Khazanah
Beranda » Berita » ORANG MUKMIN YANG CERDAS

ORANG MUKMIN YANG CERDAS

ORANG MUKMIN YANG CERDAS
ORANG MUKMIN YANG CERDAS

 

SURAU.CO – Saudaraku yang dirahmati Allah, Rasulullah ﷺ pernah bersabda dalam sebuah hadits yang masyhur:

> “Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menghadapi kehidupan setelah mati.” (HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim)

Hadits ini mengandung pesan mendalam bahwa kecerdasan dalam pandangan Islam tidak diukur dari tinggi rendahnya gelar, cepatnya logika berhitung, atau luasnya wawasan dunia. Akan tetapi, kecerdasan sejati menurut Rasulullah ﷺ adalah kemampuan seorang hamba membaca makna kehidupan, menyiapkan bekal kematian, dan menyadari bahwa dunia hanyalah tempat singgah sementara.

Kecerdasan Ruhani: Melihat Hakikat di Balik Realita

Orang mukmin yang cerdas bukanlah yang hanya pandai dalam strategi dunia, tetapi mampu menyingkap hakikat di balik semua peristiwa.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Ia tahu bahwa sehat, sakit, kaya, miskin, pujian, dan ujian hanyalah bentuk kasih sayang Allah untuk menakar kadar imannya.

Ia membaca setiap kejadian dengan mata hati, bukan sekadar dengan logika. Ia melihat nikmat bukan sekadar dari banyaknya harta, tetapi dari dekatnya hati kepada Allah. Ia menilai musibah bukan sekadar derita, tetapi peluang besar untuk kembali dan bertaubat kepada-Nya.

Cerdas Mengelola Waktu

Orang mukmin yang cerdas tidak menyia-nyiakan waktu.
Ia sadar setiap detik adalah amanah. Hidup ini seperti modal dagang — modal yang sedikit, namun sangat berharga. Maka ia pergunakan untuk berdzikir, belajar, membantu sesama, dan menebar manfaat.

Ia tidak terperangkap dalam kesibukan dunia yang melalaikan. Ia menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat sebagaimana firman Allah:

> “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia.” (QS. Al-Qashash [28]: 77)

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Cerdas di sini berarti tahu mana prioritas hidup. Dunia dijadikan ladang amal, bukan tujuan utama.

Cerdas dalam Mengendalikan Diri

Ciri lain orang mukmin yang cerdas ialah mampu mengendalikan hawa nafsunya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitulah, kecerdasan bukan hanya di kepala, tapi juga di hati.
Ia tahu kapan harus bicara dan kapan harus diam. Ia tahu bagaimana menahan diri ketika disakiti dan bersabar dalam menghadapi ujian. Karena ia yakin, Allah bersama orang-orang yang sabar.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Cerdas dalam Memilih Teman dan Lingkungan

Orang mukmin yang cerdas sangat selektif dalam bergaul.
Ia paham bahwa teman dekat bisa menjadi jalan menuju surga atau justru menyeret ke neraka. Rasulullah ﷺ bersabda:

> “Seseorang akan mengikuti agama temannya, maka hendaklah kalian perhatikan dengan siapa kalian berteman.”
(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi)

Ia memilih lingkungan yang menambah iman, bukan yang melemahkan semangat taat. Ia lebih suka duduk di majelis ilmu daripada di tempat yang hanya mengundang lalai.

Cerdas Menyikapi Dunia

Mukmin yang cerdas tahu dunia ini fana.
Ia tidak tertipu dengan gemerlapnya. Ia gunakan harta, jabatan, dan waktu sebagai sarana beribadah. Ia sadar bahwa semua yang dimiliki akan ditinggalkan, kecuali amal yang ikhlas.

Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:

> “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir.” (HR. Muslim)

Maka, kecerdasan hakiki adalah ketika seseorang bisa menempatkan dunia di tangan, bukan di hati. Ia sibuk mencari ridha Allah, bukan pujian manusia.

Cerdas Menyikapi Ujian dan Nikmat

Orang mukmin yang cerdas melihat ujian sebagai tanda cinta.
Ia tahu setiap ujian datang bukan untuk menghancurkan, tapi untuk menguatkan. Ia ingat firman Allah:

> “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 155)

Ia juga tidak sombong ketika mendapat nikmat, karena tahu itu hanya titipan. Ia bersyukur, bukan lupa diri.

Penutup: Jadilah Mukmin yang Cerdas

Saudaraku, kecerdasan dalam Islam bukanlah tentang seberapa banyak kita tahu, tetapi seberapa dalam kita memahami tujuan hidup. Bukan seberapa tinggi ilmu dunia, tapi seberapa besar kita mengenal Allah.

Orang mukmin yang cerdas hidupnya sederhana, tapi hatinya kaya. Langkahnya tenang, tapi tujuannya jelas: ridha Allah dan surga-Nya.

Mari kita renungkan sabda Nabi ﷺ sekali lagi:

> “Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati.”

Semoga kita termasuk golongan mukmin yang cerdas — yang menyiapkan diri dengan amal shalih, menebar kebaikan, dan meninggalkan jejak iman hingga akhir hayat.

اللهم اجعلنا من عبادك الأذكياء، الذين يذكرونك في الرخاء والشدة، ويستعدون للقاءك قبل أن يأتي الأجل. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement