SURAU.CO – Dalam keheningan langit yang tidak bisa dijangkau oleh mata manusia, berdirilah sebuah rumah suci yang menjadi pusat ibadah para malaikat. Tempat itu bernama Baitul Makmur — rumah ibadah di langit ketujuh yang berfungsi sebagai “Ka’bah”-nya para malaikat. Allah SWT menyebut tempat mulia ini dalam Al-Qur’an, pada surah At-Tur ayat ke-4:
وَالْبَيْتِ الْمَعْمُورِۙ
“Demi Baitul Makmur.” (QS. At-Tur: 4)
Ayat yang singkat namun agung ini menggambarkan kesucian Baitul Makmur sebagai rumah ibadah yang Allah muliakan di alam malaikat. Tempat ini menjadi simbol pengagungan kepada Allah SWT, sebagaimana Ka’bah di bumi berfungsi sebagai pusat ibadah bagi manusia.
Makna dan Kedudukan Baitul Makmur
Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-Azhim menjelaskan bahwa Baitul Makmur merupakan rumah yang penuh keberkahan dan kesejahteraan ibadah. Rasulullah ﷺ menyebut tempat ini dalam hadits sahih yang Imam Bukhari dan riwayat Muslim ketika beliau menceritakan peristiwa Isra’ Mi’raj:
“Selanjutnya aku masuk ke Baitul Makmur. Ternyata, tempat ini dimasuki oleh 70.000 malaikat setiap hari dan mereka tidak pernah kembali.”
Hadits ini menggambarkan keluasan dan keagungan Baitul Makmur. Setiap hari, 70.000 malaikat beribadah di sana, kemudian malaikat lain menggantikan mereka tanpa seorang pun kembali. Fakta ini menunjukkan jumlah malaikat yang sangat banyak dan ibadah yang terus berlangsung tanpa henti.
Para ulama menyebutkan bahwa Baitul Makmur merupakan Ka’bah di langit ketujuh , sebagaimana Ka’bah di Makkah menjadi pusat ibadah manusia di bumi. Para malaikat bertawaf disekitarnya, bersujud, dan bertasbih kepada Allah dengan penuh kepatuhan. Kesucian tempat ini menampilkan keteraturan ibadah di seluruh lapisan ciptaan Allah, baik di bumi maupun di langit.
Hubungan Baitul Makmur dengan Ka’bah
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Baitul Makmur terletak lurus di atas Ka’bah di bumi. Beliau menegaskan, “Seandainya Baitul Makmur jatuh, maka ia akan menimpa Ka’bah.” Pernyataan ini bersumber dari riwayat Ali bin Abi Thalib RA.
Ibnu Jarir Ath-Thabari meriwayatkan bahwa seseorang pernah bertanya kepada Ali RA, “Apakah Baitul Makmur itu?”
Ali menjawab:
“Sebuah rumah di langit yang disebut adh-Dhurrah. Letaknya lurus di atas Ka’bah. Kesuciannya di langit sama seperti kesucian Baitullah di bumi. Setiap hari, 70.000 malaikat menunaikan salat di sana dan tidak pernah kembali selama-lamanya.”
Riwayat ini menunjukkan adanya hubungan spiritual antara langit dan bumi. Ka’bah di Makkah menjadi simbol tauhid bagi manusia, sementara Baitul Makmur menjadi simbol tauhid bagi para malaikat. Keduanya sama-sama menjadi pusat ibadah — satu di bumi, satu di langit ketujuh.
Al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah memperkuat riwayat tersebut. Ia meriwayatkan hadits dari Qatadah yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bertanya kepada para sahabat:
“Apakah kalian tahu apa itu Baitul Makmur?”
Para sahabat menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Rasulullah bersabda, “Baitul Makmur adalah sebuah masjid di langit. Di bawahnya terdapat Ka’bah. Andai Baitul Makmur runtuh, ia akan menimpa Ka’bah.”
Rumah Ibadah di Setiap Langit
Para ulama menjelaskan bahwa setiap lapisan langit memiliki rumah ibadah bagi para malaikat yang menghuni langit tersebut. Setiap rumah berfungsi sebagai tempat salat dan sujud bagi penduduk langit itu.
Di langit dunia, terdapat rumah yang bernama Baitul Izzah — tempat turunnya Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar sebelum Allah menurunkannya secara bertahap ke bumi. Sementara itu, di langit ketujuh berdiri Baitul Makmur, rumah ibadah tertinggi dan termulia bagi para malaikat.
Peristiwa Isra’ Mi’raj menjukkan keagungan Baitul Makmur. Dalam Ar-Rahiq al-Makhtum karya Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, dijelaskan bahwa setelah Nabi Muhammad ﷺ bersama Malaikat Jibril melewati langit keenam, Jibril membawa naik ke Sidratul Muntaha, kemudian ke Baitul Makmur.
Di tempat suci itu, Rasulullah ﷺ bertemu dengan Nabi Ibrahim AS yang bersandar di Baitul Makmur. Peristiwa ini mengandung makna yang dalam. Nabi Ibrahim adalah sosok yang membangun Ka’bah di bumi bersama putra-putranya, Nabi Ismail AS. Oleh karena itu, Allah menempatkannya di “Ka’bah langit”, tempat ibadah para malaikat. Keberadaan Nabi Ibrahim di sana menunjukkan keistimewaannya sebagai bapak tauhid dan pelopor pembangunan rumah ibadah di bumi.
Setelah itu, Rasulullah ﷺ naik lebih tinggi lagi untuk bertemu langsung dengan Allah SWT. Dalam pertemuan itu, Allah mewahyukan perintah salat fardu kepada umat Nabi Muhammad ﷺ.
Awalnya, Allah menetapkan kewajiban shalat sebanyak lima puluh kali sehari. Namun, Nabi Musa AS menyarankan agar Rasulullah memohon keringanan karena beliau khawatir umat Nabi Muhammad tidak mampu melaksanakannya. Rasulullah pun kembali kepada Allah beberapa kali untuk memohon keringanan. Akhirnya, Allah menetapkan kewajiban shalat menjadi lima waktu semalam .
Peristiwa agung ini menunjukkan bahwa Baitul Makmur menjadi saksi turunnya perintah salat, ibadah utama yang menghubungkan bumi dan langit. Dari tempat ibadah para malaikat itulah, Allah menetapkan shalat sebagai jembatan spiritual antara manusia dan Penciptanya.
Simbol Tauhid dan Keteraturan Kosmik
Baitul Makmur bukan hanya bangunan spiritual di langit, tetapi juga simbol keteraturan ibadah di seluruh alam semesta. Seluruh ciptaan Allah tunduk kepada-Nya dengan cara yang teratur dan harmonis.
Ketika manusia bertawaf mengelilingi Ka’bah di bumi, para malaikat bertawaf di sekitar Baitul Makmur di langit. Ketika manusia bersujud di bumi, para malaikat bersujud di langit. Semua makhluk tunduk dan bertasbih kepada Zat Yang Maha Esa.
Allah SWT berfirman:
“Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada-Nya. Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka.” (QS. Al-Isra’: 44)
Ayat ini menegaskan bahwa seluruh alam semesta hidup dalam irama penghambaan yang sama. Oleh karena itu, keberadaan Baitul Makmur mengingatkan manusia bahwa ibadah bukan sekadar kewajiban, melainkan bagian dari tatanan kosmik yang agung. Ia menjadi Saksi kesatuan ibadah di seluruh alam ciptaan — dari malaikat di langit ketujuh hingga manusia di bumi. Wallahu a’lam.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
