Ia menyaksikan sendiri praktik-praktik Nabi ﷺ, terutama dalam hal ibadah sehari-hari.
Beliau dikenal luas karena meriwayatkan hadits tentang tata cara wudhu Nabi ﷺ secara detail. Riwayat ini memberikan informasi berharga tentang sunnah Nabi ﷺ dalam berwudhu. Hadits ini sangat penting bagi umat Islam, karena ia menjadi rujukan utama umat untuk melaksanakan wudhu dengan benar. Hal ini menunjukkan ketelitiannya, sebab ia memperhatikan setiap gerakan Nabi ﷺ dengan seksama. Dengan demikian, ini adalah kontribusi besar beliau dalam menjaga dan menyebarkan sunnah Nabi.
Perjalanan hidup Abdullah bin Zaid akhirnya berakhir. Beliau wafat pada tahun 43 Hijriah. Ia menghembuskan napas terakhir di Madinah, kota tempat ia berbakti sepanjang hidupnya. Ia meninggalkan warisan besar bagi umat: warisan keimanan yang kokoh dan ketaatan yang tulus.
Warisan utama beliau adalah syiar adzan, syiar itu terus berkumandang hingga kini di seluruh dunia. Selain itu, ia juga meninggalkan hadits-hadits berharga tentang sunnah Nabi ﷺ yang ia riwayatkan. Semua warisan itu bermanfaat besar bagi umat. Ia terus menginspirasi generasi muslimin hingga hari kiamat.
Pelajaran Berharga dari Kehidupan Abdullah bin Zaid
Kisah Abdullah bin Zaid Al-Anshari memberi banyak sekali pelajaran. Pertama-tama, ia mengajarkan pentingnya mimpi yang benar sebagai petunjuk dari Allah. Kedua, ia menekankan ketaatan mutlak kepada Nabi ﷺ dalam setiap perintah dan larangan. Ketiga, ia menunjukkan kerendahan hati yang patut dicontoh. Beliau rela mengajarkan adzan kepada Bilal meskipun ia yang pertama kali bermimpi. Keempat, ia adalah teladan jihad, berjuang demi tegaknya Islam dengan segenap daya. Kelima, ia menginspirasi perhatian mendalam pada detail ibadah, seperti tata cara wudhu Nabi.
Secara keseluruhan, Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Anshari adalah teladan yang luar biasa bagi kita semua. Beliau merupakan sahabat Nabi ﷺ yang agung dan istimewa. Hidup beliau mencerminkan iman yang kokoh, juga ketaatan tulus kepada Allah dan Rasul-Nya. Semangat beliau dalam menerima wahyu dan menyebarkan syiar Islam sungguh menginspirasi. Keistiqamahannya dalam berjihad hingga akhir hayat adalah bukti nyata ketakwaannya. Semua sifat dan perjuangan ini patut kita contoh dan terapkan dalam kehidupan kita. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kehidupannya yang penuh berkah. Semoga kita menjadi muslim yang berbakti, yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuh hati, serta gigih dalam menjalankan ajaran-Nya.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
