Khazanah
Beranda » Berita » Sosok Malaikat yang Jadi Muazin dan Imam bagi Penduduk Langit

Sosok Malaikat yang Jadi Muazin dan Imam bagi Penduduk Langit

Sosok Muazin Langit dan Imam Surga
Ilustrasi langit (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Langit bukan sekadar hamparan biru tanpa batas. Di balik keheningannya, terbentang kehidupan spiritual yang sangat agung. Para malaikat, makhluk suci yang selalu taat kepada Allah, terus beribadah dan berdzikir tanpa henti. Di langit, Allah menyiapkan rumah ibadah khusus bernama Baitul Makmur, tempat para malaikat berkumpul, bertawaf, dan melaksanakan salat. Di antara mereka, dua malaikat memiliki peran istimewa: Malaikat Jibril sebagai muazin dan Malaikat Mikail sebagai imam bagi penduduk langit.

Jibril, Muazin Langit yang Mengumandangkan Seruan Ibadah

Imam As-Suyuthi menulis dalam Al-Haba’ik fi Akhbar Al-Mala’ik bahwa Malaikat Jibril bertugas menjadi muazin bagi penduduk langit. Pernyataan ini bersandar pada hadis yang diriwayatkan oleh Ad-Dailami melalui jalur As-Sari bin Abdullah As-Sulami, dari Abdul Hamid bin Kinanah, dari Abu Umamah, dari Ali bin Abi Thalib secara marfu’.

Hadis itu menyebutkan:

Muazin penduduk langit adalah Jibril dan imam mereka adalah Mikail. Mikail mengimami mereka di Baitul Makmur sehingga malaikat-malaikat langit berkumpul dan melakukan tawaf di Baitul Makmur serta mengerjakan salat dan memohon ampun. Lalu Allah menjadikan pahala mereka serta istighfar dan tasbih mereka untuk umat Muhammad SAW.”

Jibril mengumandangkan seruan ibadah di langit sebagaimana muazin di bumi memanggil manusia menuju salat. Suaranya menggema di seluruh lapisan langit dan menggerakkan para malaikat untuk mendekat serta bersujud kepada Sang Pencipta.

Menggali Peran Pemuda dalam Riyadus Shalihin: Menjadi Agen Perubahan Sejati

Jibril tidak hanya bertugas sebagai muazin, tetapi juga menempati kedudukan tertinggi di antara para malaikat. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Maukah kalian aku beritahu tentang malaikat yang paling utama? Yaitu Jibril.” (HR Ath-Thabrani)

Sebagai pembawa wahyu, Jibril mengemban tanggung jawab besar. Ia menjadi penghubung antara langit dan bumi dengan menyampaikan firman Allah kepada para nabi dan rasul. Abu Asy-Syaikh meriwayatkan dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW pernah melihat Jibril mengenakan pakaian hijau yang indah dan tubuhnya memenuhi ruang antara langit dan bumi. Pemandangan itu memancarkan wibawa dan kemuliaan yang membuat siapa pun yang melihatnya takjub.

Ibnu Mundzir meriwayatkan dari Ikrimah bahwa nama asli Jibril adalah Abdullah. Nama itu berarti “hamba Allah”, sejalan dengan makna setiap nama malaikat yang berakhiran -il. Ibnu Jarir dan Abu Asy-Syaikh menjelaskan bahwa setiap nama yang berakhiran -il menunjukkan penghambaan kepada Allah SWT. Karena itu, nama Jibril berarti “hamba Allah yang kuat”, sejalan dengan kedudukannya yang agung dan perannya yang kokoh dalam menjalankan perintah Allah.

Mikail, Imam Langit dan Pembawa Rezeki

Jika Jibril mengumandangkan azan di langit, Mikail memimpin salat sebagai imam di Baitul Makmur. Di rumah ibadah langit itu, para malaikat melaksanakan salat berjamaah, bertawaf, dan bertasbih kepada Allah SWT. Mikail memimpin mereka dengan penuh khusyuk dan ketundukan, mengarahkan ribuan malaikat yang tunduk dalam ibadah tanpa henti.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Muh. Hadi Bashori dalam Kepunyaan Allah Timur dan Barat menjelaskan bahwa Baitul Makmur merupakan bangunan mirip Ka’bah yang Allah tempatkan di langit ketujuh. Setiap hari, 70.000 malaikat masuk ke dalamnya untuk bertawaf dan beribadah, lalu tidak pernah kembali lagi hingga hari kiamat. Malaikat silih berganti datang, dan Mikail terus memimpin mereka dalam ibadah yang tak pernah terputus.

Selain menjadi imam, Mikail juga menjalankan tugas besar di bumi. Ia mengatur turunnya rezeki, hujan, dan petir atas perintah Allah SWT. Mikail dikenal sebagai malaikat yang lembut, penyayang, dan penuh kasih terhadap seluruh makhluk Allah. Namun di balik kelembutannya, Mikail menyimpan kesedihan mendalam.

Rasulullah SAW pernah bertanya kepada Jibril tentang alasan Mikail tidak pernah tertawa. Jibril menjawab:

Mikail tidak pernah tertawa sejak neraka diciptakan.” (HR Ahmad)

Jawaban itu, sebagaimana diriwayatkan dari Anas RA, menggambarkan betapa besar rasa takut Mikail terhadap azab Allah. Ia memahami dahsyatnya neraka dan terus berdoa agar seluruh makhluk Allah dijauhkan darinya. Mikail memimpin ibadah dengan hati yang dipenuhi kasih dan kepedulian, sebagaimana seorang imam yang tidak hanya mengarahkan salat, tetapi juga mendoakan jamaahnya agar selamat.

Birrul Walidain: Membangun Peradaban dari Meja Makan untuk Generasi Mulia

Ibnu Mundzir juga menyebut bahwa nama asli Mikail adalah Ubaidullah, yang berarti “hamba Allah”. Nama itu menegaskan ketundukan total Mikail kepada Sang Pencipta. Dalam menjalankan perintah Allah, Mikail tidak pernah berhenti sekejap pun. Ia terus mengatur keseimbangan alam semesta dan memastikan setiap makhluk menerima bagian rezekinya sesuai ketentuan Allah SWT.

Dua Menteri Langit

Selain menjadi muazin dan imam, Jibril dan Mikail juga berperan sebagai dua “menteri” bagi penduduk langit. Al-Hakim meriwayatkan dari Abu Sa’id bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Dua menteri penduduk langit adalah Jibril dan Mikail. Sedangkan dua menteri penduduk bumi adalah Abu Bakar dan Umar.

Hadis ini menggambarkan kemuliaan besar yang Allah anugerahkan kepada keduanya. Jibril dan Mikail tidak hanya memimpin ibadah, tetapi juga memegang peran penting dalam tatanan spiritual langit. Allah menugaskan mereka untuk menjaga keteraturan dan keseimbangan kosmos, sebagaimana Abu Bakar dan Umar mendampingi Rasulullah SAW menegakkan agama di bumi.

Simbol Ketaatan dan Pengabdian

Kisah Jibril dan Mikail menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati lahir dari pengabdian, bukan dari kekuasaan. Jibril mengajak para malaikat mendekat kepada Allah dengan seruan ibadahnya, sementara Mikail memimpin mereka bersujud dengan penuh tunduk. Keduanya menunaikan tugasnya tanpa lelah, sepenuhnya karena cinta dan ketaatan kepada Sang Pencipta.

Langit yang senantiasa bergema dengan tasbih malaikat sejatinya menjadi cermin bagi kehidupan manusia. Seperti Jibril dan Mikail yang tidak berhenti beribadah, manusia pun seharusnya menjadikan salat dan dzikir sebagai pusat kehidupannya. Karena pada hakikatnya, tujuan penciptaan manusia dan malaikat sama: untuk tunduk, beribadah, dan mengagungkan Allah SWT.

Kedua malaikat agung ini tidak hanya mengatur langit, tetapi juga memberi pelajaran bagi umat manusia di bumi tentang arti ketaatan yang sejati. Jibril dan Mikail menegaskan bahwa kemuliaan hakiki lahir dari penghambaan total kepada Allah — seruan yang terus bergema di langit dan menjadi teladan bagi seluruh makhluk di bumi.

 


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement