SURAU.CO – Saudaraku yang baik, Banyak orang ingin hidupnya berubah. Ingin rezekinya bertambah, kariernya meningkat, rumah tangganya harmonis, dan hatinya tenang. Tapi sayangnya, sedikit sekali yang benar-benar mau mengubah diri agar perubahan itu benar-benar terjadi.
Kita sering lupa, bahwa kehidupan hanyalah cermin dari diri kita sendiri. Jika wajah kita ingin tampak cerah di cermin, maka bukan cerminnya yang kita poles, tapi wajah kita sendiri yang harus dibersihkan. Begitu pula dengan hidup. Jika ingin hasil yang berbeda, jangan ulangi cara yang sama.
“إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ”
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)
Nasihat Spiritual dan Hukum Kehidupan
Ayat ini bukan sekadar nasihat spiritual, tapi hukum kehidupan. Allah tidak akan menurunkan perubahan dari langit jika kita sendiri tidak beranjak dari kelalaian dan kebiasaan lama.
Ingin tubuh yang lebih sehat? Ubah pola makanmu, ubah kebiasaan dudukmu, ubah waktumu yang terbuang sia-sia.
Ingin pikiran yang lebih tajam dan fokus? Ubah cara belajar dan lingkunganmu.
Ingin hati yang lebih tenang? Ubah cara berpikir dan siapa yang kamu biarkan mempengaruhi jiwamu.
Ingin hidup yang lebih berkah? Ubah caramu bersyukur, caramu memberi, caramu berdoa dan beramal.
Kita sering mengeluh bahwa hidup terasa stagnan, masalah berulang, rezeki seret, hati gelisah. Namun diam-diam kita masih mempertahankan pola yang sama, cara yang lama, bahkan teman-teman yang menguras energi kita.
Perubahan ialah Tindakan bukan harapan
Perubahan tidak lahir dari keluhan, tapi dari keberanian untuk memulai langkah baru. Jangan tunggu keadaan membaik baru kamu berubah — karena keadaan tak akan berubah jika kamu tetap sama.
Cobalah introspeksi. Mungkin bukan takdir yang salah, tapi sikap kita yang belum berubah. Dan Mungkin bukan rezeki yang tertahan, tapi amal dan niat kita yang belum ikhlas.
Mungkin bukan orang lain yang menghalangi, tapi diri kita sendiri yang enggan beranjak. Perubahan itu kadang menyakitkan, karena memaksa kita meninggalkan zona nyaman. Tapi ketahuilah — tidak ada pertumbuhan tanpa rasa tidak nyaman.
Kata bijak Arab itu benar adanya:
“لا تنتظر نتائج جديدة بأسلوب قديم، فالتغيير فعل لا أمنية.”
“Jangan menunggu hasil baru dengan cara lama, karena perubahan itu tindakan, bukan harapan.”
Langkah Kecil, Membuka Jalan Besar
Saudaraku, Mari mulai dari hal-hal kecil. Ubah satu kebiasaan buruk hari ini. Hentikan satu keluhan yang biasa keluar dari lisan kita. Ganti satu waktu lalai menjadi waktu ibadah. Karena dari langkah kecil itu, Allah akan bukakan jalan besar.
Ingatlah — perubahan bukan soal waktu, tapi soal kemauan.
Dan siapa yang mau berubah karena Allah, maka Allah akan menuntunnya menuju kebaikan yang tak disangka-sangka.
“Barang siapa mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka ubahlah dirimu — bukan karena ingin dipuji, tapi karena ingin diridhai. Karena hidup yang diridhai Allah, itulah perubahan sejati yang akan membawa bahagia di dunia dan akhirat. #MotivasiIslam #PerubahanDiri #RenunganHati #UstTommyEkaPurnama
BERILAH MAAF
Setiap insan pasti pernah tersakiti dan juga pernah menyakiti. Di sanalah ujian terbesar hati manusia: mampukah ia memaafkan? Sebab, memberi maaf bukan tanda kelemahan, melainkan puncak kekuatan jiwa. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bukanlah orang kuat itu yang menang dalam bergulat, tetapi orang kuat adalah yang mampu menahan amarahnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Memberi maaf bukan berarti melupakan kesalahan orang lain, tetapi memilih untuk tidak membiarkan luka itu menguasai hati kita. Memaafkan berarti membebaskan diri dari belenggu dendam. Sebab dendam hanya memperpanjang luka, sementara maaf adalah jalan menuju ketenangan dan kedewasaan rohani.
Allah ﷻ berfirman:
“Dan balasan kejahatan adalah kejahatan yang serupa, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura [42]: 40)
Betapa indahnya jika seorang mukmin menjadikan sifat pemaaf sebagai hiasan akhlaknya. Rasulullah ﷺ yang agung pun, ketika dicaci, difitnah, bahkan dilempari batu, beliau tetap berkata lembut: “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak tahu.”
Memaafkan Bukan Berarti Kalah
Saudaraku yang baik, hidup ini terlalu singkat untuk diisi dengan dendam. Setiap orang punya kisahnya sendiri, punya alasan, dan punya kelemahan. Maka, berilah maaf sebelum tidur, agar hati kita tenang ketika bangun. Memaafkan bukan berarti kalah, tapi tanda bahwa hati kita lebih besar daripada luka yang dibuat orang lain.
Maaf itu tidak mengubah masa lalu, tapi mengubah masa depan. Karena hanya dengan hati yang bersih, doa akan mudah naik ke langit. Berilah maaf, dan lihat bagaimana Allah mengangkat derajatmu, menenangkan jiwamu, serta melapangkan rezekimu.
“Maka maafkanlah mereka, dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” (QS. Ali Imran [3]: 159)
Berilah maaf, karena Allah pun Maha Pemaaf kepada kita yang sering khilaf. (Tengku Iskandar, M. Pd
-Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
