Khazanah
Beranda » Berita » Menjaga Keseimbangan Hidup: Refleksi Mendalam dari Surah Al-Jumu’ah tentang Shalat Jumat dan Harmoni Dunia Akhirat

Menjaga Keseimbangan Hidup: Refleksi Mendalam dari Surah Al-Jumu’ah tentang Shalat Jumat dan Harmoni Dunia Akhirat

Khutbah Jum'at, Nikmat Kemerdekaan: Antara Syukur dan Tanggung Jawab

Surah Al-Jumu’ah, sebuah wahyu agung dalam Al-Qur’an, tidak hanya menggarisbawahi urgensi pelaksanaan shalat Jumat, tetapi juga menyajikan pedoman fundamental tentang cara seorang Muslim menavigasi kehidupan. Ayat-ayatnya, terutama ayat 9 hingga 11, berfungsi sebagai kompas spiritual yang membimbing umat Islam untuk mencapai harmoni sempurna antara tuntutan duniawi dan persiapan ukhrawi. Pemahaman mendalam terhadap surah ini sangat krusial agar setiap Muslim dapat menjalani kehidupan yang tidak hanya sukses di dunia, tetapi juga berkelanjutan di akhirat.

Panggilan Ilahi dan Kewajiban Shalat Jumat

Ayat ke-9 dari Surah Al-Jumu’ah adalah inti dari perintah shalat Jumat. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS Al-Jumu’ah: 9)

Panggilan “azhan” untuk shalat Jumat adalah lebih dari sekadar seruan biasa; ini adalah undangan langsung dari Ilahi untuk meninggalkan sejenak kesibukan duniawi. Kata “bersegeralah” (fas’aw) mengindikasikan kecepatan dan urgensi. Ini bukan hanya tentang berjalan cepat ke masjid, melainkan sebuah seruan untuk segera mengalihkan fokus hati dari transaksi duniawi menuju dzikirullah, mengingat Allah. Perintah “tinggalkanlah jual beli” secara eksplisit melarang segala bentuk transaksi komersial atau aktivitas lain yang dapat menghalangi pelaksanaan shalat Jumat. Penekanan pada “lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” menegaskan bahwa kepatuhan terhadap perintah ini membawa kebaikan yang melampaui keuntungan materi sesaat. Kebaikan ini mencakup ketenangan batin, keberkahan rezeki, dan pengampunan dosa.

Keseimbangan Dinamis: Antara Mencari Rezeki dan Mengingat Allah

Setelah perintah shalat Jumat dilaksanakan, Surah Al-Jumu’ah tidak serta merta memerintahkan umat Muslim untuk sepenuhnya mengabaikan urusan dunia. Justru sebaliknya, ayat ke-10 memberikan izin untuk kembali beraktivitas mencari rezeki:

Mengapa Allah Menolak Taubat Iblis?

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS Al-Jumu’ah: 10)

Ayat ini memperlihatkan kebijaksanaan Islam dalam memahami fitrah manusia. Islam tidak melarang umatnya untuk berusaha mencari nafkah dan meraih kesuksesan duniawi. Frasa “bertebaranlah kamu di muka bumi” secara metaforis berarti kembali melanjutkan aktivitas hidup, termasuk berdagang, bekerja, atau belajar. Namun, yang paling penting adalah perintah “carilah karunia Allah” (min fadhlillah). Ini menunjukkan bahwa setiap upaya mencari rezeki harus dilandasi niat yang benar, yaitu sebagai bentuk ibadah dan mencari karunia dari Allah. Rezeki yang dicari pun harus halal dan thayyib.

Pesan kunci yang sering kali terabaikan adalah “dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” Ini adalah penyeimbang krusial. Meskipun kita sibuk dengan urusan dunia, hati dan pikiran harus tetap terpaut kepada Allah. Dzikir, baik lisan maupun dalam hati, memastikan bahwa kita tidak pernah benar-benar terputus dari Pencipta. Keberuntungan sejati (kemenangan di dunia dan akhirat) hanya dapat diraih ketika keseimbangan ini terjaga. Ingatlah, bahwa berdagang pun harus dengan cara yang benar, bukan dengan cara haram, sebagaimana yang akan dibahas lebih lanjut.

Peringatan Terhadap Kelalaian Duniawi: Pelajaran dari Ayat 11

Ayat ke-11 memberikan sebuah pelajaran berharga sekaligus peringatan keras:

“Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah, apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan, dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS Al-Jumu’ah: 11)

Riyadus Shalihin: Antidot Ampuh Mengobati Fenomena Sick Society di Era Modern

Kisah di balik ayat ini terjadi saat Rasulullah SAW sedang berkhutbah Jumat. Kafilah dagang tiba di Madinah dengan membawa barang dagangan yang menarik perhatian sebagian jamaah. Tanpa ragu, mereka meninggalkan khutbah untuk melihat dan mungkin berpartisipasi dalam perniagaan tersebut. Ayat ini menegur tindakan tersebut dengan sangat tegas. Ini menunjukkan betapa mudahnya manusia tergoda oleh gemerlap dunia, bahkan sampai mengesampingkan kewajiban spiritual yang esensial.

Pesan “apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan” adalah pengingat fundamental tentang prioritas. Keuntungan materi sesaat dan hiburan duniawi tidak akan pernah sebanding dengan pahala, keberkahan, dan ampunan yang datang dari Allah. Allah adalah “sebaik-baik pemberi rezeki.” Ini menekankan bahwa rezeki bukan hanya tentang apa yang kita peroleh melalui usaha kita sendiri, melainkan sepenuhnya datang dari Allah. Kepercayaan penuh kepada-Nya akan menghasilkan ketenangan dan keyakinan bahwa rezeki akan datang dari cara yang tidak terduga, asalkan kita memenuhi hak-hak-Nya.

Refleksi Kontemporer dan Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari

Surah Al-Jumu’ah menawarkan lebih dari sekadar panduan ibadah; ini adalah filosofi hidup yang komprehensif. Dalam era modern yang serba cepat dan materialistis, pesan surah ini menjadi semakin relevan.

  • Prioritas Shalat Jumat: Setiap Muslim wajib memahami bahwa shalat Jumat bukan hanya formalitas mingguan. Ini adalah kesempatan untuk membersihkan diri dari dosa, memperbarui iman, dan mendapatkan petunjuk langsung dari khutbah. Mengabaikannya demi urusan dunia adalah kerugian besar.

  • Etos Kerja yang Islami: Islam mendorong umatnya untuk bekerja keras dan produktif. Namun, kerja keras ini harus diiringi dengan kesadaran bahwa rezeki adalah anugerah dari Allah. Carilah rezeki secara halal dan jauhi praktik-praktik riba, penipuan, atau eksploitasi.

    Budaya Hustle Culture vs Berkah: Meninjau Ulang Definisi Sukses

  • Dzikir dalam Setiap Aktivitas: Konsep “mengingat Allah banyak-banyak” berarti menjaga kesadaran spiritual di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Ini bisa melalui dzikir lisan, tafakur, atau hanya dengan meniatkan setiap pekerjaan sebagai ibadah.

  • Pentingnya Ilmu dan Pemahaman: Memahami hikmah di balik setiap perintah agama adalah kunci kepatuhan yang tulus. Mengetahui mengapa shalat Jumat itu penting dan mengapa keseimbangan dunia-akhirat itu krusial akan memperkuat iman kita.

Kesimpulan

Surah Al-Jumu’ah adalah mercusuar yang menerangi jalan menuju kehidupan yang seimbang dan bermakna. Ini mengajarkan kita untuk tidak melupakan kewajiban spiritual saat mengejar ambisi duniawi, dan tidak mengabaikan tanggung jawab duniawi saat beribadah. Keseimbangan ini adalah esensi dari Islam yang kaffah (menyeluruh). Dengan memahami dan mengamalkan pesan Surah Al-Jumu’ah, seorang Muslim dapat mencapai kebahagiaan sejati di dunia dan kesuksesan abadi di akhirat. Jadikanlah shalat Jumat sebagai momen refleksi untuk mengevaluasi prioritas hidup Anda, memastikan bahwa Anda selalu berada dalam lintasan yang benar, di bawah naungan rahmat dan karunia Allah SWT.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement